Arya Mengigau

1851 Words
Pagi hari Dinda sudah sibuk membantu Bi Ijah didapur, setelah semua selesai Dinda duduk di kursi meja makan, menunggu Arya turun dari lantai atas. Dinda melihat waktu sudah menunjukkan pukul 06,30 pagi, tapi Arya belum juga turun dari kamarnya “Sudah jam berapa ini, Tuan Arya kok belum turun juga? Apa Tuan tidak akan masuk kerja hari ini? Atau dia pikir hari ini masih hari minggu yah” gumam Dinda bertanya tanya sambil melihat jam dinding. “Atau aku bangunkan Tuan Arya saja yah, ih tapi aku takut dia marah, hmm tapi kalau tidak dibangunkan pasti Tuan akan marah juga duh serba salah juga nih” perasaan Dinda mulai gusar ia bingung antara harus membangunkan Arya atau tidak. Ia menatap kembali jam dinding sudah lewat lima menit, “Astaga, kalau aku disini terus, pasti Tuan akan terlambat, sebaiknya aku bangunkan saja deh” gumam Dinda terjengkit sendiri. Sejenak Dinda menarik nafasnya, Ia beranjak dari duduknya lalu berlari kecil menaiki tangga, Setelah sampai didepan kamar Arya, Dinda mengetuk pintu kamar Arya. Tok tok tok “Tuan” panggil Dinda. Namun tak ada sahutan dari dalam, hingga beberapa kali dinda mengetuk pintu kamar Arya ,tetap saja tak ada sahutan, “Aduh gimana ini, Tuan tidak membuka pintunya, berarti dia masih tidur” gumam Dinda sambil menggigit jari jempolnya. Sejenak Dinda mengatur nafasnya lagi, kemudian Ia memegang gagang pintu kamar Arya yang ternyata tidak terkunci. Perlahan Dinda masuk kedalam kamar, Ia berjalan berjinjit pelan karena takut. Setelah sampai di tepi ranjang, Dinda melihat Arya yang masih tertidur. “Tuh kan bener kata aku pasti Tuan belum bangun hhhh” Perlahan Dinda membungkukkan sedikit badannya lalu membangunkan Arya dengan mengguncangkan lengan Arya. “Tuan, Tuan bangunlah sudah pagi” panggil Dinda “Hmmmm” Arya hanya bergumam menggerakkan badannya lalu tertidur kembali. “Tuan bangunlah” panggil Dinda lagi Beberapa kali Dinda berusaha membangunkan Arya, namun tak bangun juga. Sampai akhirnya Dinda sudah menyerah membangunkan Arya, terpaksa ia memutuskan untuk pergi keluar dari kamar Arya, namun belum sempat Dinda berbalik arah ,Tiba tiba Dinda terjengkit saat Arya menarik tangannya hingga terjatuh di pelukan Arya. “Ehh.. ehhh” “Siska, Aku mencintaimu, jangan tinggalkan aku Siska muuuaah” Arya mengigau memeluk erat Dinda sambil memonyongkan bibirnya ke arah Dinda. “Ya Tuhan, Tuan Arya sedang mengigau, dia kira aku nyonya Siska, aduh bagaimana ini? Mana Tuan mau menciumku Iiihhh” Gumam Dinda berusaha menghindar dari ciuman Arya, Hingga akhirnya muncullah ide Dinda untuk menampar Arya. “Hmm kalau Tuan tidak bangun, dengan terpaksa aku harus menamparnya agar Tuan bisa bangun, ya Tuhan ampuni aku jika aku harus menampar Tuan Arya” Perlahan Dinda menggosokkan kedua telapak tangannya lalu mulai menghitung. “Satu, dua, tiga” PLAAAAAK , satu tamparan melayang di pipi Arya. “Aaauuh” Arya terjengkit lalu terbangun dari tidurnya. Dinda pun ikut bangkit dari tidurnya, hingga mereka terduduk bersama. “Maafkan aku Tuan” ucap Dinda spontan menatap Arya penuh ketakutan. Arya langsung menoleh ke arah Dinda sambil memegang pipinya. “Astaga Dindaaaaa” teriak Arya. “jadi kamu yang menamparku hah?” “Hehehe iya Tuan, abis Tuan tidak bangun, malah menarikku tadi” Ucap Dinda sambil nyengir “Tapi tidak perlu menamparku juga Dinda” teriak Arya berdengus kesal kepada Dinda. “Kalau tidak begitu Tuan tidak akan bangun, apa Tuan tidak masuk kantor hari ini? Ini sudah jam berapa Tuan” Mendengar kata Dinda, Arya langsung mengecek jam di ponselnya, seketika Arya membelalakan mata saat melihat waktu sudah menunjukkan 06.45 “Arrgghh, aku sudah terlambat, kenapa kamu tidak membangunkanku dari tadi Dinda” , Arya langsung menyingkap selimutnya lalu turun dari ranjang, Ia langsung menyambar handuknya lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi. “Perasaan kan aku sudah bangunkan Tuan dari tadi ,kenapa Tuan malah memarahiku hmm” Dinda bergumam sendiri sambil melihat Arya yang sibuk masuk kedalam kamar mandi. “Dinda” Tiba tiba Arya memanggil Dinda dari balik pintu kamar mandi. “Iya Tuan” sahut Dinda menatap kearah kamar mandi. “Tolong kamu siapkan baju kerjaku yah” perintah Arya. “Baik Tuan, eh tapi warna apa Tuan bajunya?” tanya Dinda. “Terserah kamu sajalah yang penting warnanya cocok” “Hmm baiklah Tuan” Dinda turun dari ranjang lalu berjalan menuju lemari baju milik Arya. Dan saat Dinda membuka lemari, seketika mulut Dinda menganga melihat seluruh isi lemari Arya . “Ya Tuhan, banyak sekali bajunya, bagaimana bisa aku memilihnya” Gumam Dinda yang bingung mencari kemeja dan celana Arya. Setelah beberapa saat Dinda membongkar satu persatu kemeja yang tergantung, akhirnya Dinda memilih kemeja warna navy, celana hitam dan dasi berwarna putih navy. “Tuan bajunya aku taruh disini yah” Teriak Dinda meletakkan pakaian Arya di atas kasur. Sambil melirik kearah pintu kamar mandi Arya. “Iya makasih” sahut Arya. Setelah selesai, Dinda pun berlalu pergi meninggalkan kamar Arya, Ia kembali ke dapur untuk membuatkan Arya teh hangat. Selesai mandi, Arya keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan badannya dengan handuk, ia pun melihat baju yang dipilihkan Dinda untuknya terletak diatas kasur, lalu tersenyum saat melihat baju itu. “Hah Ternyata pintar juga gadis konyol itu memilih baju untukku” gumam Arya langsung mengenakan pakaiannya. ----- Setelah semuanya siap, Arya bergegas turun dari tangga, lalu ia pergi ke meja makan untuk sarapan. Arya mengambil sepotong roti lalu mengoles selai dengan cepat lalu memakannya, sementara Dinda baru membawakan teh untuk Arya lalu menyajikannya diatas meja. “Tuan kalau makan pelan pelan, nanti tersendat” kata Dinda khawatir melihat Arya mengunyah rotinya dengan cepat. “Hmm, Iya aku buru buru, soalnya ada meeting sebentar” Arya langsung menyudahi makannya lalu menyeruput sedikit teh nya. “Aku pergi dulu yah” Arya beranjak dari duduknya, dan tanpa sadar Arya mendaratkan satu kecupan di kening Dinda yang sedang berdiri disampingnya. Dinda hanya membelalakan mata saat Arya mengecup keningnya, Ia hanya terdiam membisu bahkan sampai Arya berlalu pergi darinya, Ia masih berdiri dengan tatapan kosong karena tak percaya Arya akan menciumnya. “Kenapa Tuan menciumku? Bukankah waktu itu, dia bilang tidak mau menciumku? Atau jangan jangan Tuan Arya masih menyigau dan menganggap aku Nyonya Siska? Aneh” Dinda mengernyitkan dahinya sambil menggelengkan kepalanya. *** Sore hari Dinda membantu Bi Ijah memasak untuk makan malam, disela sela kesibukan , mereka saling mengobrol saru sama lain agar waktu masak terasa begitu cepat. “Bi Ijah sudah lama kerja disini?” tanya Dinda sambil memotong sayur wortel untuk dibuat sup. “Iya non, Bibi disini sudah lama, dari awal Nyonya dan Tuan menikah sampai sekarang” jawab Bi Ijah. “Wah lama juga yah Bi “ “Oh ya Bi, Dinda bisa tanya sesuatu ke Bibi?” “Iya bisa Non, silahkan” “Kalau boleh tau kenapa Nyonya Siska dan Tuan Arya belum punya anak sampai sekarang” “Masalah itu Bibi juga kurang tahu Non, sebenarnya dulu pas awal mereka menikah, Nyonya Siska sempat hamil, tapi suatu hari nyonya keguguran akibat terpeleset di tangga itu, dan sampai sekarang Allah belum menitipkan mereka seorang anak” jelas Bi Ijah sambil mengulek sambal “Ya Allah, Kasihan yah Nyonya Siska Bi, tapi kenapa mereka gak adopsi anak aja Bi” “Sebaik baiknya Anak adopsi, lebih baik lagi jika anak kandung sendiri Non, apalagi Tuan dan Nyonya orang yang cukup kaya, pastilah mereka akan mewariskan hartanya untuk anak kandungnya” “Hmm Iya juga sih Bi” Dinda hanya menoleh ke arah Bi Ijah sambil mencerna perkataan Bi Ijah tadi. Saat mereka sedang memasak tiba tiba suara Bel pintu berbunyi. Dinda dan Bi Ijah saling menatap mendengar suara Bel itu. “Mungkin Itu Tuan Bi, biar aku saja yang buka pintunya” Kata dinda sambil mencuci tangan lalu mengelap tangannya di roknya yang lusuh. Dinda bergegas meninggalkan dapur, Ia berlari kecil menuju pintu lalu membukanya. Seketika Dinda terkejut saat melihat lelaki yang ada dihadapannya bukan Arya melainkan Ricko. “Tuan Ricko, ada keperluan apa kesini? Mohon maaf Tuan Arya belum pulang” “Saya kesini bukan mau ketemu Tuan mu, tapi mau ketemu kamu sekaligus ingin berkenalan denganmu bisa kan?” “Hmm mohon maaf Tuan saya dilarang menerima tamu, kecuali yang berkepentingan dengan Tuan atau Nyonya saja, maaf pintunya saya tutup dulu, Tuan bisa kembali setelah Tuan Arya pulang” “Eh Tunggu dulu” Ricko langsung menahan pintu yang akan ditutup oleh Dinda. “Baiklah kalau aku tidak boleh bertamu dirumah Tuan mu, tapi aku bisa tau namamu kan? Dan bisakah aku meminta nomormu?” lanjut Ricko bertanya. “Hmmm tapi” jawab Dinda ragu. “Please, aku mohon padamu, aku Cuma mau berteman saja kok” “Baiklah Tuan, namaku Dinda, catatlah nomorku” Dinda menyebut nomor ponselnya, Ricko langsung bergegas mengambil ponselnnya lalu mencatat nomor Dinda. “Terima kasih yah Dinda, Oh iya kamu tidak usah memanggilku Tuan, panggil saja aku Ricko” “Hmm baiklah, eh sepertinya tidak sopan kalau aku memanggil dengan sebutan nama, jadi aku panggil Mas Ricko aja yah” ujar Dinda. “Iya terserah kamu sajalah Dinda, yang penting jangan memanggilku Tuan hehehe,” Ricko terkekeh saat berbicara dengan Dinda. “Oke aku pamit dulu yah Dinda, terima kasih” “Iya Mas sama sama” sahut Dinda tersenyum kepada Ricko. Setelah Ricko pergi Dinda menutup kembali pintu rumah, lalu berjalan menuju dapur untuk membantu Bi Ijah memasak. Belum sampai di dapur tiba tiba bel pintu kembali berbunyi, Dinda langsung menghentikan langkahnya. “Siapa lagi sih ini? Apa mas Ricko kembali kesini lagi! Hhhh” gerutu Dinda sambil berbalik arah, Ia berjalan kembali ke ruang tamu untuk membukakan pintu. “Ada apa lagi, ups!” Ucap Dinda seketika langsung menutup mulutnya saat melihat Arya yang berada dihadapannya. Seketika Arya merasa heran melihat tingkah Dinda yang terkejut saat berhadapan dengannya. “Kenapa kamu melihatku seperti itu?” Tanya Arya ,perlahan masuk kedalam rumah. “Hmm Tidak Tuan” jawab Dinda menggelengkan kepalanya. “Oh ya, Dinda Nanti tolong kamu buatkan kopi untukku lalu bawakan ke kamarku yah” perintah Arya. “Hmm baik Tuan” sahut Dinda. Arya pun melanjutkan langkahnya, berjalan menaiki tangga. Sementara Dinda hanya menatap punggung Arya yang berlalu pergi meninggalkannya. “Untunglah tadi Tuan tidak mendengar kataku, kalau tidak, habislah aku dimarahinya huufft” gumam Dinda sambil menghela nafas lega. Selesai membuat kopi, Dinda langsung mengantarkannya ke kamar Arya yang berada dilantai atas. Didepan kamar Arya, Dinda mulai mengetuk pintu. Tok tok tok “Masuk” sahut Arya. Dinda pun masuk kedalam sambil membawa kopi, dan saat berjalan Dinda hanya menatap Arya yang sedang duduk bersandar diatas ranjang. “Ini Tuan kopinya” Dinda meletakkan kopi Arya di atas meja samping ranjang Arya. “Hmm, makasih “ sahut Arya. “Iya Tuan” Dinda menganggukkan kepalanya, lalu Ia pamit untuk keluar kamar, “Dindaa” panggil Arya “Iya Tuan” Dinda terjengkit lalu menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Arya “Sebentar aku akan ke kamarmu, bersiap siaplah” perintah Arya. “Hmm baiklah Tuan” sahut Dinda, melanjutkan langkahnya keluar dari kamar Arya. “Astaga kenapa Tuan menyuruhku bersiap siap, apakah Tuan akan memperkosaku lagi malam ini, hiiiyy” gumam Dinda bergidik sambil berjalan pelan menuju kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD