THE LEGEND 04

1610 Words
Di malam bulan purnama. Malam ini adalah malam di mana akan di lakukan penyegelan sosok pelindung yang ada di tubuh Zuan. Agar gadis itu kuat saat Xiumin menikahinya nanti. Parsiapan pun telah dimulai. Zuan yang sudah tak sadarkan diri itu di baringkan di sebuah altar terbuka. Zhen segera merapalkan mantra-mantranya. Tak berapa lama tanda bunga lili yang ada di tangan kanan Xiu Zuan memancarkan cahaya emas yang menyilaukan. Keluarlah sosok dewa yang berbentuk separuh tubuh manusia dan separuh burung api raksasa berwarna emas menyala dengan ekor panjang menawan. Sejenak Xiumin tertegun, ia tak menyangka bocah liar itu dilindungi sosok yang begitu menakjubkan dan memiliki kekuatan besar. "Xiumin .... cepat segel makluk itu!" teriak Zhen, karena tak kuat menahan cakra makhluk tersebut. Xiumin segera mengambil alih,  ia mengeluarkan pedang saktinya, memejamkan kedua mata, dan menempelkan dua jarinya pada pangkal pedang. Hingga ujung pedang itu mengeluarkan cahaya biru, dan menusuk tepat ke arah d**a makhluk raksasa itu. "Argggggghhhhh!!! Apa yang kau lakukan pada ku?!!!" erangan menggelegar sosok makhluk yang bisa disebut Phoenix itu terdengar memekakkan telinga. "Aku menyegel tubuhmu di dalam tubuh bocah ini! Agar kau membantunya untuk bisa bertahan saat berhubungan dengan ku!" ucap Xiumin datar. Sebenarnya makhluk itu bukan sosok pelindung asli tubuh Zuan, melainkan hanya sosok dewa yang kemungkinan tengah ada maksud tertentu. Hingga sosok itu selalu ada dalam tubuh gadis tersebut. Xiumin merupakan keturunan dari dewa setengah iblis. Ia bisa memiliki kemampuan menyegel seluruh makluk dari tingkatan paling rendah hingga yang paling tinggi kekuatannya. Malam ini bukan hanya terjadi ritual penyegelan, melainkan ada ritual lain yang lebih sakral, yaitu ritual pernikahan untuk Zuan dan Xiumin. Tak ada orang lain yang menghadiri acara tersebut, hanya ada ketiga sosok orang itu saja. Toh! Persetan dengan yang namanya pernikahan. Acara penyatuan itu hanya sebagai formalitas, setelah Xiumin terbebas dari kutukanya dan mendapat keturunan. Maka ia akan segera membunuh Zuan dengan keji, karena gadis itu telah berani memberontak padanya. Bahkan tak ada untungnya gadis itu tetap hidup. Lima hari setelah ritual pernikahan itu,  Xiumin menghampiri kamar Zuan. Bocah berumur 19 tahun? Astaga, Xiumin seperti seorang p*****l saja karena menikahi bocah ingusan itu. Masa bodoh!  Yang penting ia bisa terbebas dari kutukannya, dan segera memiliki penerus di masa depan. Xiumin berdiri di ambang pintu. Kemudian masuk dan mengunci pintu ruangan tersebut. Ruangan yang begitu luas, namun atensi kedua matanya tertuju pada bocah yang sedang terduduk dengan meminum s**u di gelas yang dipegangnya. Gadis itu terlihat begitu polos, bahkan ia tak menyadari jika ada aura hitam yang kini mulai mendekatinya. Zuan tersentak setelah melihat sosok pemuda yang paling ia benci tiba-tiba sudah berdiri dihadapannya. "Mau apa kau kemari, hah?!" ketus Zuan, menghentikan acara minum susunya. PLAKKK!!! Entah mengapa Xiumin selalu emosi saat melihat wajah gadis tersebut. Dengan entengnya telapak tangan kekar itu menampar wajah bocah manis tak berdosa, Zuan. Hingga membuat gadis itu tersungkur di atas kasur dan gelas yang dipegangnya jatuh, berserakan. Xiu Zuan selalu menentang dan memberontak pada Xiumin. Pemuda itu paling tak suka dengan orang yang tak mau patuh padanya. Andai dia tidak membutuhkan bocah liar di depannya ini. Sudah pasti saat ini kepala dan tubuh bocah ini sudah terpisah atau mungkin sudah menjadi santapan harimau. "Jaga ucapanmu bocah!" Xiumin berbisik di samping telinga Zuan, dengan suara rendahnya. "Aku tidak peduli! Dasar Raja kejam, tidak punya perasaan!" Zuan dengan berani menatap tajam ke arah Xiumin, sembari mengacungkan jemari telunjuknya. Membuat sosok raja muda itu sangat marah. Selama ini tak ada yang berani menatap kedua matanya. Dan sekarang, bocah ini dengan berani memberontak bahkan mencelanya secara terang-terangan. Xiumin mencengkram leher Xiu Zuan, tiba-tiba tangan raja muda itu mengeluarkan api dan membuat Zuan merasa terbakar, kepanasan. Ya! Andai kalian tahu, Xiumin merupakan sosok pengendali segala elemen. Dari api, air, tanah dan udara. Itulah kelebihan lain yang dimiliki seorang Raja Xiumin, yang mana membuat pemuda itu menjadi sosok Raja terkuat dan tak tertandingi. "Arghh!!! Le-lepaskan! Kau membakarku!" teriak Zuan, ia belum mau mati di tangan pemuda biadap ini. "Menurut padaku!" "Ti-tidak mau ...." "Menurut padaku, ku bilang!!!" "Tidak mau! Apa kau tuli???" "Ku bilang ... menurut! Jadi kau harus menurut apa yang aku ucapkan!" "Ku bilang tidak! Ya, tidak ...." Xiumin menyerah, ia melepas cengkramanya. Bocah ini benar-benar menguji kesabaran raja muda itu. Gadis ini tidak akan mau mengalah padanya, sekalipun akan mati. Xiumin merasa twngah bertengkar dengan seorang bayi saja rasanya. Berdebat sampai besok pun hasilnya akan tetap sama. Ia lebih baik melawan ratusan musuh dan menebas kepala mereka, dari pada harus berurusan dengan gadis gila ini. "Kau tau, apa yang akan aku lakukan padamu malam ini bocah?" Xiumin mendekatkan wajahnya di hadapan wajah Zuan, seraya berseringai. "Tidak," sahut Zuan dengan raut wajah polosnya. Seraya mengerjapkan mata bulatnya. Xiumin yang tadinya memasang wajah garang kini sudah sweet drop seketika. Lagi-lagi Xiumin lupa, kalau yang di hadapanya masihlah bocah ingusan. "Aku akan memasukimu dan membuat dirimu hamil Yang-Xiu-Zuan," ucap Xiumin sengaja menekan nama gadis tersebut. Zuan justru semakin bingung dengan ucapan raja gila ini, ia hanya bisa berpikir dengan memiringkan kepalanya. "Memasuki ku? Dengan apa ....? Aku pernah melihat orang hamil di sukuku, tapi aku tidak tau penyebabnya!" lagi-lagi kepolosan Xiu Zuan membuat Xiumin harus meraup wajahnya kasar. Ia bingung kenapa harus dipertemukan dengan gadis seperti ini. Jika boleh memilih ia lebih ingin bertemu dengan gadis binal seperti gadis-gadis yang sering ia ajak bersenang-senang. "Aku akan menusukmu dan menyakitimu bocah!!!" Raja Xiumin berteriak murka. Mendengar kata 'sakit', Zuan sontak membolakan matanya, pikiranya sudah melayang entah kemana, mungkinkah Xiumin akan menusuknya dengan pedang dan menghabisinya saat ini? Ia sangat takut. Jika sampai semua itu terjadi. "Pergi aku mau tidur! Tubuhku sakit karena kau memukuliku terus!" Zuan  berusaha mengusir raja muda itu, agar pergi dari kamarnya. Namun sosok pemuda itu malah mendekat dan mengungkungnya. Merobek bajunya dan membuangnya asal. Zuan sudah berteriak bak anak kecil yang merasa terancam, ia tak tau apa yang akan terjadi, yang jelas ini menyakitkan dan sangat tidak nyaman. Xiumin menjilat sensual leher gadis dikungkungannya. Ia merasa terkesima dengan aroma tubuh manis bocah ini. Dan entah mengapa ia sangat menyukainya. Xiumin beralih ke pakaian bawah Zuan. Ia merobeknya paksa. Hingga keadaan gadis itu kini sudah full naked. Tak ada kain lagi yang menutupi setiap inci tubuh putihnya. "Aaaa ....! Apa yang kau lakukan?  Aku malu. Tuan Zhen ... tolong ak- emmpphhh ...." dengan kasar Xiumin membekap mulut Zuan. Jujur saja gendang telinganya terasa mau pecah karena lengkingan teriakan gadis ini. Zuan meronta, kedua kakinya berusaha menendang-nendang ke arah perut Xiumin, hingga membuat tubuhnya sedikit meringsut mundur. Namun, Xiumin segera menarik kedua kaki gadis itu kembali, dan menaruh kedua paha gadis itu di antara perutnya. Dengan cepat Xiumin segera melepaskan pakaiannya, dan menarik kembali kedua kaki jenjang gadis tersebut untuk memberinya akses bebas. Dengan kasar pemuda itu memasukan kejantananya dan menghujam tubuh Zuan secara brutal. Tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Xiu Zuan hanya bisa menangis dan berteriak karena tak mampu melawan kekuatan pemuda gila ini. Sedang Xiumin begitu bersemangat menyetubuhinya. Pemuda itu merasa baru kali ini merasakan kenikmatan. Tubuh putih nan mulus Zuan, mampu menghipnotis indra penglihatannya, membuatnya melayang ke atas awang. "Saaakittt ....! Ku mohon, hentikannnn ...." Zuan sudah meraung dengan wajah memohon minta pengampunan, bahkan suaranya sudah mulai serak. Baru kali ini ia merasakan penyiksaan yang sesungguhnya, ingin rasanya ia mati saat ini juga. Pemuda ini benar-benar menghancurkan tubuhnya. "Ah, sial! Ternyata bocah liar sepertimu sangat nikmat! Lubangmu masih prawan dan aku sangat menyukainya!" Xiumin berseringai disela kenikmatannya. Rembulan malam berganti matahari, Xiumin berlahan membuka kedua matanya. Ia terbangun terlebih dahulu dan menoleh ke arah samping. Sepasang netranya mendapati sosok gadis yang baru tadi malam ia setubuhi. Kini meringkuk dengan tangan meremas sprey, dan air mata membasahi kedua pipinya. Ia terlihat seperti merasakan kesakitan yang luar biasa. Xiumin menyingkap kasar selimut yang menutupi tubuh bocah itu. Dan melihat bekas darah bercampur cairan putih di antara paha mulus gadis tersebut. Xiumin berseringai dan menuruni ranjang besar tersebut. Kemudian beranjak pergi meninggalkan Xiu Zuan seorang diri. Ia bergegas membersihkan diri dan merapikan rambut hitamnya. Mengabaikan tatapan kesakitan gadis di belakangnya. Tanpa sadar Xiu Zuan kembali terlelap, terlalu lama menangis membuatnya merasa lelah. Hingga beberapa saat kemudian, gadis itu terbangun dari tidurnya.  Ia merasa telah bermimpi buruk semalam. Sakit seperti habis dipukul mendera seluruh tubuhnya. Bau yang begitu asing tercium di indra penciumannya,  entah bau apa itu, yang pasti membuat Xiu Zuan merasa sangat mual. Ia mencoba menuruni ranjang, namun seketika tubuhnya limbung dan ambruk. Kedua kakinya gemetar tak kuasa menopang badannya, ditambah lagi dengan area bawahnya yang terasa perih dan sakit, sulit untuk dijelaskan. Entah apa yang dilakukan Xiumin semalam, yang pasti membuatnya sangat kesakitan. Tetes demi tetes darah menuruni pahanya. Xiu Zuan tak kuasa untuk berteriak, suaranya hilang hanya bagaikan bisikan. Perutnya terasa perih, kepalanya pun pusing. Hingga ia menidurkan kepalanya pelan di lantai yang dingin dengan ke adaan tubuh naked. "Xiu Zuan! Bangun ... ada apa denganmu?" seorang pelayan masuk ke kamar Zuan dan mendapatinya tergeletak dengan darah menggenang di atas lantai. Sontak membuat pelayan itu panik. Tapi sesaat kemudian Zuan kembali tersadar. "A-aku kenapa? Bisakah kau membantuku ke kamar mandi, Bibi?" tanya Zuan parau, meminta pertolongan pada pelayan itu. "Baiklah!" pelayan itu kemudian membantu Zuan membersihkan diri. Setelah selesai, Xiu Zuan kembali berbaring di atas ranjangnya, yang tentunya sudah dibersihkan terlebih dahulu oleh pelayan tadi, yang biasa dipanggil dengan sebutan Bibi Yihua. Kemudian pelayan itu memberi makan kepada Xiu Zuan, dan meninggalkanya saat Xiu Zuan kembali tidur. Pelayan paruh baya itu memandang iba pada bocah manis yang sedang tertidur lelap di sana. Begitu tragis nasipmu Nak, batin Yihua. Ia jadi teringat pada putrinya yang sudah lama tiada. Dia ingin sekali menjaga gadis itu seperti selayaknya anak sendiri. Ia berjanji, jikalau nyawanya menjadi taruhannya, wanita itu akan senang hati melakukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD