THE LEGEND 16

1157 Words
Satu Minggu telah berlalu. Zhen merawat Xiu Zuan dan Xiumin. Berlahan kedua bola mata doe wanita itu mengerjap. Ada seseorang yang menyentuh pergelangan tangannya. Samar-samar tatapan matanya mulai terbuka jelas, ia melihat ke samping dan mendapati sosok pemuda tengah tersenyum, dengan lesung pipi yang tertera di kedua pipinya. "Syukurlah ... kau sudah sadar, setelah satu Minggu berlalu," Zhen tersenyum lega. Kemudian pergi  mengambil segelas ramuan dan diberikan pada Xiu Zuan. "Minumlah ... agar kau cepat pulih," Xiu Zuan hanya menurut ucapan pemuda itu, Dan melirik ke sebelahnya. Dimana ada sosok lain yang kini tergeletak tak berdaya bersamanya. Sosok manusia yang terlalu ia benci tengah berbaring tak sadarkan diri. "Xiumin belum sadarkan diri, tapi masa kritisnya sudah lewat." Entah mengapa ucapan Zhen membuat hati Xiumin terasa memanas, bukan itu yang ia harapkan. Namun kematian Xiumin-lah yang paling ia inginkan saat ini. "Istirahatlah kembali." pinta Zhen, seraya membantu Xiu Zuan kembali berbaring. Ia masih terlalu pusing dan memilih memejamkan matanya kembali. *** Bagai terjatuh di sebuah lorong waktu yang begitu dalam. Xiumin terbangun dari tidurnya. Keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya, jantungnya mulai berdegup kencang. Kedua tanganya mencengkram erat seprey di bawahnya. Ia melihat ke sekeliling. Tirai putih tersibak oleh angin yang menyejukkan. Berlahan cahaya mentari pagi masuk menyilaukan netranya. Xiumin masih tertegun. Tempat itu bukan kerajaan Zhang. Ini sangat berbeda. Dekorasi, interior,  lantai ... semua berbeda. Dengan hati-hati Xiumin mulai menuruni ranjangnya. Kakinya menapak di atas lantai berwarna peach. Lantai ini ... bahkan tak pernah dia temui di kerajaan  Zhang. Ia melanjutkan langkahnya, berjalan menuruni tangga, penuh kewaspadaan, mungkinkah ini sebuah ilusi? Mungkinkah ada iblis yang sedang memperdayanya? Otak Xiumin semakin berputar memikirkan semua keanehan yang dialaminya. Xiumin berjalan keluar dari rumah itu. Indra pendengaranya sayup-sayup mendengar suara senandung lembut seseorang wanita, suaranya sangat merdu seolah ia masuk dalam euforia wanita itu. Seorang wanita mungil tengah menyiram bunga lili di halaman rumah tersebut. Dengan berdiri membelakanginya. Ah! Dosok itu dia begitu asing, namun juga begitu familiyar. Xiumin sudah bersiap menggunakan kekuatan di telapak tanganya. Aneh! Kenapa kekuatanya tak berfungsi. Ia mencoba dan terus mencoba namun gagal. Hanya telapak tangan dingin yang ia lihat. "Xiumin ..." suara itu mengalihkan atensinya. Senyum cerah dengan gigi kelinci yang tersembul lucu. Begitu menggemaskan. "Kau sudah bangun, Sayang? Apa demammu sudah sembuh?" wanita manis itu menghampirinya. Namun Xiumin tetap terdiam. Lama ia berpikir. Mungkin ini hanya halusinasinya. Atau mungkin ini hanya jebakan untuk membuatnya lengah. Sosok itu menarik kursi. Dan menarik lengannya.  Namun Xiumin menyentaknya dengan kasar. Wanita itu mempoutkan bibirnya lucu. Dan menarik baju Xiumin untuk duduk di atas kursi tersebut. Mau tak mau Xiumin akhirnya menurut. "Apa kau masih pusing, Xixi? Akan ku buatkan jus dan bubur untukmu, agar kau kembali sehat. Tunggu di sini, Sayang ..." senyuman manis itu tak pernah luntur dari bibirnya. Wanita manis itu kembali sibuk dengan entah apa yang sedang ia lakukan dengan benda-benda aneh, namun bisa mengeluarkan api. Dan ia sedang mengaduk sesuatu di atas benda itu. Xiumin tetap memandang sosok itu. Ia begitu sama namun begitu berbeda. Xiumin kembali memberanikan diri untuk berbicara. "Xiu Zuan!" sosok tadi membalikan badannya dan menatap Xiumin dengan senyum cantiknya. "Iya, Xixi ..," panggilan itu terlalu manis. "Tempat apa ini?" tanya Xiumin. Xiu Zuan terdiam.  Dan kemudian tertawa terbahak-bahak. "Kau ... astaga, Xixi ..." Xiu Zuan menunjuk wajah Xiu Zuan dengan jari telunjuknya, jangan lupakan tawa yang mengejek. Membuat Xiumin menatapnya tajam. Ia tak suka ada seseorang yang tak menghormatinya. "Astaga, Xixi ... apa demam bisa membuatmu gagar otak? Ini rumahmu rumah kita, pagi-pagi sudah membuat lawakan lucu sekali, eoh ..," Xiu Zuan mengusap setitik air mata di ujung matanya, karena terlalu lama tertawa. Selesainya memasak, Xiumin dan Xiu Zuan akhirnya sarapan bersama. Xiumin tetap diam tak bergeming. Ia hanya sesekali menatap wajah Xiu Zuan dengan tatapan penuh tanda tanya. Xiu Zuan yang tadinya banyak bicara pun akhirnya memilih diam.  Karena mungkin wanita berpikir, Xiumin sedang tak enak badan dan memilih memakan sarapannya dalam diam. Meski begitu, Xiu Zuan tetap membuka suara, kadang bercerita dan menyebutkan  kata-kata aneh yang sama sekali tak di mengerti oleh Xiumin. Xiumin tak pernah menjawab ucapan wanita itu,  ia tetap diam dengan tatapan tajam. Karena memang beginilah dirinya yang sebenarnya. Ia tak mau lengah dalam jebakan ilusi. Batin Xiumin waspada. Lama ia tertegun dan mengamati sosok Xiu Zuan di depanya ini. Dia begitu berbeda. Xiu Zuan yang ia kenal begitu arogan, bermulut tajam, pemberontak dan selalu membangkang. Namun, Xiu Zuan yang di depanya ini begitu ceria,  dengan senyuman imut yang tak pernah luntur dari bibirnya. Keadaan ini membuat Xiumin sangat kesal. Siluman mana yang mempu menjebaknya dalam ilusi ini?. Setelah lama Xiumin terdiam. Seolah membuat Xiu Zuan menjadi jengah. Karena merasa jika pemuda itu selalu menjaga jarak dengannya. Malam pun tiba. Xiu Zuan memperhatikan sikap Xiumin yang sedikit aneh.  Dia terduduk di pinggir ranjang dan menatap kosong ke arah jendela. Berlahan Xiu Zuan menghampirinya.  Cukup lama mereka berdiam, kemudian Xiu Zuan memegang kedua bahu pemuda tersebut dan mendorongnya,  menindihnya dan mencium bibir Xiumin. Xiumin sontak membolakan kedua matanya dan membalik tubuh Xiu Zuan, hingga ia berbalik menindih tubuh wanita tersebut. Xiu Zuan menatap sendu ke arah Xiumin. Ia heran kenapa sikap Xiumin berubah padanya. "KAU!! SIAPA KAU SEBENARNYA?!!!" bentak Xiumin. Xiu Zuan mengernyitkan dahinya. Ia tersentak kaget dengan bentakan Xiumin padanya. "Xixi ... apa kau masih sakit?" Xiu Zuan tetap mencoba tersenyum. Meski hatinya terlampau sakit. "Ku tanya sekali lagi padamu! Kau ini siapa dan makhluk apa sebenarnya?!" tanya Xiumin datar. Dan meremat pundak Xiu Zuan. Membuat wanita itu sedikit meringis. Xiu Zuan tetap mencoba tenang, ia menyentuh rahang tegas Xiumin, dengan berucap lembut. "Xixi ... kau adalah rajaku ... dan aku adalah jantung singamu ...," *** Lagi-lagi Xiumin kembali seperti terhempas ke sebuah lorong hitam. Ia terbangun dari tidurnya. Dengan napas yang menderu. Matanya menatap tajam ke sekeliling. Dah, yah! Ia ingat bahwa sekarang masih berada di sebuah gubug, setelah peperangan tempo hari. Xiumin masih ingat betul dengan mimpinya semalam. Namun aneh, mimpi itu begitu nyata. Begitu detail hingga ia masih mengingat setiap detik masa-masa bersama wanita yang sangat mirip dengan Xiu Zuan itu. Ingatan Xiumin begitu kuat tak mungkin itu hanya sebuah mimpi yang kebetulan. Situasi ini sangat membingungkan untuknya. Antara nyata atau hanya mimpi belaka. Xiumin menuruni tempat peristirahatannya. Dan keluar dari tempat itu. Ia mencari sosok yang ada di dalam mimpinya. Ya!  Xiu Zuan, ia mencari sosok bocah itu. Dan sosok itu ternyata tengah berdiri di pinggir sungai,  memandang jauh di atas awan. Entah apa yang ada di pikiran bocah itu, Xiumin tak tau. Xiumin berjalan cepat ke arah Xiu Zuan,  dan membalik tubuh wanita itu dengan cepat. Membuat yang empunya melonjak kaget. Xiu Zuan menatap tajam ke arah Xiumin. Tatapan kebencian lebih tepatnya. "Siapa kau?!" ketus Xiumin. Xiu Zuan yang awalnya sudah ingin mengumpat semakin memanas karena ucapan kasar Xiumin. "Kau ingin tau? Aku adalah jantung singa!" ucap Xiu Zuan penuh penekanan. Seolah ada sebongkah batu es di dalam otak Xiumin. Pikirannya membeku, terkejut dengan jawaban Xiu Zuan. "Apa...?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD