THE LEGEND 20

1093 Words
Xiumin berlahan berjalan menuju pinggiran pembatas sungai,  menatap pantulan bayangannya di dalam air. Ia merutuki kebodohannya.  Jujur ia sangat merindukan sosok Xiu Zuan yang ada di dalam mimpinya. Sosok yang begitu mencintainya dan memanjakannya. Xiumin haus akan belaian lembut wanita itu. Tapi pada nyatanya, Xiu Zuan yang ada di dalam mimpinya, bukanlah mencintai Xiumin dirinya. Namun sosok Xiumin yang lain. Dan yang lebih membuatnya tak terima, karena di dunia mimpi ia harus berkumpul bersama keluarganya. Masa kecil Xiumin benar-benar mengerikan.  Bagai siksa neraka yang terus berputar di dalam otaknya. Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat dadanya terasa sesak dan lehernya begitu tercekik. Ia hanya memendam kesedihannya tersendiri. Toh! Tak ada yang akan mendengarkan ceritanya juga kan? Dia terbiasa hidup sendiri. Tanpa ada orang yang menguatkan dirinya, di sampingnya. Masa lalu yang kelam itulah yang mendorong Xiumin menjadi sosok yang begitu arogan, dingin, dan keras kepala. Ia tak mempercayai satu orang pun. Sudah cukup ia tersiksa di masa kecilnya. Dan saat ini, ia yang harus memimpin dunia. Menaklukan setiap orang agar patuh dan bertekuk lutut padanya. Dialah yang terkuat.  Dan berkuasa sampai kapanpun. Kelompok Xiumin kembali melakukan perjalanan. Dan mungkin sebentar lagi akan sampai ke istana. Mimpi itu tak lagi mendatangi Xiumin,  beberapa hari ini. Namun bayang-bayang Xiu Zuan di mimpi itu masih saja terngiang. Seolah sudah menjadi racun di otaknya. Xiumin tak berani menatap wajah Xiu Zuan yang nyata, karena wajah itu, mengingatkan sosok Xiu Zuan di alam mimpi, ia takut. Suatu malam ia melihat Xiu Zuan membasuh wajahnya di pinggir sungai. Dengan langkah sempoyongan. Xiumin tau, jika Xiu Zuan mengalami demam lagi. Entah sejak kapan hatinya merasa iba. Ia mengikuti wanita itu dari belakang. Dan mengamatinya dengan seksama. "Jangan bermain air di malam hari, nanti kau sakit, kembalilah ke tenda dan tidurlah!" perintah Xiumin dingin, namun terkesan perhatian. Xiu Zuan terperangah kaget,  aura ketakutan terpancar di wajah wanita itu. Ia takut, jika pemuda itu menggagahinya lagi. Namun salah, Xiumin malah menuntunnya kembali ke tenda dan menemaninya tidur. Melingkarkan lengan besarnya di perut besar Xiu Zuan. Xiu Zuan yang merasa tak nyaman pun menggeliat. Namun Xiumin malah mengelus lembut perut besar wanita tersebut. Seakan mengerti kehadiran sang ayah, bayi yang ada di dalam kandungan Xiu Zuan pun bergerak aktif. "Lepas!" ketus Xiu Zuan. "Diamlah! Kalau kau menggeliat terus, anakku akan tidak nyaman, dan kau lihat dia menendang." Xiumin tersenyum remeh karena merasa anaknya lebih berpihak padanya. "Aku bilang lepas, bodoh!" "Diam! Atau ku perkosa kau!" sergah Xiumin dan sukses membungkam mulur Xiu Zuan. Tentunya Xiu Zuan tidak mau jika Xiumin mengungkungnya lagi. Akhirnya mereka pun terlelap. Dengan Xiumin mendekap erat tubuh gembul Xiu Zuan. Pagi harinya, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Dan sudah mendekati tembok besar pembatas. Xiu Zuan tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dan menuju ke rerumputan ilalang yang sudah mengering. Xiumin enggan untuk bertanya, ia hanya mengikuti arah wanita itu pergi  dan menyuruh kawanannya untuk kembali ke istana terlebih dahulu. Xiu Zuan melihat ke sekeliling. Memejamkan kedua matanya dan menghirup udara di sekitarnya. Dia mengingat semua anggota keluarganya dan semua kelompok sukunya. Ya! Tempat ini adalah tempat dimana suku Yang tinggal, sebelum terjadi pembantaian dan meluluh lantakan suku tersebut. "Ayah ... ibu ... aku di sini, apa kalian mendengarku?" lirih Xiu Zuan,  tubuhnya mulai bergetar dengan isakan-isakan kecil. Sakit, itulah yang di rasakan Xiu Zuan sekarang. Ia mengingat tragedi yang telah menewaskan sukunya. Dan itu semua disebabkan oleh raja biadap itu. Xiumin melihat tubuh Xiu Zuan yang terlihat bergetar. Dari kejauhan, ia tau wanita itu sedang menangis. Dan ia terlampau paham akan sebab Xiu Zuan menangis. Dan semua itu disebabkan olehnya. "Maafkan aku, Xiu Zuan ... maafkan aku, andai waktu bisa di putar kembali. Aku tak akan menghabisi sukumu. Namun, semua sudah terlanjur, maafkan aku!" gumam Xiumin dalam diam. Xiu Zuan lelah setelah sekian lama menangis,  akhirnya ia tertidur di atas rerumpunan dingin itu, hingga malam tiba.  Xiumin datang menghampirinya dan menyelimuti tubuh wanita tersebut dengan jubahnya. Sesekali mengalirkan cakranya pada tubuh Xiu Zuan, agar Xiu Zuan tak kedinginan. Xiumin tersenyum melihat wajah damai istrinya. Tanpa ia sadari reflek mengecup kening wanita tersebut. Berlahan pertahanan hati Xiumin mulai luluh oleh Xiu Zuan. Sosok yang begitu pemberontak dan bar-bar. Mentari pagi menyembul malu-malu. Cahaya jingga mulai memancar dari ufuk timur. Membangunkan sosok imut yang tengah tertidur pulas di rumpun kuning. Xiu Zuan membuka kedua matanya. Ada sesuatu yang berat menindih perut besarnya. Berlahan ia menyingkirkan sosok itu agar tak membangunkan yang empunya. Xiumin yang merasa ada pergerakan di sampingnya segera membuka kedua bola mata hezelnya. Xiu Zuan tak berkata sepatah kata pun, ia bangun dan tersenyum menyambut pagi.  Bernyanyi merdu, merentangkan kedua tangannya menyibak rumput-rumput tinggi. Xiumin begitu terpana, senyuman manis itu mampu membuat hatinya bergemuruh tak karuan. Xiu Zuan menoleh kebelakang dan tersenyum. "Xiumin, kau tidak mau kembali ke istana?" Xiumin terkaget, lamunannya hilang dalam sekejap. "A-ah, baiklah, ayo ...," dengan bodohnya Xiumin tergagap hanya karena ucapan lembut Xiu Zuan. Xiu Zuan berjalan mendahului Xiumin di belakangnya, bersenandung ria, sambil mengelus perut besarnya. Xiumin mengekor di belakangnya tatapannya tak teralihkan dari sosok imut yang berjalan di depannya. Mereka sudah sampai di istana dan di sambut hangat oleh Zhen. Xiu Zuan yang sudah merasa sangat lelah pun akhirnya membersihkan diri dan langsung tidur. Sementara Zhen memeriksa keadaan wanita itu beserta bayinya. Zhen menggeleng pelan, ia begitu miris melihat fisik dan mental Xiu Zuan saat ini. Xiumin memandang sendu sosok yang tengah tertidur di ranjang king sizenya. Ucapan Zhen barusan masih terngiang dalam benaknya. Ia merasa sangat bersalah. "Xiumin, cakra di dalam tubuh Xiu Zuan sangat menurun, bayinya baik-baik saja karena dia di lindungi Phoenix. Tapi asal kau tau, dia kehabisan energi karena bayi yang ada di dalam kandunganya menyerap cakra yang ada di dalam tubuh-Xiu Zuan. Terlebih dia jauh darimu dan tak menerima asupan cakra. Keinginanya untuk berhenti hidup menjadi penyebab melemahnya daya tahan tubuhnya.  Coba kau lihat dari luar, dia nampak baik-baik saja, tapi sejujurnya dalam jiwanya dia benar-benar hancur, semua tergantung dirimu,  bagaimana kau memperlakukanya." Xiumin mencerna semua perkataan Zhen. Memang benar kalau dilihat dari fisik Xiu Zuan yang selalu sakit-sakitan. Namun bodohnya Xiumin yang begitu abai dan tak peduli. Kini ia sangat menyesal. Apakah ia sudah terlambat untuk menyesali semuanya?. Ditambah lagi dengan Xiu Zuan yang sering merasakan sakit di area perutnya. Sesekali ia merintih memanggil nama Xiumin, entah mengapa hati Xiumin merasa tertusuk mendengar rintihan wanita tersebut, ia terlihat menderita.  Xiumin merasa sakit di kala Xiu Zuan menangis. Xiumin membuka baju Xiu Zuan dan memejamkan matanya. Memegang perut besar wanita tersebut dan membuka segel Phoenix dalam diri Xiu Zuan. "Jangan sekali-kali kau mencelakainya, atau aku akan membunuhmu Phoenix!" ucap telepati Xiumin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD