THE LEGEND 21

1191 Words
Ini sudah hari ke-10, setelah kembalinya Xiumin dan Xiu Zuan ke istana Zhang. Semua berjalan seperti biasa,  namun Xiu Zuan lebih pendiam dan tak pernah memberontak lagi. Ia lelah dengan semuanya. Ia memilih menurut apa yang dikatakan Xiumin, dan ... ya! Setelah anaknya lahir mungkin Xiumin akan segera membunuhnya, begitulah pikir Xiu Zuan. Jadi wanita itu memilih pasrah. Setelah Xiumin di sibukkan dengan tugas negara yang menumpuk. Akhirnya pemuda itu memutuskan untuk menemui Zhen dan menanyakan perihal Xiu Zuan lain dalam mimpinya. Pertanyaan itu selalu terbayang dan Xiumin harus mengetahui jawabannya saat ini juga. "Mimpi itu ... semua disebabkan oleh Armour, rusa penunggu hutan Berkabut. Hewan itu memang memiliki kemampuan untuk memanipulasi..-- "Jadi semua itu hanya tipu dayanya?" sergah Xiumin, penuh intimidasi. "Tidak, memang benar Armour memiliki kemampuan memanipulasi, tapi ... dia tidak melakukan itu padamu, kalau hewan itu memanipulasimu, aku pasti sudah mengetahuinya, mungkin kau terhempas ke lorong waktu," tebak Zhen. "Lorong waktu? Apa maksudmu, Zhen?" Xiumin  mengernyitkan dahinya. "Maafkan aku, Xiumin, aku tak begitu memahami tentang ini, hanya Suho yang bisa menjelaskanya, kau bisa menemuinya." Xiumin bangkit dari duduknya. Dan pergi menemui Suho. Namun sebelum ia berhenti dan menoleh ke arah Zhen. "Zhen ... hukumanmu akan ku tentukan nanti," Xiumin tersenyum evil. Zhen hanya menunduk, walau Zhen sudah dianggap Xiumin sebagai saudaranya. Namun hukum tetaplah hukum, Xiumin akan menerapkannya pada siapa saja. "Ku mohon jangan beri aku hukuman mati Xiumin ... Xiu Zuan masih butuh aku." gumam Zhen. "Tentu tidak, Zhen ... aku tak mungkin membunuhmu." batin Xiumin, yang mengetahui isi hati Zhen. Ya! Suho memiliki kemampuan meramal masa depan atau pun semacamnya. Bisa di bilang kemampuan sihirnya lebih tinggi dibanding Zhen. Namun Zhen juga mempunyai kemampuan di luar batas. Ia bisa menghidupkan kembali sosok yang sudah tiada. Xiumin memasuki ruangan pribadi Suho. Gelap dan sunyi, hanya ada penerangan lilin yang terlihat sudah redup. "Ah, Raja ... ada apa anda datang kemari? Apa karena mimpi?" tebak Suho dengan senyuman menampakan lesung pipinya. Xiumin menyunggingkan senyumnya. Tak sia-sia ia memiliki Suho di istananya. Tanpa basa-basi Xiumin langsung mendudukan dirinya di kursi depan pemuda tersebut. "Ulurkan tangan anda, Tuan," Xiumin hanya menurut dan mengulurkan telapak tangannya. Suho sebenarnya sudah mengetahui mengenai mimpi raja-nya ini, namun ia menunggu Xiumin untuk meminta penjelasanya tersendiri. "Astaga ... seru sekali! Bagaimana perasaan anda, Tuan? Setelah bertemu Xiu Zuan di masa depan?" kekeh Suho. Xiumin menukikkan sebelah alisnya. "Masa depan? Jelaskan padaku! Aku tak mengerti," "Anda hanya terjatuh di lorong waktu, butuh ribuan tahun untuk Tuan, bisa ke masa itu, dan Armor .. hewan itu yang memberikan gambaran masa depan, Tuan, entah apa tujuanya. Namun yang terpenting Armour tak mencelakai, Tuan Raja." Xiumin terdiam mendengar penjelasan Suho. "Oiya, Tuan ... dan satu lagi. Semua itu akan menjadi nyata tergantung bagaimana anda menjalaninya saat ini. Dan ku peringatkan pada, Tuan. Xiu Zuan yang tengah mengandung anak anda, mungkin setelah melahirkan nanti, dia akan mati, kalau anda tetap menjadikanya sebagai alat. Tapi kalau Tuan bisa membangkitkan pola pikirnya, dia akan hidup dan mendampingi, Tuan. Selamanya ... sampai masa depan." tutur Suho, dan tersenyum semirk ke arah Xiumin. "Aku memperlakukan Xiu Zuan seperti alat? Begitukah diriku selama ini?. Gumam Xiumin dalam diam. *** Beberapa hari kemudian. Zhen memasuki sebuah kamar megah dengan interior yang mewah tentunya. Membawa senampan ramuan herbal. Ia melihat sosok wanita cantik dengan perut besarnya, menatap kosong ke luar jendela. Ia tau pikiran wanita itu sedang tak ada di sini. "Xiu-er ..." panggil Zhen dengan senyum ramahnya dan menggelengkan kepala pelan. Karena tak ada sahutan dari wanita tersebut. "Xiu-er ...," panggilnya sekali lagi. Zhen berlahan memegang bahu Xiu Zuan. Hingga yang empunya menjengit kaget. Dengan membolakan onyx hitamnya. "Zhe-Zhen?!  Apa yang terjadi denganmu? Itu tanda apa yang ada di keningmu.?" "Ini segel! Kepalaku akan meledak jika aku keluar dari great wall." ucapnya penuh ketenangan. Xiu Zuan meraih lengan Zhen. Sontak pemuda itu berhenti dari acara meramu obatnya. "Zhen ... maafkan aku, sungguh maafkan aku ... hik ... hik ...," Xiu Zuan terisak, air mata mulai menuruni mata bulatnya. Zhen duduk di samping Xiu Zuan dan menangkup ke dua pipi bulat wanita tersebut. "He ... ada apa denganmu, hm? Kenapa kau menangis? Apa yang kau tangisi?" Zhen mengusap lembut air mata Xiu Zuan. "Hik ... hik ... maafkan aku, Zhen ... andai waktu itu, aku tak menghianatimu, kau tak mungkin dapat hukuman dari Xiumin. Hik ... hik ... aku bodoh sungguh bodoh." Xiu Zuan semakin menangis keras. Zhen segera merengkuh tubuh bergetar wanita tersebut dan mengelus punggungnya pelan. "Semua salahku, mereka semua terbunuh karenaku, hik ... hik ... andai aku tak mendekati Tao,  maka Tao dan pelayan Yihua tidak akan mati,  semua salahku, salahku Zhen ... harusnya aku yang mati, bukan mereka ...," Xiu Zuan semakin meracau,  dan menangis sesenggukan. "Sudah ... tenanglah ... semua baik-baik saja. Ini sudah menjadi takdir mereka ...," ucap pemuda itu menenangkan. Xiu Zuan masih saja menangis dipelukan Zhen. Terpaksa Zhen mendorong bahu Xiu Zuan pelan. Menatap wajah wanita manis itu. Betapa rapuh wanita di hadapannya ini. Sebuah keajaiban karena Xiu Zuan bisa bertahan hingga saat ini dan tidak megalami gangguan jiwa. Andai itu terjadi padanya sudah di pastikan ia akan memilih mengakhiri hidupnya. Batin Zhen miris. "Dengarkan aku, Xiu-er ... kau harus patuh pada Xiumin. Hanya itu yang bisa kau lakukan, aku tidak membelanya. Namun aku tak ingin kau tersakiti olehnya kalau kau terus memberontak." Xiu Zuan mengangguk, mendengar penuturan pemuda di hadapannya. "Kau tau? Aku sangat menyayangimu, kau sudah ku anggap sebagai adikku sendiri. Aku akan menjagamu, namun kau harus patuh pada Xiumin, kau mengerti? Bahkan jika kau ingin mati pun kau harus minta ijin padanya." Xiu Zuan menganggukkan kepalanya kembali. Zhen merasa lega, akhirnya Xiu Zuan sudah menurut. Setidaknya dengan ia menurut, maka Xiumin tak akan menyiksanya lagi. "Bagus ... kau wanita kuat, aku tau itu. Sekarang Xiu-er manis ... bolehkah aku melihat senyum manismu, Sayang?" Berlahan Xiu Zuan memperlihatkan sedikit senyum manisnya. Zhen ikut tersenyum dan mengusak rambut wanita itu, karena demi apa, Xiu-er sangat lah meggemaskan. *** Siang berganti malam, seakan waktu bergulir begitu cepat. Seperti biasa.  Xiu Zuan sudah terlalu hafal dengan kebiasaan Xiumin.  Pemuda itu akan kembali ke kamar setiap tengah malam. Xiu Zuan merasakan ada seseorang yang tengah berbaring di belakangnya. Terdengar tengah menghela napasnya pelan. Mungkin dia sangat kelelahan. Berlahan suasana menjadi hangat karena Xiumin menyalakan perapian. Namun terasa lebih hangat ketika sebuah lengan besar melingkar di atas perutnya. Xiumin memegang denyut nadi Xiu Zuan kemudian beralih mengelus perut besar istrinya tersebut. Seperti sedang memeriksa sesuatu. "Apa dia selalu seperti ini setiap malam?" gumam Xiu Zuan. "Kau belum tidur, Xiu Zuan?" tanpa sadar Xiu Zuan membuka matanya dan Xiumin menyadari itu. Namun Xiu Zuan enggan menatap pemuda di hadapannya, ia segera memalingkan wajahnya. "Lihat aku, Xiu Zuan!" Patuh Xiu Zuan ... Kata-kata Zhen tempo hari tiba-tiba terngiang di otaknya. Xiu Zuan akhirnya menurut dan menatap wajah Xiumin. Jarak mereka terlalu dekat bahkan sangat dekat.  Merasakan kehangatan deru nafas dari sang pemuda. Sang wanita pun reflek memejamkan matanya,  bersiap menerima perlakuan dari sang pemuda. CUPP!! ... Xiumin mengecup lembut bibir plum Xiu Zuan. Melumatnya, namun Xiu Zuan tak membalasnya. Hingga Xiumin menggigit sedikit bibir bawah Xiu Zuan agar wanita itu membuka mulutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD