Sekali lagi langit mengelap tak menampakan cahaya sinar mentari yang seharusnya bersinar di pagi hari, sementara Nagara yang melihat langit tak seperti biasanya membuat perasaannya tak tenang.
Tidak ada hal buruk yang akan terjadi bukan? ini karena masuk musim hujan sajakan? Di saat Nagara sibuk melamun, Gioraya mengingat Nagara dan Naraya untuk berangkat sekolah sebelum mereka terlambat datangnya.
"Kenapa kalian masih diem di teras? Berangkat sekolah anak-anak nanti kalian datengnya terlambat loh ayok cepetan Nagara! Naraya!" ujar Gioraya gemas.
Mendengar ucapan mamah yang meminta mereka segera bergegas membuat Nagara dan Naraya mengangguk patuh lalu pamit untuk segera berangkat sekolah, meski keduanya telah dalam perjalanan tetapi hati mereka berdua tetap merasa tak terasa tenang entah karena apa.
Nagara melihat langit semakin menggelap pun membuatnya menggenggam tangan Naraya khawatir, apakah ini hanya perasaannya saja? Ataukah memang ada sesuatu hal yang tidak mereka inginkan untuk terjadi tapi akan terjadi? Naraya yang melihat Nagara sangat khawatir akan sesuatu hal membuatnya menenangkan kembarannya agar tetap tenang.
"Tenang ya Nagara ... pasti semua bakal baik-baik aja kok," ujar Naraya menenangkan.
Walaupun pikiran Naraya juga tak ada bedanya dengan Nagara, Naraya merasa akan ada sesuatu hal yang terjadi dan rasa khawatir seakan-akan memeluk hati Naraya erat.
Membuatnya ketakutan tapi jika keduanya tertelan hal yang belum pasti lalu siapa yang akan menguatkan? mereka berdua harus tetap kuat, meski mereka berdua tidak tau apakah mereka mampu melewatinya setidaknya mereka harus terus berjuangkan.
Sesampainya di sekolah mereka tetap merasa ada yang mengganjal di hatinya, tapi meski perasaan mereka tak tenang keduanya berusaha untuk tetap fokus di sekolah. Karena bagaimana pun juga mamah selalu meminta mereka untuk belajar yang rajin dan serius, jadi mereka tak ingin mengecewakan mamahnya.
Bintang yang melihat Nagara seperti kebingungan membuat Bintang bertanya apa yang sedang mengganggu pikirannya sebenarnya, sementara Nagara yang di tanya pun tak tau harus mengatakan apa karena perasaannya terasa tak jelas saat ini.
"Lu kenapa Nagara? Lagi bingung? Atau ada yang lagi di pikirin?" tanya Bintang khawatir.
Mendengar pertanyaan Bintang semakin membuat perasaan Nagara terasa kalut dan berantakan, dirinya juga tidak mengerti apa yang sebenarnya ada di pikirannya. Karena yang Nagara tau saat ini hatinya terasa tak tenang, takut, khawatir, sedih dan entahlah, rasanya seperti semua perasaan kurang baik bercampur menjadi satu hingga membuat Nagara khawatir entah karena apa.
Melihat pandangan Nagara semakin menunjukkan ekspresi yang muram, membuat Bintang mengajaknya mengobrol agar membuat perasaan Nagara lebih baik. Siapa tau mereka berdua bisa menemukan solusi dari apa yang sejak tadi Nagara pikirkan, bukankah dengan berbagi duka maka rasa sakit yang kita rasakan akan sedikit berkurang? Untuk itulah tak ada salahnya bila Bintang membantu Nagara yang sedang berantakan seperti ini.
"Kalo ada yang ganggu pikiran lu lebih baik lu cerita aja Nagara, biar pikiran lu gak kayak gini. Gak ada salahnya berbagi duka kok cerita aja," ujar Bintang lembut.
Nagara termenung sejenak, apa yang di ucapkan Bintang memang ada benarnya. Lagipula memendam semuanya sendirian tak akan menghasilkan apapun semakin perasaan kalut yang semakin mengikatnya, perlahan Nagara mengumpulkan keberanian yang tak pernah ia lakukan.
Mengungkapkan apa yang ingin ia ungkapkan adalah hal yang tak pernah ia lakukan, karena Nagara tak pernah ingin membebani Naraya dan mamahnya. Selain itu dirinya tak memiliki siapapun selain mamah dan Naraya jadi Nagara selalu menyimpan semua dukanya sendirian, ia tak pernah memiliki keberaniannya seperti hari ini.
Karena dengan melihat keyakinan dari Bintang yang tak sekedar ingin tau, membuat Nagara yakin bahwa dirinya membutuhkan orang lain untuk mendengar keluh-kesahnya selama ini.
"Gak ada yang salah dari berbagi pikiran Bintang. Tapi selama ini gue gak bisa cerita ke siapapun selain ke Naraya dan mamah, sedangkan hati kecil gue gak pernah mau ngebebanin mereka dengan keadaan yang ada jadi gue terbiasa nahan semuanya sendirian. Sayangnya gue baru sadar kalo selama ini gue butuh orang lain buat sekedar denger keluh kesah gue tapi gue gak punya siapapun disisi gue selain mamah dan Naraya," lirih Nagara sedih.
Mendengar cerita Nagara membuat Bintang menepuk-nepuk bahu Nagara lembut untuk menguatkannya karena sekarang Nagara punya dirinya disisi Nagara, tak ingin membuat Nagara semakin sedih Bintang pun menguatkannya bahwa kini ada Bintang jadi ia tak perlu lagi menahan semuanya sendirian.
"Gue tau pasti berat tapi sekarang ada gue di samping lu cerita aja kalo lu ngerasa lu butuh temen cerita karena gue akan selalu dengerin lu kok Nagara," ujar Bintang lembut.
Saat mendengar ucapan Bintang membuat Nagara kembali melanjutkan ceritanya yang sempat terhenti sejenak karena rasanya Nagara ingin menangis dengan keras saat hidupnya terasa semakin berat setiap harinya, meski begitu Nagara menghela nafasnya kasar lalu kembali memulai ceritanya.
"Gue juga gak tau kenapa gue ngerasa sedih hari ini tapi rasanya bakal ada hal buruk yang bakal terjadi hari ini, gue gak tau harus ceritainnya gi mana tapi rasanya hati gue khawatir, takut dan campur aduk. Gue tau harus berbuat apa? gue aneh ya?," lirih Nagara sedih.
Bintang yang mendengar kebingungan Nagara pun menatap wajah muram Nagara yang terlihat begitu tersiksa, dengan lembut Bintang menenangkan Nagara untuk tidak terlalu khawatir. Mungkin apa yang Nagara rasakan hanya perasaan saja, kadang kita terlalu mudah merasa padahal belum tentu suatu hal yang akan terjadi.
"Mungkin itu perasaan lu aja. Jangan terlalu di pikirin Nagara gak ada apa-apa kok. Tenang aja ok? Kalo sesuatu terjadi gue bakal bantuin lu sama Naraya," ujar Bintang lembut.
Nagara menghela nafasnya kasarnya, dirinya juga ingin tenang dan tak memikirkan apapun seperti yang Bintang katakan tapi perasaan khawatir itu mengganjal hati Nagara dengan begitu kuat. Sebenarnya ini apa? Sebuah pertanda untuk Nagara agar berhati-hatikah atau sebuah petunjuk akan apa yang belum terjadi? Nagara pun kembali menatap jendela di hadapannya dengan pandangan kosong.
Tak lama jam pelajaran di mulai membuat seluruh murid menyibukkan diri dengan pelajarannya masing-masing tapi tidak dengan Nagara yang masih terlarut dalam pikirannya sendiri, hatinya gundah tapi ia tak mengerti apa yang harus ia lakukan sebenarnya.
Nagara yang terlalu sibuk melamun hingga tak menyadari jika sekarang sudah saatnya jam istirahat, hingga Bintang mengajak Nagara ke kelas Naraya untuk istirahat bersama.
"Udah istirahat nih Nagara. Yuk istirahat bareng Naraya," ujar Bintang lembut.
Mendengar ajakan Bintang membuat Nagara mengangguk setuju hingga ia mengikuti langkah Bintang tapi saat sampai di kelas Naraya tidak ada dirinya di sana, Nagara mengerutkan dahinya bingung karena tak biasanya Naraya tak ada di kelas saat istirahat seperti ini.
Namun tak lama saat Nagara memikirkan alasan mengapa Naraya tidak ada di kelas, seorang siswi menghampiri Nagara dan Bintang yang melihat kelas yang hampir kosong karena selama jam istirahat membuat beberapa murid meninggalkan kelasnya.
"Kak Bintang sama Nagara nyariin Naraya ya? Tadi Naraya dapet telfon dari pihak rumah sakit yang ngehubungin sekolahan, katanya mamahnya pingsan terus tetangga kalian ngebawa mamah kalian ke rumah sakit. Nah karena buru-buru Naraya cuma sempet nulis ini terus pergi ke rumah sakit bawa tasnya dan pergi ke rumah sakitnya pake angkutan umum oh iya katanya kalo nanti Nagara pulang langsung pulang ke rumah aja gak usah ke rumah sakit lagi," ujar siswi itu sambil memberikan secarik kertas kepada Nagara.
Nagara yang mendengar murid di sampingnya pun merasa tubuhnya hampir jatuh dan lupa caranya berdiri tegak, dengan sigap Bintang menahan tubuh Bintang yang hampir ambruk saat mendengar kabar mengejutkan seperti ini.
"Beneran? dari pelajaran awal tadi Naraya perginya?," tanya Bintang memastikan.
Siswi itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban pertanyaan Bintang lalu ia berjalan meninggalkan Nagara dan Bintang yang masih tak percaya dengan apa yang mereka dengar, sementara Bintang yang melihat Nagara seperti kehilangan separuh dirinya pun masih diam membeku seakan-akan nyawanya telah terbang entah ke mana.
"Lu gak apa-apa Nagara? Coba tenang dulu sini-sini duduk dulu sini. Nih minum dulu terus baca kertas yang di tulis Naraya," ujar Bintang lembut.
Nagara yang merasa tubuhnya lemas pun menganggukkan kepalanya dan mengikuti ucapan Bintang untuk duduk dan minum air yang di berikan padanya, ternyata apa yang Nagara khawatirkan sejak pagi adalah keadaan mamahnya yang akan menjadi seperti ini.
Merasa sedikit membaik membuat Nagara kembali membaca pesan yang di tulis Naraya pada secarik kertas yang terlihat di sobek dengan paksa dan tulisan yang terlihat di tulis dengan buru-buru, pasti Naraya merasa sangat sedih dan panik saat mendengar kabar yang menakutkan tadi.
"Naraya gak sempet nulis banyak Na tapi maaf Naraya pergi sendiri karena kelas Na lebih penting dan satu-satunya yang bisa bantu mamah itu Nagara belajar dengan serius, Naraya juga pengen ajak Nagara tapi Na harus janji sama Naraya buat fokus di sana terus nanti pulangnya ke rumah aja ya karena mamah gak lama kok di rumah sakitnya. Saat ini gak ada yang bisa Naraya percaya selain Na jadi Naraya mohon belajar yang serius di sana demi Naraya sama mamahnya Na. Makasih Na," tulis Naraya dalam secarik kertas.
Nagara yang membaca kertas dari Naraya pun menangis tanpa bisa ia tahan, dirinya mungkin terlihat cengeng dan lemah saat ini tapi Nagara merasa dunianya hancur seketika saat mengingat saat ini mamahnya terbaring lemah di rumah sakit.
Sementara kembarannya berlari dengan perasaan kalut demi menemani mamah sedangkan dirinya hanya bisa menatap keduanya yang sedang kesusahan, Nagara yang merasa tak ingin orang yang berharga dalam hidupnya terbebani membuat Nagara hendak menyusul Naraya dan mamah tapi Bintang menahannya.
Sejak tadi Bintang ikut membaca apa yang Nagara baca jadi Bintang mengerti Nagara akan segera menyusul Naraya tapi bukankah Naraya sudah berpesan agar Nagara tetap di sekolah? Hingga sampai jam pulang nanti baru Nagara boleh pulang, Nagara yang di tahan pun berusaha melepaskan dirinya dari Bintang.
Tak ingin sesuatu terjadi kepada Nagara dan Naraya, Bintang pun menenangkan Nagara agar berfikir dengan kepala dingin. Bintang tau Nagara khawatir bahkan tak ingin Naraya berjuang sendirian tapi apa yang di ucapkan Naraya ada benarnya juga, Nagara tak bisa meninggalkan pelajaran dan kelasnya atau ia akan tertinggal banyak hal di sini.
"Lu gak boleh kayak gini Nagara! Lu perlu tenang dan ikutin pesan Naraya. Saat ini kalo lu ke sana lu ketinggalan pelajaran di sini, ayok dinginin dulu kepala lu daripada nanti lu panik terus ada apa-apa di jalan gi mana?," ujar Bintang menenangkan.
Mendengar ucapan Bintang sejenak membuat Nagara terdiam, benar juga apa yang di katakan Bintang tadi. Segala sesuatu yang di mulai dengan terburu-buru belum tentu akan berjalan dengan baik, tidak ada jaminan Nagara sampai di sana dengan selamat saat dirinya kalut seperti ini karena bisa jadi Nagara malah mendapat masalah lain kan.
Bintang yang melihat Nagara sedikit lebih tenang, membuatnya menguatkan Nagara agar tetap fokus selama di sekolah. Memang tidak mudah untuk tetap fokus di saat seperti ini, siapa yang tidak kalut saat mendengar ibumu masuk rumah sakit? Pastilah pikiranmu otomatis terbagi antara khawatir dan fokus yang teralihkan.
"Gak mudah nepatin janji mamah dan Naraya di saat kayak gini tapi saat ini mereka percaya sama lu Nagara. Mereka percaya lu bisa belajar dengan baik karena nanti yang akan ngebiayain Naraya dan mamah itu lu dan lu butuh pendidikan yang baik untuk bisa kerja kan? Jadi gue mohon banget Nagara please tenang dulu dan belajar di sini sama gue," ujar Bintang lembut.
Nagara jatuh terduduk di lantai saat mendengar ucapan Bintang, mengapa rasanya hidup Nagara seakan-akan tak adil? Ujian apalagi yang harus ia lalui di saat dirinya bahkan tidak bisa mengandalkan siapapun selain dirinya sendiri. Apa yang salah dari hidupnya hingga ia harus melewati hal seberat ini di saat orang lain bahkan tidak seperti dirinya, apakah dosanya terlalu banyak hingga saat ini adalah hukuman untuknya?.
Bintang yang melihat Nagara seperti ini membuatnya ikut bersedih tapi dirinya perlu menguatkan Nagara saat ini, sementara Nagara merasa memang seharusnya dirinya mengikuti pesan Naraya dan mamahnya karena mereka percaya padanya.
Nagara bangkit dari posisinya dan ia menatap sendu ke arah Bintang yang menatapnya khawatir tapi tak lama Nagara tersenyum lembut dan menepuk bahu Bintang pelan, lalu Nagara berjalan ke kelasnya untuk memakan bekalnya sambil membaca buku dengan serius.
Meski mulut Nagara terus mengunyah makanan sementara matanya sibuk membaca materi untuk ulangan harian, tanpa sadar air mata terus menetes dari sudut mata Nagara hingga saat ini Nagara tak punya pilihan selain bertahan di saat badai berhembus dengan kencang.
Sebagian diri Nagara ingin melindungi Naraya dan mamahnya tapi sebagian lagi perlu untuk menyiapkan hal besar lainnya, karena tak seharusnya ia menyalahkan takdir yang menimpanya jadi Nagara berfikir harus menyiapkan hatinya karena setelah ini pasti akan ada hal lain yang memintanya untuk lebih kuat lagi dari sebelumnya.
Bintang yang melihat Nagara bertahan dari semua siksaan batin ini membuatnya menyemangati Nagara untuk terus selalu melangkah, karena sejauh apapun Nagara melangkah Bintang tak akan meninggalkan Nagara yang sedang berjuang.
"Mungkin saat ini lu kesakitan karena harus berjuang kayak gini tapi lu gak boleh berhenti untuk terus melangkah. Sejauh apapun langkah yang lu ambil sejauh itu gue di samping lu karena gue gak akan ngebiarin lu berjuang sendirian Nagara," ujar Bintang menyemangati.
Mendengar ucapan Bintang membuat Nagara menolehkan pandangannya dari buku, ia tau Bintang tak sedang bercandaan saat ini dan Nagara berterima kasih untuk kebaikan Nagara padanya. Karena di saat ayahnya membuangnya atau teman-temannya tak pernah menganggap dirinya ada, sosok Bintang malah selalu berdiri di sampingnya dan mengulurkan tangan untuk membantu orang yang di anggap tak berguna ini.
"Thanks Bintang. Thanks banget lu gak pernah ninggalin gue bahkan di saat orang lain gak pernah mau anggep gue, terima kasih banyak buat semua bantuan lu bahkan semangat lu yang minta gue buat tetep kuat. Gue bener-bener terima kasih buat semua hal yang lu lakuin demi orang gak guna ini makasih ya," ujar Nagara sedih.
Bintang hampir saja menangis saat mendengar ucapan Nagara yang terdengar tulus, setelah semua hal yang menimpa Nagara bahkan dirinya selalu di kucilkan tapi tak membuat Nagara melupakan tugasnya untuk terus bersekolah.
Bagi Bintang sosok Nagara adalah sosok murid terkuat tanpa pernah mengatakan hal berat apa yang telah ia lalui, Ia kuat karena selama ini dirinya berusaha keras untum melangkah kakinya meski orang-orang selalu membenci kehadirannya.
Sementara Nagara yang melihat Bintang menatapnya sedih membuat Nagara mengulas senyum bahwa dirinya baik-baik saja dan Bintang tak perlu bersedih untuk orang seperti dirinya karena mungkin nasib Nagara memang harus seperti ini.
Bintang yang melihat Nagara tersenyum pun membuatnya ikut tersenyum, mereka tau hati mereka tidak sedang baik-baik saja tapi saling menguatkan adalah cara terbaik untuk terus bertahan dari semua duka yang datang.
Bel pelajaran berbunyi membuat kelas kembali ramai dan pelajaran kembali di mulai dengan serius, Nagara berjanji ia tak akan mengecewakan mamahnya, Naraya dan Bintang karena mereka telah mempercayainya sejauh ini. Suasana kelas kembali di sibukkan oleh aktifitas masing-masing murid.
|Bersambung|