Wahana permainan

1501 Words
*** Saat Arya melihat wajah Dinda, Ia melihat Dinda tampak begitu cantik dengan balutan dress berwarna pink perpaduan hitam, rambut terurai dijepit samping, ditambah tas selempang dan sendal taplek yang Dinda kenakan membuat Arya terpukau. Perlahan Arya berdiri dan menghampiri Dinda tanpa melepas tatapannya terhadap Dinda. "Tumben penampilanmu bagus hari ini dan baju itu kamu dapat dari mana?" tanya Arya. "Oh iya ini Mbak Siska yang belikan sebelum Ia berangkat kemarin mas" "Oh ya sudah, ayo jalan, kita sudah telat" Ajak Arya mulai berjalan lalu diikuti Dinda dari belakang "Hmm Iya mas" Mereka berjalan bersama keluar rumah,dan saat sampai mobil tanpa sadar Arya membuka pintu mobil depan untuk Dinda, karena ia pikir Dinda adalah Siska. "Ahh sial kenapa aku membuka pintu depan untuk Dinda, ada apa denganku ?" gumam Arya dalam hati. Dinda terhenti sejenak menatap Arya dari belakang, Ia merasa heran dengan tingkah Arya yang tiba tiba perhatian, padahal awalnya Dinda ingin duduk dibelakang tapi karena Arya terlanjur membuka pintu mobil terpaksa Ia masuk ke dalam. Arya pun menutup pintu mobil lalu Arya ikut masuk ke dalam mobil untuk menyetir hingga kemudian mereka melaju meninggalkan Rumah. Di dalam perjalanan Dinda tampak kaku saat duduk disamping Arya. Ia tak berani berbicara kalau Arya tak bertanya. karena bosan, Dinda mengeluarkan Hp yang diberikan Siska. Ia mencoba menyentuh satu persatu aplikasi yang ada di Hpnya. "Kamu punya handphone? pasti dari Siska kan?" Arya pura pura bertanya untuk memecah suasana, walau Ia tahu Hp itu dari Siska. "Hmm Iya Mas" "Sepertinya kamu baru memakai handphone yah?" "Iya Mas, tapi kata Mbak Siska nanti Mas Arya yang ajarin cara pakainya" "Hmm Iya nanti aku ajarin sebentar yah" Arya tersenyum menatap Dinda. "Iya, Makasih mas" Tak lama kemudian Arya menghentikan mobil disebuah wahana terbesar dijakarta. "Kita singgah sini dulu yah" kata Arya sambil berbelok memarkirkan mobilnya. "Ini tempat apa Mas?" tanya Dinda keheranan. "Ini wahana, tempat bermain main kamu mau coba?" "Hmm Iya" sahut Dinda menganggukkan kepalanya. Setelah Arya memarkirkan mobilnya,Mereka berdua pun turun dari mobil lalu masuk ke dalam, tak lupa Arya membeli 2 tiket masuk. Setelah mereka masuk kedalam. Dinda hanya terpelongok melihat banyak permainan didalamnya, karena sebelumnya Ia tak pernah ke tempat seperti itu, "Kamu mau naik apa Dinda?" Dinda hanya menggelengkan kepalanya sambil melirik kesana kemari. mereka pun melanjutkan perjalanan mencari permainan apa yang ingin Dinda coba, dan tiba tiba mata Dinda tertuju pada satu wahana yang menurutnya menarik. "Mas Aku mau naik itu?" panggi Dinda kepada Arya sambil menunjuk permainan yang ingin Ia coba. dan saat Arya menoleh ke arah yang ditunjuk Dinda, Ia langsung terkejut karena ternyata permainan yang Dinda minta adalah komidi pesawat. "Apa? kamu mau naik itu?" Tanya Arya mengerutkan dahinya. "Hmm" sahut Dinda mengangkat alisnya. "Tapi itu kan untuk anak kecil Dinda" ucap Arya yang mulai gusar "Hmmm tapi aku suka naik itu Mas" kata Dinda yang mulai merajuk. Arya pun mulai menggarukkan kepalanya dan terpaksa menuruti kemauan Dinda agar Ia senang. "Ya sudah , ayo kita kesana" "Asiik, makasih yah mas" wajah Dinda langsung bahagia karena Arya telah menuruti Kemauannya. "Mas tidak ikut?" tanya Dinda. "Hmm kamu saja yang naik, nanti aku tunggu disini saja" "Baiklah" Dinda berlalu sambil menaiki komidi pesawat. sampai diatas Dinda merasa bahagia, setiap Ia melewati Arya pasti Ia akan melambaikan tangannya kepada Arya. Arya hanya bisa tertawa melihat tingkah Dinda yang seperti anak anak. Setelah selesai Dinda turun dari komidi pesawat, kemudian mereka melanjutkan perjalanan, mencoba wahana yang lain. Arya yang melihat Dinda tertawa bahagia membuat hatinya sedikit lega, "Ternyata gadis ini lucu juga, tapi sayang dia cuma Istri yang di kontrak" Arya bergumam sambil melamun dan tiba tiba Ia teringat dengan Siska, wajahnya yang awal bahagia kini kembali muram. Ia tak pernah mengerti mengapa Siska begitu keras kepala menikahkannnya bersama Dinda hanya karena alasan anak. "Mas" panggil Dinda membuyarkan lamunan Arya. "Eh iya" Arya terjengkit kaget "Aku mau minum Es Krim itu mas, bisa kan?" tunjuk Dinda ke arah penjual Es krim. "Hmm ambil lah kalau kamu mau" "Makasih yah Mas" ucap Dinda berlalu pergi ke tukang Es krim. Sedang Arya menyusul Dinda untuk membayarkan Es krim Dinda. Setelah puas keliling bermain, merekapun memutuskan untuk pulang ke rumah. Di dalam perjalanan Dinda tertidur didalam mobil, sedang Arya hanya menatap wajah Dinda yang begitu polos menurutnya. *** POV SISKA Setelah menutup telefon dari Arya, tangis Siska langsung pecah, Ia sebenarnya tak tega melakukan itu semua pada Arya dan Dinda. Hatinya kacau, Ia tak berdaya, apalagi saat Ia melihat selembar kertas putih dari rumah sakit membuat harapannya semakin hancur. Siska langsung menyobek kertas itu sampai hancur. Lalu Ia pun langsung menangis histeris, hingga terkulai dilantai karena tak sanggup menghadapi kenyataan yang Ia alami. "Ya Allah.. ampuni aku, maafkan aku telah menyembunyikan semuanya dari suamiku, maafkan aku Mas, aku wanita yang tak sempurna untukmu, maafkan aku tak bisa memberikanmu kebahagiaan itu Mas, maafkan jika nanti umurku tak akan panjang lagi menemanimu mas, aku sudah Ikhlas jika suatu saat kamu kan menjadi milik Dinda, karena aku ingin melihatmu bahagia bersama Dinda disisa hidupku Mas, hiks hiks" Siska mendekap foto pernikahan mereka yang terpajang di figura berwarna putih, 10 tahun silam bukanlah waktu yang singkat, Siska mengingat semua kenangan saat mereka bersama, saat Arya memberikan ia perhatian dan cinta, disaat ia dibully belum bisa memberikan Arya anak, Arya adalah orang pertama didunia ini yang selalu menguatkannya. Tapi sekarang dirinya lemah tak berdaya karena sebagian hidupnya telah ia berikan kepada madunya Dinda. Meskipun Ia tak rela tapi dengan terpaksa Ia melakukannya demi kebahagiaan suami tercintanya. **** Setelah sampai dirumah, Arya membangunkan Dinda yang tertidur dimobil. "Dinda bangunlah, kita sudah sampai" panggil Arya menepuk pipi Dinda. "engghhh" Dinda terbangun dari tidurnya lalu menatap Arya. "Apa kita sudah sampai Mas?" tanya Dinda mengucak matanya. "Iya, ini kita sudah didepan rumah, cepatlah turun" "Iya Mas" sahut Dinda sambil membuka pintu mobil lalu turun dari mobil Arya. Setelah mereka turun dari mobil, Arya dan Dinda masuk kedalam rumah. mereka menaiki tangga bersama sampai ke atas. Arya duluan sampai dikamarnya sedang Dinda lanjut berjalan menuju kamarnya. Namun saat Arya hendak masuk kekamarnya tiba tiba Ia tertahan didepan pintu. Arya menatap punggung Dinda yang terus berjalan meninggalkannya ,perasaannya ingin mengikuti Dinda sampai dikamarnya tapi Ia ragu. setelah berpikir sesaat Arya mengurungkan niatnya masuk kekamarnya lalu pergi menyusul Dinda ke kamarnya. Saat Dinda akan menutup pintunya tiba tiba Ia terjengkit saat melihat Arya berada didepan pintunya. "Astagfirullah, setan, eh mas Arya, ngapain kesini?" tanya Dinda terjengkit. "Apa kamu bilang aku setan?" tanya Arya agak kesal. Dinda hanya terkekeh menggelengkan kepalanya. "Hihihi Tidak mas" "Aku mau tidur disini" jawab Arya perlahan masuk kedalam kamar Dinda. Sementara Dinda perlahan mundur kebelakang ketika Arya berjalan masuk lalu menutup pintu kamar Dinda. Dinda hanya membolakan matanya saat Arya sudah berada dihadapannya. "Kenapa kamu menatapku seperti itu? apa kamu tidak suka?" Arya menatap tajam Dinda. "Hmmm tidak" sahut Dinda langsung menundukkan kepalanya. Arya langsung melewati Dinda dan melanjutkan langkahnya menuju tempat tidur Dinda kemudian duduk ditepi ranjang. "Setelah aku pikir pikir, mungkin kita harus segera menyelesaikan semuanya Dinda, kalau kamu bisa punya anak, dan kontrakmu selesai, maka kamu bisa pergi, soalnya aku takut kalau kamu terlalu lama disini, aku kan menyakitimu terus, bagaimana menurutmu Dinda? " Dinda berbalik arah dan menoleh ke Arya, lalu Dinda menghampiri dan duduk disamping Arya. "Kalau aku, bagaimana baiknya aja Mas, aku ikuti saja" sahut Dinda. "Kalau begitu kamu pergilah siap siap Dinda!" perintah Arya. "Maksudnya, Siap siap apa mas?" tanya Dinda tidak mengerti. "Astaga dia mulai lagi membuatku kesal, andai dia tidak sedang sedih, mungkin aku sudah memarahinya saat ini" gumam Arya dalam hati sambil menghela nafasnya. "Maksud aku, Kamu pergi ganti bajumu itu lalu kita akan tidur, paham!" jelas Arya menahan emosinya. "Oh maksudnya aku ganti baju seksi itu lagi mas?" "Nah itu kamu sudah tahu, pergilah cepat" perintah Arya lagi. "Hmm baiklah" Dinda beranjak dari duduknya lalu pergi menuju Almari untuk mengambil lingeri. "Tapi Mas, apa aku harus bersolek juga?" tiba tiba Dinda terhenti dari langkahnya. "Tidak usah, aku takut nanti dandananmu seperti Ondel ondel kayak kemarin" "hihihi Baiklah" sahut Dinda cekikikan. "Eh Dinda" panggil Arya, tiba tiba menghentikan langkah Dinda, "Iya Mas" Dinda berbalik menoleh kearah Arya. "Hmm sebaiknya mulai sekarang kamu tidak usah memanggilku Mas, soalnya aku takut suatu saat orang tuaku atau orangtua Siska datang dan kamu memanggilku Mas, pasti mereka akan curiga" "Baiklah, Jadi aku harus panggil apa?" tanya Dinda menatap Arya dengan wajah polosnya. "Karena disini kamu berpura pura jadi pembantu, jadi panggil saja aku Tuan, dan panggil Siska Nyonya, biar kamu terbiasa nantinya" jelas Arya "Baiklah Tuan, aku ganti baju dulu yah" ucap Dinda tersenyum, lesung di pipinya membuat Dinda kelihatan tampak manis, sehingga membuat Arya sedikit tergoda melihatnya. kemudian Dinda berlalu pergi mengambil baju lingeri di lemari dan mengganti pakaiannya di kamar mandi. Arya hanya menganggukan kepalanya, menatap Dinda yang berjalan pergi meninggalkannya untuk ganti baju. "Astaga, kenapa aku melihatnya seperti itu tadi hhh, jangan sampai aku tergoda dengan gadis kampung itu, Ingat Arya tujuanmu yang di inginkan Siska, cuma sampai punya anak tidak lebih" gumam Arya mengusap wajahnya dengan kedua telapaknya tangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD