6. Calon Menantu Mami

2086 Words
Gegas Nafla menarik tangan Andra untuk segera pergi dari sana. Andra yang masih kebingungan menatap Nafla dengan heran. Lantas Andra menilik ke belakang untuk melihat siapa orang yang sedang memanggil-manggil nama sahabatnya. Andra tak menyangka ternyata seseorang yang memanggil Nafla adalah laki-laki yang tengah dikerumuni para mahasiswi tadi. “La kamu kenapa sih? Tuh ada yang manggil kamu!” terang Andra sembari terus melangkah mengikuti ke mana pun Nafla membawanya pergi. “Udah deh Ndra kamu nggak usah banyak tanya. Pokoknya nanti klo ditanya dia kamu jawab klo kita pacaran!” ucap Nafla yang langsung frustasi. Perasaan yang selalu hadir setiap kali bertemu dengan Rizky. seketika Andra tercengang apalagi kini tangan Nafla yang tadinya menggamit lengannya kini memeluk pinggangnya dengan erat. “Lala, udah deh nggak usah pakai ngajak Abang maen lari-larian!” Ucap Rizky menghentikan langkah Nafla dan Andra. Rizky menghadang tepat di hadapan mereka berdua sembari menatap tangan Nafla yang memeluk tubuh Andra. Rizky tentu saja merasa cemburu. Sekali saja Nafla belum pernah memeluknya seperti itu. Nafla melayangkan tatapan permusuhan kepada Rizky yang jelas disadari oleh Andra. “La dia siapa?” bisik Andra di telinga Nafla seraya tak melepaskan tatapan ke arah Rizky. “Jangan dekat-dekat dengan calon istriku!” geram Rizky lalu melepaskan tangan Nafla dari tubuh Andra dengan paksa. Cara Rizky yang bersikap kasar kepada Nafla tentu saja membuat Andra geram. Segera Andra mendekat seraya meraih pergelangan tangan Nafla. “Lepaskan tanganmu dari pacarku!” perintah Andra dengan suara pelan namun penuh intimidasi. Nafla tertegun dengan pengakuan Andra yang memang sesuai dengan perintahnya. Tapi bukan di tempat dan suasana seperti ini. Nafla meringis saat menyadari jika kini mereka bertiga menjadi bahan tontonan gratis oleh para mahasiswa yang berada di sana. Adegan yang mereka bertiga lakonkan saat ini layaknya sinetron di televisi. Benar-benar memalukan dan menggelikan. Apalagi melihat ekspresi para mahasiswi yang tadi sempat mengajak Rizky berfoto, mereka tampak syok. Siapa yang tidak mengenal gadis tomboy di antara 3 laki-laki keren yang selalu membersamainya. Satu-satu mahasiswi yang biasa mengendarai motor sport ke kampus. Mereka bahkan meragukan jika Nafla bisa memiliki pacar. Kebalikan dari Nathan yang hobi bergonta-ganti pacar layaknya berganti pakaian. “Lepasin!” pekik Nafla menghentak tangan Rizky dan Andra yang saat ini memegangi kedua tangannya. Mungkin sebagian perempuan akan merasa bangga ketika menjadi rebutan dua laki-laki tampan yang saat ini sedang bersitegang. Tapi bagi Nafla sebaliknya. Nafla benar-benar malu dan kehilangan muka. Besok atau bahkan saat ini mungkin foto mereka bertiga sudah tersebar melalui grup-grup chat. “Lala!” pekik Rizky dan Andra serempak. Lalu tanpa berbicara lagi Nafla melenggang pergi meninggalkan Rizky dan Andra yang masih bersitegang. Dua laki-laki itu lalu saling tatap. Secara bersamaan mereka lalu menyusul langkah kaki Nafla. Dalam hati Nafla tiada henti mengumpat tanpa menghiraukan tatapan semua mahasiswa dan mahasiswi yang masih tertuju kepada dirinya. Bagi Nafla ini adalah pengalaman terburuk sepanjang usianya. Seorang Nafla menjadi rebutan dua laki-laki yang tentu saja memiliki kelebihan fisik dengan ciri khas masing-masing. Nafla terus melangkah tanpa menghiraukan kedua laki-laki yang saat ini berjalan mengekor di belakangnya. “La!” Andra meraih pergelangan tangan Nafla dan menjauh dari Rizky. Laki-laki berwajah oriental itu menghentikan langkahnya saat Nafla mengangkat tangan sebagai isyarat untuknya tetap diam di tempat. “Katakan padaku siapa dia? Aku tidak akan membiarkan siapapun mengganggu atau mencoba mencelakaimu!” cecar Andra seraya memegangi kedua bahu Nafla. Nafla menghela napas dalam-dalam lalu membalas tatapan Andra. “Dia Bang Eki, Ndra!” Jawaban Nafla seketika membuat rahang Andra mengeras. Jadi laki-laki itu yang membuat Nafla selalu uring-uringan selama ini. Andra memang belum pernah bertemu Rizky secara langsung. Berbeda dengan Bobby dan Dimas yang sudah pernah beberapa kali bertemu. “Trus sekarang kamu maunya aku bersikap bagaimana?” tanya Andra seraya menekan rasa pedih di dadanya. Ingin rasanya Andra mengakui rasa cemburu yang saat ini tengah membakar hatinya kepada gadis di hadapannya. Tapi, Andra sadar diri jika mereka tidak memiliki hubungan special kecuali persahabatan. Andra tidak memiliki hak untuk melarang semua laki-laki yang ingin mendekati Nafla. Apalagi laki-laki yang menjadi saingannya adalah Rizky. Putra dari sahabat orang tua Nafla sendiri. Bibir Nafla terkunci. Dalam benaknya tengah sibuk memikirkan cara untuk segera kabur dari Rizky. Tapi mengorbankan Andra jelas bukan pilihan yang tepat bagi Nafla. Ia kenal Rizky dengan baik. Semakin Nafla membuat ulah maka hidupnya akan semakin sengsara. Dan Nafla tidak ingin menjadikan sahabat terbaiknya sebagai tumbal. “Kamu balik aja deh. Dia biar aku yang urus. Lagian percuma juga kita bersandiwara sebagai pasangan kekasih. Dia nggak bakal percaya, yang ada dia malah mempermalukan kita di sini,” jawab Nafla dengan pasrah. Mending dirinya yang sengsara daripada Andra menjadi sasaran kemarahan Rizky nantinya. Semarah-marahnya Rizky padanya laki-laki itu tidak pernah melukai dirinya secara fisik. Melukai secara verbal Nafla sudah terlatih sejak kecil. Dan Nafla telah menghapus semua rasa sakit yang telah Rizky torehkan di hatinya. Kini Nafla hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan laki-laki itu. Tapi sepertinya Tuhan berkehendak lain dengan mendekatkan Rizky padanya. Lebih tepatnya peneror. “Kamu yakin La?” tanya Andra memastikan. Andra berharap Nafla lebih memilih pergi bersamanya daripada Rizky. “Kamu tenang aja dia nggak bakal berani macem-macem sama aku kok,” jawab Nafla menyakinkan Andra. Tak jauh dari mereka berdua Rizky mengepalkan kedua tangan. Sebagai laki-laki dewasa pastilah Rizky mengerti arti tatapan Andra kepada Nafla. Laki-laki yang Rizky ketahui dari Nathan sebagai sahabat Nafla. Sejak dulu Rizky tidak pernah percaya dengan adanya jalinan persahabatan antara laki-laki dan perempuan akan bertahan selamanya. Benih-benih cinta di antara mereka pasti akan hadir di kemudian hari dan akan menjadi pemicu hancurnya persabahatan yang sudah terjalin cukup lama tersebut. Sekarang saja Rizky sudah membuktikannya sendiri. Di depan kedua matanya Rizky menemukan pendar cinta di mata Andra untuk Nafla. Gadis yang saat ini menjadi obsesinya. Gadis yang menjadi alasannya untuk selalu ingin datang ke ke Yogyakarta. “Sudah cukup diskusinya!” Rizky mendekat lalu menarik Nafla menjauh dari Andra. “Lala calon istriku. Tidak ada satupun laki-laki yang boleh menyukainya!” ancam Rizky sambil menatap ke dalam mata Andra. “Termasuk kamu Andra!” imbuh Rizky lalu segera membawa Nafla pergi. Sembari menatap punggung mereka berdua yang mulai menjauh dari pandangannya Andra mengerjap pelan. Menahan gemuruh di dadanya. Andra ingin mencegah tapi tak memiliki keberanian untuk itu. Kini yang bisa Andra lakukan hanya belajar ikhlas melepaskan. Jika Nafla bahagia maka dirinya pun bahagia. Tapi jika suatu saat nanti Rizky berani sekali saja melukai hati Nafla maka dirinya tidak akan pernah tinggal diam. Andra akan merebut Nafla dari Rizky. “Aku bisa jalan sendiri. Nggak usah pegang-pegang!” Nafla menghentakkan tangan Rikzy yang memeluk pinggangnya dengan posesif. Berkat perlakuan Rizky mereka berdua menjadi pusat perhatian sepanjang jalan menuju parkiran. Rizky hanya tersenyum menatap wajah Nafla yang merajuk lalu menekan kunci mobilnya. Gegas Nafla membuka pintu mobil sebelum Rizky yang melakukannya. Setelah memastikan Nafla duduk dengan nyaman barulah Rizky menutup pintu itu. Rizky berjalan memutari depan mobil. Masih dengan senyuman tipis terukir di bibirnya Rizky menempati kursi kemudi. Sekilas Rizky menatap Nafla sebelum menghidupkan mesin mobil. Hanya demi ingin segera bertemu dengan gadis cemberut di sampingnya Rizky rela berangkat dari Surabaya ke Yogyakarta dengan mengemudikan mobil sendiri. Rizky sudah tidak sabar menunggu jadwal keberangkatan pesawat komersial yang telah dipesan oleh asisten pribadi papanya. Akhirnya Rizky berangkat hanya berdua bersama Arletta adiknya. Sebenarnya ini bukanlah perjalanan pertama Rizky dengan mengemudikan mobil sendiri. Tapi tetap saja kedua orang tuanya selalu merasa khawatir. Lima belas menit berlalu tanpa kata. Nafla sendiri menyumbat kedua telinganya dengan earphone sedangkan Rizky justru menikmati ekspresi wajah Nafla ketika sedang marah. Rizky sengaja melajukan mobil dengan kecepatan rendah agar bisa berlama-lama dengan gadis bermulut pedas di sampingnya. Semakin pedas ucapan gadis itu semakin Rizky merasa senang. Justru kata-kata pedas gadis itulah yang membuat Nafla berbeda dengan kebanyakan gadis yang telah ditemui Rizky. Nafla, gadis paling menyebalkan yang justru berhasil membuat Rizky tergila-gila. Rizky mana peduli jika dikata orang menjilat ludahnya sendiri karena kini justru mengejar cinta Nafla dengan mati-matian. Kini tujuan Rizky adalah ingin membuat Nafla jatuh cinta kepadanya. Tak peduli jika Nafla menolak dirinya berulang kali. Setuju atau tidak setuju Nafla akan tetap menjadi miliknya. “Abang datang jauh-jauh datang masak dicuekin sih!” protes Rizky setelah melepaskan earphone di telinga kanan Nafla. “Sapa yang suruh datang?” tukas Nafla dengan kesal. “Sapa juga yang suka matiin telepon Abang seenaknya?” jawab Rizky dengan santai. “Pakai maen blokir juga,” imbuh Rizky karena sejak kemarin malam dirinya tidak bisa menghubungi Nafla. Kedua tanga Nafla menyilang di depan d**a lalu kembali menatap ke arah jalan raya. Meladeni Rizky tidak akan pernah ada habisnya. Laki-laki itu tidak akan pernah mau kalah dengannya. Jadi untuk saat ini diam adalah pilihan terbaik daripada mengalami hipertensi lalu stroke. Nafla tidak ingin masa depannya hancur hanya gara-gara laki-laki pemaksa di sampingnya. “Jangan kan nomor telepon. Bahkan hatiku aja udah aku blokir untuk kamu Bang,” sahut Nafla yang hanya mampu menggaung dalam hatinya. “Udah ah jangan ngambek terus bikin Abang tambah gemes aja!” kembali Rizky berbicara. Diacuhkan Nafla sudah menjadi hal yang sangat biasa. Berharap Nafla bersikap manis padanya tentu saja suatu kemustahilan. Suasana kembali sunyi hingga mobil yang dikendarai Rizky berhenti di DAZ Caffe. Kafe milik Deanova ayah angkat Rizky. “Ngapain kita ke sini Bang?” ujar Nafla dengan malas. “Abang lapar. Tadi sampai sini langsung jemput kamu ke kampus,” jawab Rizky sambil melepaskan selt belt dari tubuhnya. “Ribet amat ya hidup Abang! Lagian ngapain juga repot-repot datang ke Jogja, nambah-nambahi penduduk sini aja,” gerutu Nafla lalu segera turun dari mobil sebelum Rizky sempat menyahuti ucapannya. Kedatangan mereka berdua langsung disambut ramah oleh para pegawai kafe. Kemudian Rizky mengajak Nafla naik ke lantai dua tempat favorit Rizky setiap kali berkunjung. Kursi paling ujung dengan kaca besar yang langsung menghadap ke arah jalan raya. Apalagi saat malam hari. Dari tempat itu mereka bisa menikmati keindahan lampu warna-warni yang tertata apik di sepanjang jalan dan memperhatikan para wisatawan lokal maupun mancanegara yang berjalan kaki memenuhi jalan Malioboro. Tak butuh waktu lama pesanan makanan dan minuman mereka pun datang. Rizky yang memang sudah merasa sangat lapar dari tadi langsung saja menyantap makanannya dengan lahap sedangkan Nafla hanya memainkan makanan di hadapannya tanpa berselera. Yang Nafla lakukan justru memperhatikan cara Rizky yang tengah menikmati makanannya. “Jangan dilihatin terus. Nanti jatuh cinta loh!” goda Rizky dengan tersenyum geli saat melihat reaksi perubahan wajah Nafla yang mendadak masam. Enggan menanggapi ucapan laki-laki di sampingnya Nafla langsung menyantap makanannya tanpa perlu banyak mengunyah. Tak peduli jika nantinnya ia harus tersedak. Andai itu terjadi Nafla bisa langsung menggelontor dengan air minum di hadapannya. Setelah makan Nafla langsung mengajak Rizky pulang. Kali ini tentu saja Rizky akan menuruti permintaan Nafla karena memang dirinya pun sudah berjanji pada Nathan untuk mengantarkan Nafla pulang dan menemui kedua orang tua gadis yang dicintainya tersebut. Waktu tiga minggu yang diberikan oleh papanya mendesak Rizky untuk segera melancarkan rencananya. Kalau tidak kesempatan untuk mendapatkan Nafla akan hilang begitu saja. Jadi Rizky akan segera menemui kedua orang tua Nafla yang biasa dipanggilnya Papi dan Mami untuk meminta restu. Rizky tak peduli dengan penolakan Nafla, karena ia tahu kuncinya hanya ada pada kedua orang Nafla. Sesampainya di halaman rumahnya Naflah bergegas turun dan meninggalkan Rizky begitu saja tanpa berniat menawari laki-laki itu untuk mampir. Dengan laki-laki menyebalkan itu Nafla merasa tidak perlu bersikap baik atau pun manis. Nafla tidak ingin membuat kepala Rizky semakin besar dan semakin bertingkah sesuka hati kepadanya. Nafla masuk sembari mengucapkan salam. Dari arah dalam terdengar balasan. Tak lama Mami ke luar. Menyambut kedatangan putrinya sembari menerima uluran tangan Nafla yang hendak menciumnya. Melihat Nafla datang sendiri Mami seketika menodong Nafla dengan pertanyaan yang sudah bisa ditebak oleh Nafla. “Mana Bang Eki? Kok kamu pulang sendirian?” cecar Mami lalu melepaskan tangan Nafla yang masih memeganginya sembari menatap ke arah pintu pintu utama. Mendengar suara salam dari laki-laki yang baru saja masuk membuat Mami tersenyum lebar lalu berujar, “Duh calon menantu Mami. Sini masuk aja!” Panggilan Maminya untuk Rizky membuat perut Nafla mendadak terasa mual. Sebelum Nafla mendengarkan obrolan mereka berdua ia segera melanjutkan langkah. Berniat masuk ke dalam kamar tanpa harus repot-repot menemani Rizky. “La, kamu mau ke mana?” ucapan Mami seketika menghentikan langkah kaki Nafla. “Ke kamar lah Mi. Lala nggak mau ganggu obrolan Mami dan Bang Eki,” sahut Nafla seraya berbalik badan, menatap Mami dan Rizky. Mami tampak berpikir sejenak sebelum mengatakan sesuatu yang berhasil membuat Nafla tercengang. “Ya udah sana pergi biar Mami bisa leluasa nentuin hari pernikahan kalian berdua!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD