Panggil aku Tuan

1670 Words
Setelah Dinda pergi, Arya sudah bersiap siap diatas tempat tidur, perlahan Ia rebahkan tubuhnya diatas kasur, Arya menatap langit langit kamar sambil mengingat kejadian malam kemarin. "Bagaimana bisa aku tak ingat sama sekali saat melakukannya bersama Dinda? bahkan aku tak ingat rasanya seperti apa saat aku memerawaninya, arrrggghhhh" gumam Arya sambil menggarukkan kepalanya. Tak lama kemudian Dinda keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang sudah memakai lingeri. Arya melihat Dinda yang berjalan menghampirinya. Perasaan gugup mulai merebak di hati Arya. perlahan Ia mengatur nafasnya agar Ia tidak terlalu tegang. Setelah sampai ,Dinda duduk ditepi ranjang membelakangi Arya, perasaannya mulai gugup, karena untuk kedua kalinya Ia akan merasakan hubungan itu. Belum lama Dinda duduk tiba tiba Arya mendekati Dinda dari belakang, deru nafas Arya terasa di belakang telinga Dinda membuatnya merinding hingga Ia cekikikan sendiri. "hihihi" "Kenapa kamu ketawa?" tanya Arya dengan nada gusar. "Hmmp Maaf Tuan Geli" ucap Dinda menutup mulutnya "Kalau begitu berbaringlah sekarang" perintah Arya memegang perut Dinda seakan akan menarik Dinda untuk berbaring. Setelah Dinda merebahkan tubuhnya, Arya menatap lekat wajah Dinda,sedang Dinda hanya mengerjapkan matanya tak berani menatap wajah Arya. "Maafkan aku Dinda kalau malam ini aku melakukannya lagi padamu, kamu tidak keberatan kan? " "Hmm Iya mas, eh Tuan tidak apa apa" sahut Dinda pasrah. "Oh Iya malam itu aku cium kamu tidak?" "Iya Tuan, tapi aku tidak suka karena waktu itu Tuan mabuk, mulutnya bau, hampir membuatku muntah Tuan" jelas Dinda dengan mimik wajah jijik. "Masa sih? tapi sekarang tidak kan?" Arya menghembuskan mulutnya di telapak tangannya. "Hmm Iya tidak Tuan, tapi kalau aku bisa minta ,tolong jangan main paksa, sama aku tidak suka secara kasar kalau bisa pelan pelan saja Tuan yah, terus aku, heemp hemp" celetukan Dinda membuat Arya gemas langsung membekap mulut Dinda dengan mulutnya. dan membuat Dinda gelagapan. ,sedangkan Dinda hanya diam tak membalas ciuman Arya karena tidak mengerti cara berciuman.. "Kamu bisa ciuman gak sih?" tanya Arya tiba tiba melepaskan ciumannya. "Hmm tidak bisa Tuan" Dinda hanya menggelengkan kepalanya. "Kalau aku cium, kamu ikuti saja ciumanku seperti tadi" jelas Arya. "Hmm Iya Tuan, tadi aku takut salah" "Tidak apa apa, pelan pelan saja, yang penting jangan kamu gigit lidahku" "Hmm baiklah Tuan" Kemudian Arya melanjutkan ciumannya, Dinda mulai merespon walau sedikit dan membuat Arya semakin bernafsu. Arya mulai memegang bagian d**a Dinda hingga membuat Dinda merasa geli yang luar biasa, lalu Arya mulai naik ke atas tubuh Dinda dengan posisi yang masih berciuman. kemudian Arya melepas ciumannya lalu turun ke leher Dinda , deru nafas Dinda semakin tak beraturan karena merasa geli, perlahan Arya mulai menyingkap lingeri Dinda dan menarik daleman bawah Dinda hingga terlepas, lalu Arya masuk diantara kedua kaki Dinda, sedang Dinda mulai menekuk kakinya keatas. Adik Arya yang sudah dari tadi berdiri perlahan menyentuh milik Dinda, hingga akhirnya pelan tapi pasti adik Arya tenggelam ke dalam milik Dinda. "Aaahh" Dinda sedikit merintih. "Sakit?" tanya Arya khawatir menatap wajah Dinda. "Sedikit" sahut Dinda. "Maaf yah" "Hmmm" sahut Dinda Perlahan Arya mulai menggerakan naik turun tubuhnya, sedangkan Dinda mulai merasakan keanehan pada dirinya, rasa yang awalnya sakit ,lama kelamaan malah menjadi nikmat, berbeda dengan waktu pertama kali Ia rasakan. tiba tiba bulir air matanya jatuh saat ia teringat dengan Mbah dan adiknya dikampung "Maafin Dinda yah mbah, demi kalian Dinda harus jadi begini, seperti menjual diri sendiri demi uang, tapi sekarang dinda sudah pasrah saja, karena kata Mbah kan yang penting selama kita melakukannya bersama suami sendiri tidak mengapa, tidak berdosa, yang berdosa itu adalah berzinah" gumam Dinda dalam hatinya menangis. Arya mulai mempercepat gerakannya, sementara Dinda hanya bisa mendesah karena merasakan sesuatu yang membuatnya merinding, "Engggh.. hmmm aaaahh, mau keluar Tuan" desah Dinda. Mendengar suara desahan Dinda membuat Arya semakin semangat, tiba tiba Arya mulai merasakan puncak itu akan keluar, Arya langsung mendekap tubuh Dinda dengan kuat, sementara Dinda mulai melingkarkan tangannya di punggung Arya. Sentakan itu mulai laju, hingga akhirnya dalam satu kali hantaman Arya langsung mengerang mendongakkan kepalanya keatas lalu menekan tubuhnya dengan kuat ditubuh Dinda agar Adik Arya semakin dalam menyemburkan sesuatu ke milik Dinda. perasaan Dinda juga juga sama, Ia merasakan miliknya seperti meledak ledak saat bertemu dengan Adik Arya. Tubuh Arya langsung terkulai lemas diatas tubuh Dinda setelah melepas semburan senjatanya terhadap Dinda, nafasnya tidak beraturan karena gerakan tadi membuat nafasnya tersengal sengal, keringat diwajah Arya mengucur deras di dahinya, sedang Dinda yang berada dibawah dengan nafas yang tersengal sengal hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa apa meski tubuhnya terasa berat menahan tubuh Arya yang besar. setelah selesai Arya langsung mengangkat tubuhnya lalu menghempaskan tubuhnya disebelah Dinda, dadanya naik turun mengatur nafasnya dengan mata terpejam. Dinda yang merasakan lega karena Arya telah menyingkir dari tubuhnya, langsung meluruskan kakinya yang terasa pegal, kemudian Dinda masuk kedalam selimut untuk menutupi tubuhnya yang tanpa busana sama sekali. Perlahan Dinda mulai memiringkan tubuhnya membelakangi Arya. "Dinda, Aku tidak suka kalau tidur ,ada yang membelakangiku" tegur Arya. Mendengar ucapan Arya, sontak membuat Dinda terkejut, Ia langsung membalikkan tubuhnya ke arah Arya. "Maaf Tuan, aku tidak sengaja" "Hmmm " Arya hanya bergumam sambil mengatur posisinya, dan masuk kedalam selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya ,hingga akhirnya mereka berbaring dengan posisi bersamaan dalam satu selimut sambil menatap langit langit kamar. "Dinda bolehkan aku bertanya sesuatu?" tanya Arya sambil menarik nafasnya. "Iya Tuan, silahkan" sahut Dinda. "Kalau boleh tau, sejak kapan kamu mengenal Istriku? dan kamu ketemu Istriku dimana?" Tanya Arya sambil melirik ke arah Dinda. Seketika Dinda menoleh ke arah Arya saat Arya memberikan pertanyaan itu, kemudian Dinda kembali menatap langit langit. dan mulai menceritakan semuanya pada Arya. "Waktu itu aku masih berumur 16 tahun saat ketemu dengan Mbak, eh nyonya Siska Tuan, saat itu aku jualan kue dijalan, dan tiba tiba Nyonya Siska datang menghampiriku, Ia langsung memborong semua kue ku, saat itu aku senang banget karena dipertemukan dengan nyonya Siska yang baik hati, dan mulai dari situ aku mulai mengenal lebih dekat nyonya Siska, sampai akhirnya nyonya Siska datang bersilaturrahilmi ke rumah kami itu adalah sebuah penghargaan besar buat kami, Nyonya Siska orangnya juga tidak pernah memandang kami rendah, malah katanya nyonya Siska suka dengan kesederhanaan kami, pokoknya Nyonya Siska itu sudah seperti malaikat buat kami saking baik orangnya, sudah aku anggap seperti ibuku sendiri Tuan, begitulah ceritanya" Dinda menjelaskan panjang lebar. namun karena merasa tidak ada tanggapan saat Ia bercerita, ia pun mencoba memanggil Arya. "Tuan, Tuan!" panggil Dinda, tapi tidak sahutan dari Arya, karena penasaran Dinda mencoba menoleh ke arah Arya dan ternyata sudah tertidur. "Astaga, tadi dia bertanya, setelah aku jelaskan dia malah tidur, percuma dong aku cerita tadi seperti orang gila, hmmm sudahlah aku juga capek, selamat tidur Tuan" gumam Dinda sambil menarik selimut keatas agar menutupi seluruh tubuh Arya. lalu Dinda pun kembali berbaring diposisinya, hingga akhirnya ia pun tertidur karena sudah kelelahan. *** Pagi hari Arya terbangun dari tidurnya, Ia melihat Dinda sudah tidak ada disampingnya, perlahan Arya bangkit dari tidurnya lalu bangun pergi ke kamarnya untuk mandi. "Hari ini Bi Ijah tidak masuk, jadi aku masak Ayam goreng sama sambal matah aja deh, semoga Tuan suka sama masakanku hmmm" gumam Dinda sambil membaluri ayam mentah dengan bumbu. "kamu ngapain Dinda?" tiba tiba Arya bersuara dari belakang hingga membuat Dinda terjengkit. "Eh kodok eh kodok" kata Dinda spontan karena terkejut. "Apa kamu bilang aku kodok?" Arya menghampiri Dinda dengan wajah kesal karena Dinda mengatakannya kodok. "Eh tidak Tuan, abis Tuan gak bilang bilang kalau ada dibelakangku, ini aku mau masak" ucap Dinda tersenyum sambil menoleh ke arah Arya. "Mana Bi Ijah?" tanya Arya "Hmm, anu Tuan, tadi Bi Ijah telfon katanya hari ini izin gak masuk karena lagi sakit" jawab Dinda. "Hmm, jadi kamu yang masak hari ini?" "Iya Tuan" sahut Dinda. "Emang kamu tau masak?" Arya menatap Dinda sinis "Tuan jangan remehin aku soal masak, sebentar aku buktikan pasti Tuan bakal ketagihan" sungut Dinda merasa kesal dengan Arya. "Okelah aku tunggu" sahut Arya sambil menunggu berdiri di samping Dinda. "Hmm" gumam Dinda. "Tuan tau apa kesamaan bawang merah sama Tuan?" tiba tiba Dinda memberikan Arya teka teki "Gak tau?" "Sama sama bikin nangis hihihi" jawab Dinda terkekeh "Apaa?" teriakan Arya membuat Dinda terjengkit . "Hihihi maaf Tuan cuma bercanda" "Ya sudah aku tunggu dimeja makanlah, males nunggu disini, jangan pakai lama yah!" perintah Arya sambil berlalu pergi menuju meja makan. "Siap Tuan" sahut Dinda. Setelah menunggu waktu yang lama, akhirnya makanan siap, Dinda membawa semua makanan yang Ia masak tadi lalu Ia sajikan di atas meja. Setelah semua sudah tersedia diatas meja Arya yang sedari tadi menunggu Dinda langsung mengambil makanannya lalu mulai mencicipinya. "Awas yah kalau tidak enak!" kata Arya sambil mencubit ayam goreng buatan Dinda. Sementara Dinda duduk disebelah dengan keadaan gugup karena takut Arya kecewa dengan masakannya. "Ya Tuhan, semoga saja enak, kalau tidak tamatlah riwayatku, hhh untunglah aku sering nonton master chef walau cuma numpang nonton tv tetangga, anggap sajalah aku sedang ikut master chef itu, dan Tuan jadi jurinya seperti chef Juna yang terkenal galak itu, hihihi" gumam Dinda dalam hati terkekeh sendiri. Dinda melihat Arya yang mulai makan dengan wajah menegangkan, perlahan Arya mulai mengunyahnya lalu memberi komentarnya kepada Dinda. Hmmm lumayanlah enak, saya kasih nilai 8.5 buat kamu" Arya langsung memakannya dengan lahap. "Hmm terima kasih Tuan" ucap Dinda tersenyum bahagia mendengar komentar Arya yang memuaskan, Ia menghembuskan nafasnya, lalu menemani Arya makan sampai selesai. Setelah selesai makan, Arya kembali ke kamarnya, sementara Dinda membereska semua piring kotor lalu mencucinya. setelah pekerjaan selesai, Dinda menghempaskan tubuhnya di sofa karena kecapekan, belum lama Ia duduk tiba tiba terdengar suara bel pintu berbunyi. Dinda segera bergegas pergi untuk membuka pintu. dan saat Dinda membuka pintu, tiba tiba Dinda terkejut melihat seorang pria tampan berada dihadapannya. Matanya tak berhenti menatap lelaki itu. "Permisi adik manis, mau tanya apakah Pak Arya ada dirumah? " tanya pria tampan itu, namun tidak direspon oleh Dinda karena terpukau melihat ketampanan pria itu. "Dik " sapa pria itu kepada Dinda melambaikan tangannya didepan wajah Dinda. "Eh Iya Maaf Tuan" Dinda tersadar dari lamunannya. "Maaf dengan Tuan siapa ini? Ada keperluan apa Tuan kesini ? " Tanya Dinda sesopan mungkin. "saya (...)"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD