Zhang Wang Xiumin sangat membenci kasta rendahan terlebih suku Yang, seperti kakeknya Zhang Wang Wenhwa yang anti dengan kasta rendahan. Zhang Wang Xiumin pun juga memiliki sifat yang sama, bengis, sadis, seperti yang dimiliki sang kakek. Namun lebih parah dirinya.
Di sebuah tempat terpencil nan jauh dari perbatasan great wall. Yang biasa di sebut dengan suku Yang. Kini tengah terjadi peperangan. Rumah-rumah mereka di bakar, ternak mereka di jarah. Pembantaian terjadi di seluruh penjuru, menambah aura horor tempat itu.
Seorang gadis cantik tengah terisak di dalam lemari kayunya, memperhatikan bagaimana kedua orang tuanya diseret paksa. Gadis itu bernama Yang Xiu Zuan, gadis kesayangan di suku tersebut. Ia ingin keluar dan menolong para sukunya. Namun ibunya menggelengkan kepala, mengisaratkan agar ia tetap berada di dalam persembunyianya.
Gadis cantik itu membungkam mulutnya dengan menggunakan kedua telapak tangan. Agar isakanya tak terdengar oleh mereka, yang saat ini membantai seluruh rakyat jelata.
"Apa mereka dari kerajaan? Aku benci mereka!! Ayah ... Ibu! Apa kalian baik-baik saja di luar sana ..." gumam Zuan. Air mata tak henti menuruni pipi gembilnya. Ia takut bercampur benci, merasa tak berdaya. Bagaimana bisa ia menyaksikan kedua orang tuanya dibunuh di depan matanya?.
Sedang di sisi lain, Zhen selaku pengabdi setia Raja Xiumin. Kini tengah menghampiri sang Tuannya tersebut.
"Raja, kita harus segera pergi mencari keberadaan suku Yang, sekarang juga. Jangan buang-buang waktu lagi!" ucap pemuda itu sambil mempersiapkan perbekalan. Ia sebenarnya sedikit heran dengan sikap Xiumin yang terkesan lebih santai. Padahal kemarin dirinyalah yang paling antusias untuk mencari keberadaan suku tersebut.
"Aku sudah menyuruh para prajuritku untuk mencari gadis itu!" jawab Raja Xiumin dengan santainya.
"Kau menyuruh prajurit? Baagaimana kalau gadis itu tidak mau? Bukankah kau tau sendiri bahwa suku Yang, sangat memberontak, jika sudah menyangkut tentang kerajaan?!" Zhen melupakan posisinya sejenak, biarkan dia bersikap tidak sopan terhadap raja muda itu. Lagi pula hubungan mereka memang sudah sepeti saudara bukan?. Zhen mengernyitkan dahinya. Pemuda itu merasa khawatir.
"Aku menyuruh para prajuritku untuk memaksanya, bahkan menghabisi seluruh suku itu, jika mereka sampai melawan."
"Ka-kau! Sudah gila Zhang!" Zhen terkejut dengan perkataan Xiumin, dengan kedua bola mata membola.
Xiumin merasa geram.
"Aku tak peduli Zhen! Suku mereka tak ada harganya di mataku!" cerca Xiumin dengan nada datarnya.
Zhen tak mendengarkan ucapan sang raja. Ia justru segera meraih bekalnya dan menunggang kuda menuju ke luar istana. Ia berharap tidak akan terlambat. Biar bagaimanapun suku Yang, tidak pernah melakukan kesalahan pada kerajaan. Walau mereka memberontak tidak mau berurusan dengan kerajaan. Tetapi rakyat jelata tersebut tidak pernah berbuat onar, ataupun merugikan kerajaan.
Sesampainya di sana tubuh Zhen terpaku. Pemuda itu begitu syok. Bagaimana tidak! Tempat terpencil itu sudah menjadi lautan api. Mayat-mayat suku Yang, tergeletak tak bernyawa dengan tertancap benda tajam di bagian tubuh mereka.
Ingin rasanya Zhen menangis, sekejam-kejam dirinya. Ia masih mempunyai hati nurani.
Berlahan Zhen mendekati para jasat tubuh tak bernyawa itu. Ia menyesalkan sifat mengerikan yang di miliki Xiumin. Pemuda itu memejamkan matanya menghisap seluruh jiwa ratusan mayat di sana dan menyimpanya dalam bola-bola jiwa sihirnya. Menyembunyikan tubuh mereka dengan segel tak kasat mata. Ia berjanji akan menghidupkan mereka semua suatu hari nanti, tanpa sepengetahuan Zhang Wang Xiumin.
Zhen kembali teringat akan sosok gadis yang dicarinya. Kemudian ia mengelilingi rumah-rumah kecil yang sudah hancur di sana, namun tak jua menemukan sosok tersebut. Pemuda itu sudah mengumpat, mungkin para prajurit sudah membawanya paksa ke istana, pikirnya. Zhen segera menaiki kudanya dan kembali ke istana. Semoga anak itu baik-baik saja. Doa Zhen dalam hati. Ia hanya takut jika Xiumin sampai hilang kesadaran dan malah membunuh gadis tersebut, dan semuanya menjadi kacau. Karena hanya gadis itu yang mampu membebaskan Xiumin dari kutukan. Jika sampai gadis itu lenyap, maka tiada kesempatan lagi bagi Xiumin untuk terbebas dari kutukan Ratu Zhi Zhu.
Di depan istana seorang bocah gadis di seret paksa dengan kedua tangan terikat. Bocah manis itu tak henti menangis, rasa sakit dikedua tanganya tak seberapa dibanding dengan rasa sakit saat melihat kedua orang tuanya di bantai di depan matanya.
Sesampainya di dalam ruang istana, bocah manis yang tak lain adalah Yang Xiu Zuan itu didorong paksa untuk berlutut di hadapan seorang pemuda yang duduk dengan angkuh di atas singgasananya.
"Ini gadis yang anda inginkan, Raja!" salah satu prajurit itu menunduk hormat, setelah mendorong tubuh gadis di hadapannya.
"Kalian boleh pergi!" usir Raja tersebut. Semua prajurit itu meninggalkan ruangan. Kini hanya tinggal Zuan dan Xiumin yang ada di dalam istana megah itu.
"Siapa namamu, bocah menjijikan!" decih Xiumin melihat jijik ke arah Zuan. Seakan menganggap gadis itu bagaikan sampah.
Yang Xiu Zuan hanya menyunggingkan sebelah bibirnya, tanpa ada rasa takut sedikitpun.
"Heh, apa pentingnya bagimu Raja biadap?!!!" teriak Zuan, ia sangat membenci lelaki iblis di depanya itu, rasa bencinya bahkan sampai menembus ke sumsum tulangnya. Ingin rasanya ia menghabisi raja iblis ini, jika saja ia memiliki kekuatan.
"Kau berani pada ku?! Kau tidak tau siapa diriku. Dasar bocah ingusan!!!" Xiumin geram, emosinya sudah mencapai puncak. Reflek tangan kekarnya mengambil pedang yang terselip di punggungnya.
"Aku tak perlu tau siapa dirimu! Bahkan aku tak ingin mengetahuinya sama sekali. Sekalipun aku harus mati!" Zuan terkekeh. Membuat Raja Zhang Wang Xiumin semakin murka.
"Kurang ajar! Kau harus mati!" Xiumin siap melayangkan pedangnya.
Sebelum.
"Hentikan!"
Untung saja Zhen cepat datang dan melindungi tubuh Zuan. Hingga pedang yang dilayangkan Xiumin itu berhenti tepat di leher Zhen. Xiumin diam terpaku, ia segera memasukan kembali pedangnya kedalam tempatnya semula. Menatap leher Zhen, yang terlihat mengalir darah segar, namun tak parah hanya terdapat sedikit goresan.
"Kenapa kau menghentikan ku, Zhen?!" tanya Xiumin tak terima.
"Apa kau tak ingin bebas dari kutukanmu? Hanya dia yang mampu menjadi pendamping hidupmu. Dan memberi keturunan untukmu. Ingatlah!" tutur Zhen tenang, lebih terkesan datar.
Xiumin mencoba mengerti apa yang dimaksud Zhen.
"Bersihkan dia! Dan berikan makan untuknya!" perintah Xiumin kemudian, terdengar acuh, sebelum meninggalkan mereka berdua.
***
Yang Xiu Zuan sudah selesai mandi dan kini ia sudah dipindahkan dalam ruangan kamar megah nan mewah. Zuan menatap seluruh interior kamar. Ia belum pernah melihat kamar semegah ini, ranjang, meja, tirai, guci, semua terbuat dari emas dan perak. Sungguh menakjubkan dipandang mata. Ibunya juga pernah bercerita dulu. Bahwa kehidupan di dalam tembok besar sangatlah mewah beda dengan kehidupan di luar tembok. Ibunya juga bilang bahwa raja yang memimpin kerajaan itu sangat lah kejam, dan sekarang Zuan telah membuktikannya sendiri.
"Kau sudah mandi manis?" tanya seseorang dari belakang, membuat Zuan sedikit terjengit kaget.
Zuan menoleh dan tersenyum. Ia melihat orang yang sama, yang baru saja menolongnya dari tebasan pedang sang Raja kejam itu.
"Aku membawakan makanan untukmu, makanlah!" tuturnya lembut, sembari menaruh nampan berisi makanan di atas ranjang samping Zuan berdiri.
"Ini untukku? Boleh aku makan, Tuan?" tanya Zuan takut. Padahal sudah di bilang jika makanan tersebut untuknya. Tapi gadis itu masih juga bertanya.
"Em, tentu. Oh, aku belum tau siapa namamu?" tanya Zhen lagi, melepas kecanggungan.
"Aku Yang Xiu Zuan," jawab Zuan sambil memakan makanan yang dibawakan Zhen, tadi.
"Baikalah, perkenalkan aku Zhen!" Pemuda itu memperkenalkan dirinya. Zuan hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan, jadi ia tak bisa menjawab. Zhen hanya menggeleng pelan, ia tak menyangka jika gadis ini terlalu polos.
Zuan sudah selesai dengan acara makannya, ia tersenyum.
"Terima kasih Tuan, makanan ini sangat enak," Zhen gemas di buatnya, oleh perkataan manis gadis itu.
"Em, ku dengar kedua orang tuamu meninggal, dalam pembantaian," tanya Zhen sedikit tak enak hati. Ia hanya ingin memastikan saja.
Raut wajah kesedihan kembali manaungi wajah imut gadis itu.
"Iya, orang tuaku dibunuh oleh prajurit, Raja sialan itu!" sahut Zuan, ketara sekali jika gadis itu tengah menyimpan dendam yang begitu mendalam.
"Jaga ucapanmu Zuan! Raja bisa membunuhmu kalau dia mendengarnya!"
"Aku tidak takut pada orang gila itu!" ketus Zuan.
Zhen menggelengkan kepalanya jengah.
"Bisa-bisa bocah ini mati terlebih dahulu sebelum menikah, astaga ... kenapa hidupku di kelilingi orang-orang yang keras kepala ...."Gumam Zhen nelangsa.
"Ku dengar kau juga memiliki tanda lahir berbentuk bunga di lenganmu," Zhen mengubah topik pembicaraan.
"Maksut Tuan, ini?" Zuan memperlihatkan lengan kanannya pada pemuda dihadapannya
"Jadi apa remcanamu selanjutnya, Zhen?" tiba-tiba saja Xiumin masuk keruang kamar di mana Zuan dan Zhen berada.
Raja itu berdecih melihat jijik ke arah Zuan, seakan melihat tumpukan sampah yang teronggok di atas ranjang itu.
"Dasar bocah liar menjijikan, mataku bisa rusak kalau tetap melihatmu!" ketus Xiumin begitu pedas.
"Diam kau! Dasar Raja bastrad, biadap, b*****h!" Triple kill untuk Raja Xiumin. Zhen sudah memelototkan kedua bola matanya.
Xiumin merasa geram, dengan mengambil langkah lebar ia segera menghampiri Xiu Zuan dan mencengkeram erat krah baju gadis tersebut, hingga membuat leher Xiu Zuan tercekik dan terbatuk-batuk.
"Le-lepaskan aku! sakit ...," rintihnya.
Xiumin menghempaskan tubuh Zuan di atas ranjangnya. Gadis itu terlihat tengah kesakitan dan mengusap lehernya, sambil meringis. Ia tak menyangka jika akan merasakan amukan seorang raja b***t, Zhang Wang Xiumin.
Dari pada tetap melihat gadis gila di hadapannya, yang akan semakin menambah emosinya kian membuncah. Xiumin memilih pergi dari ruang kamar tersebut, disusul oleh Zhen di belakangnya.
"Kau mau kemana, Xiumin?"
"Mengambil pedang! Aku ingin menebas kepala bocah sialan itu!"
Zhen ingin memaki raja berkepala dingin ini rasanya.
"Sudah ku bilang padamu ... dia orang yang bisa membebaskanmu dari kutukan! Kenapa kau selalu ingin menghabisinya?!" Zhen sudah geram tidak kepalang. Ingin rasanya ia memukul raja labil di hadapannya itu.
"Argghh!!! Terserah kau saja. Yang jelas aku benci hanya melihat wajah bocah liar itu."
"Benci ya?! Awas saja nanti bener-bener cinta, eoh," goda pemuda itu. Salahkan Zhen yang berotak sedikit kocak, sudah tahu jika raja yang tengah ia hadapi sedang marah besar. Masih saja sempat-sempatnya ia goda.
Xiumin menghentikan langkahnya. Membalik badannya dengan tatapan menusuk, yang ia arahkan pada sosok pengabdi setianya.
"Berani menggodaku? Hilang kepalamu Zhen!" Zhen kicep seketika. Jujur saja ia sangat takut dengan ucapan Xiumin. Karena raja muda itu tak pernah main-main dengan ucapanya.