Kabur

1070 Words
"Kau…" Lirih Gina dengan penuh keterkejutan, bahkan tidak percaya dengan penglihatan matanya, dan menurut Gina, matanya ada sedikit bermasalah, atau memang benar-benar bermasalah, saat melihat pria yang telah menggagahi tubuhnya. Gina berulang kali menggelengkan kepalanya karena tidak percaya, bahkan sulit untuk dipercaya. Gina meneteskan air matanya dan semakin mengeratkan tangannya yang sejak tadi meremas sisi selimutnya. "Kenapa harus menangis? Tidak perlu menangis karena semuanya tidak akan merubah keadaan!" ujar pria yang berpakaiannya serba hitam seperti seragam itu pada Gina, saat melihat Gina semakin mengencangkan tangisnya. Yah, Gina menangis karena Gina tidak percaya, kalau pria yang menanamkan benihnya dalam rahimnya itu adalah seorang pengawal, terlihat sangat jelas dari seragamnya. Itulah yang membuat Gina tidak percaya. Tidak percaya kalau nasibnya seburuk itu. Pria itu langsung melempar pakaian untuk Gina, lalu pergi. Gina terus menangis tiada hentinya. Meratapi nasib buruknya. Setelah Gina cukup lama menangis, menumpahkan kesedihannya melalui tumpahan air matanya. Gina dengan perlahan mengambil pakaian yang diberikan oleh pengawal tersebut. Gina mengerutkan keningnya saat melihat ternyata pakaian yang diberikan oleh pengawal itu adalah pakaian mewah. Gina tidak percaya kalau pakaian itu dari pengawal, karena kalau Gina mau tidak percaya kalau pakaian itu bukan yang ori, Gina juga tergolong dari orang kaya yang mengerti tentang pakaian yang benar-benar mewah, atau hanya kW. Jadi Gina percaya kalau pakaian itu memang pakaian bermerek, namun Gina tidak percaya kalau pakaian itu diberikan oleh pengawal tadi. Gina langsung membawa langkah pelannya ke kamar mandi, karena bagian inti ha sedikit ngilu, mungkin pengawal itu melakukannya dengan kasar, pikir Gina. Gina membersihkan tubuhnya, lalu memakai pakaian yang diberikan oleh pengawal tadi masih merasa penasaran sebenarnya pengawal itu mendapatkan pakaian mewah yang diberikan pada dirinya itu dari mana. Setelah Gina sudah rapi dengan pakaian yang dibawa oleh pengawal tadi, Gina langsung membawa langkahnya keluar dari kamar tersebut dan ternyata Gina bisa melewati setiap jalan untuk keluar dari rumah itu dengan aman, bahkan sangat mudah, tidak seperti yang ditakuti oleh Gina. Dimana Gina merasa takut, kalau dirinya keluar dari kamar itu akan mendapat siksaan dari orang yang menculiknya atau secara tidak langsung Anggap saja Gina kabur dari tempat penculikan tersebut. Setelah Gina berhasil keluar dari rumah tersebut, Gina langsung berlari di jalan Raya dengan jarak yang cukup jauh, lalu Gina menghentikan langkahnya dan menunggu taksi lewat. Baru saja Gina menunggu taksi lewat, kebetulan ada taksi yang lewat, dan Gina langsung menghentikan mobil taksi tersebut Lalu masuk ke dalam mobil tersebut dan meminta agar sopir taksi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di rumahnya. Supir pun mengikuti keinginan Gina dengan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, hingga tidak butuh waktu lama, Gina sampai di rumahnya. Ya, untuk hari ini Gina memutuskan untuk pulang ke rumahnya, karena Gina ingin bertemu dengan kakaknya. Sesampainya dirumah, Gina langsung masuk ke dalam rumah yang ternyata langsung disambut hangat oleh Lina, karena Lina begitu sangat merindukan Gina. "Sayang, kamu kemana saja? Kenapa kamu tidak pulang beberapa hari ini? Mama sangat khawatir sama kamu. "Ujar Lina yang memang begitu sangat mengkhawatirkan Gina, karena Gini tidak memberitahu Lina mengenai kepergiannya dari rumah atau ketidak kepulangannya dari kampus. Gina yang melihat wajah sedih dari sang Mama merasa bersalah, karena sejak terjadinya kesepakatan kerjasama dengan Axel, Gina memang tidak pulang ke rumah atau bahkan jarang pulang ke rumah, dan itu sangat membuat Gina merasa bersalah pada sang Mama. "Maafkan Gina, Mah. Gina tidak pulang karena Gina mau fokus sama kuliah, agar Gina juga bisa membantu Kak Revan untuk mengelola perusahaan Grandpa." Ujar Gina berbohong, karena Gina juga tidak akan memberitahu atau menjawab jujur atas pertanyaan sang Mama. Menurut Gina, akan lebih baik sang Mama sedih karena berpisah sementara dengan alasan kuliah, daripada berpisah dengan alasan menjual diri seperti kenyataannya. Gina tahu, bahkan Gina sadar kalau apa yang dirinya lakukan itu sangat salah, bahkan disalahkan besar oleh keluarganya. Dan Gina juga mengerti, kalau semua kebohongannya, pada akhirnya akan terungkap, hanya saja Gina memang belum siap walau memberitahu kedua orang tuanya saat ini juga bahwa dirinya sudah menikah dengan Axel. Lina yang mendengar jawaban Gina semakin merasa bangga pada Gina, karena ternyata Gina begitu sangat menghormati perjuangan Grandpanya di masa lalu. Setelah Lina mendengar jawaban atau alasan Gina Kenapa tidak pulang, akhirnya Lina langsung mengajak Gina masuk ke dalam rumah, dan meminta pelayan untuk menyiapkan makanan dan untuk Gina. Saat Gina dan Lina sedang berbagi cerita, Revan datang, dan langsung mendekati Gina saat melihat keberadaan Gina. Yah, sebenarnya Revan benar-benar sangat terkejut saat melihat keberadaan Gina, karena Revan pulang itu Karena merasa lelah mencari Gina, bukan karena tahu kalau Gina sudah pulang. Revan langsung memeluk Gina dengan sangat erat hingga membuat Gina menangis. Lina yang melihat wajah khawatir Revan merasa senang, karena Revan terlihat begitu sangat sayang pada Gina. "Mah, aku pinjam Gina sebentar ya." Ujar Revan yang langsung membawa Gina pergi dari ruang tamu, dengan cara menarik pergelangan Gina, hingga dengan refleksnya Gina mengikuti langkah Revan. "Gina, bagaimana kamu bisa pulang, jelaskan sama Kakak! Kakak mencariku kemana-mana, tapi Kakak tidak bisa menemukan kamu." Ujar Revan yang merasa sangat penasaran, namun tidak dipungkiri Revan merasa bahagia saat melihat adiknya pulang dalam keadaan baik-baik saja. Itu menurut Revan, tidak tahu saja kalau Gina sebenarnya tidak sedang baik-baik saja seperti yang dilihat oleh Revan. "Aku kabur dari tempat penculikan itu, Kak," kata Gina yang membuat Revan tersenyum bangga. "Bagus. Adik Kakak memang bisa diandalkan. Pokoknya Kakak bahagia kamu pulang dengan selamat." Ujar Revan yang langsung memeluk Gina, dan itu membuat Gina merasa hatinya nyeri, karena melihat wajah Revan yang terlihat bahagia dan juga bangga secara bersamaan, padahal Gina tidak sehebat yang dipikirkan oleh kakaknya, dimana Gina semakin merasa jijik pada tubuhnya saat mengingat kalau dirinya sudah di tiduri oleh seorang pengawal. "Sekarang, kamu cerita sama Kakak. Bukannya kamu ingin cerita sesuatu sama Kakak." Ujar Revan saat ia mengingat tentang perkataan Gina yang meminta dirinya untuk datang ke rumah Tuan Axel, terus berubah Gina yang mendatangi perusahaan, hingga berakhir Gina di culik. Gina pun menganggukkan kepalanya bersiap untuk menceritakan nasibnya atau statusnya yang sudah menikah dengan Axel. Baru saja Gina ingin membuka suara, pintu kamar Revan diketuk, membuat Gina menghentikan niatnya untuk bercerita. Revan beranjak untuk membuka pintu kamarnya. "Dimana adikmu? Ada yang ingin bertemu sama dia. Cepat temui dan jelaskan sama Mama setelah menemuinya." Ujar Lina yang membuat jantung Gina seakan-akan berhenti berdetak karena terkejut. Revan dan Gina saling pandang sebelum mereka memutuskan untuk turun menemui seseorang yang mencari Gina. Gina menuruni anak tangga dan mendekati pintu rumah yang sudah terbuka lebar. "Siapa kau..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD