Hal yang di tunggu-tunggu Nagara pun akhirnya tiba, suara bel tanda pulang sekolah membuat Nagara merapihkan tasnya dengan segera lalu bersiap pergi meninggalkan sekolah. Meski langkahnya terlihat terburu-buru tetapi Nagara sempat berpamitan dengan Bintang, lalu bergegas menuju bus untuk cepat pulang ke rumah.
Nagara perlu memastikan dengan matanya sendiri bahwa mamahnya dan kembarannya dalam keadaan baik-baik saja, dalam perjalanan Nagara terus berdoa dan mengkhawatirkan keadaan orang yang berharga bagi hidupnya.
Sesampainya di rumah, Nagara segera berlari memasuki rumah tak perduli sejak tadi keringat bahkan lelah ia rasakan tetapi saat ini dirinya mengkhawatirkan mamah dan kembarannya jadi apapun yang ia rasakan saat ini tidaklah lebih penting dari apapun.
Mendengar suara pintu dan suara langkah lari membuat Naraya yang sedang menemani mamahnya pun menoleh ke arah pintu yang terbuka, di sana Nagara sedang menatap mamah dan Naraya khawatir. Tak lama Nagara menghampiri mamah dan Naraya yang menatapnya lembut membuat Nagara langsung menggenggam tangan mamah dan Naraya erat, dia bersyukur keduanya baik-baik saja tetapi hatinya sakit melihat wanita hebat yang berjuang demi dirinya kini terbaring lemah dengan senyum terbaiknya.
Bolehkah tuhan memberikan rasa sakit mamahnya pada dirinya, jujur Nagara tidak sanggup melihat mamahnya terlihat tak berdaya seperti ini. Bukankah selama ini mamahnya selalu bertahan demi dirinya dan Naraya? Lalu haruskah kini mamahnya kembali berjuang demi menemani mereka berdua, tak bisakah mamahnya selalu merasakan kebahagiaan saja tanpa rasa sakit seperti ini.
Gioraya yang melihat Nagara menangis tanpa suara membuat hatinya sebagai seorang ibu merasa perih dalam diam, Gioraya khawatir bagaimana putra-putrinya yang masih terlalu kecil ini harus bertahan di tengah kerasnya dunia yang terkadang terasa kejam baginya.
Tak ingin putra-putrinya bersedih seperti ini, Gioraya pun menenangkan mereka bahwa semuanya akan baik-baik saja selama dirinya memiliki Nagara dan Naraya yang ia sayangi. Mendengar perkataan mamahnya semakin membuat Nagara semakin sedih, dalam hati Nagara dirinya ingin sekali membahagiakan mamahnya dan Naraya.
"Mamah gak apa-apa kok kalian jangan sedih ya sayangnya mamah, selama mamah punya Nagara dan Naraya yang mamah sayang semuanya bakal baik-baik aja kok. Udahan dong nangisnya nanti mamah ikut nangis loh," ujar Gioraya lembut.
Melihat putranya masih menangis sesegukkan membuat Gioraya bangun dari posisi tidurnya dan ia menghapus air mata yang masih saja menetes dengan deras, seakan menjelaskan bahwa saat ini Nagara sedang tenggelam dalam kesedihan.
Naraya yang melihat kembarannya menangis pun membuat Naraya memeluk Nagara dan mamahnya erat, mamah benar semuanya akan baik-baik saja selama mereka selalu bersama seperti ini. Nagara yang merasakan betapa sayangnya mamah dan Naraya padanya, membuat Nagara ikut memeluk dua wanita hebat yang ia sayangi.
Nagara berjanji akan melakukan bahkan mengorbankan apapun asal mamah dan Naraya selalu baik-baik saja. Di tengah rasa sayang dan khawatir yang menenggelamkan ketiganya, tiba-tiba Nagara meminta mamahnya untuk beristirahat sampai pulih biar pekerjaan mamahnya Nagara yang kerjakan dan untuk pekerjaan rumah di kerjakan Naraya.
"Selama mamah belum sehat, nanti biar Nagara yang kerjaain kerjaan mamah terus Naraya yang kerjain pekerjaan rumah sampe mamah pulih nanti ya. Mamah jangan terlalu banyak pikiran yang penting sekarang mamah sehat dulu ok?" ujar Nagara tegas.
Mendengar ucapan Nagara membuat Gioraya terkekeh geli, entah mengapa melihat cara bicara tegas Nagara justru mengingatkan Gioraya akan Tama yang mungkin saat ini dirinya bahkan tak mengingat keluarga kecilnya. Nagara yang mendengar mamahnya tertawa membuat perasaannya merasa membaik, tapi tak lama Nagara melihat raut wajah mamahnya berubah menjadi sedih.
Apa yang mengganggu pikiran mamahnya? Jangan bilang mamahnya teringat ayah yang bahkan sampai hari ini tak lagi menjenguk mereka, seketika perasaan kesal menyelimuti hati Nagara dalam diamnya. Gioraya yang melihat tatapan Nagara terlihat kesal membuat Gioraya menatapnya bingung dan menenangkan putranya yang mungkin saat ini perasaannya sedang tidak baik, Nagara yang mendengar nasihat mamahnya pun hanya bisa mendengarkan dengan serius.
"Apapun yang lagi Nagara pikirin, Nagara harus tetap tenang dan liat dari sisi baiknya! Jangan lupa buat selalu berfikir positif ya Na," ujar Gioraya lembut.
Mamahnya benar, harusnya dirinya tetap tenang dan selalu berpikiran positif tapi mampukah dirinya melakukannya di saat rasa kesal hampir menelan Nagara bulat-bulat. Gioraya yang mendengar kegelisahan putranya, membuat Gioraya membantu Nagara agar memaafkan ayah nya karena bagaimanapun juga Tama tetaplah ayahnya dan Nagara tetap putra Tama.
"Setelah apa yang ayah lakuin, Nagara masih ngerasa kesel bahkan benci banget sama ayah mah. Ayah gak nepatin janjinya ke kita, ayah bahkan bikin mamah sedih. Gimana caranya Nagara tetep berpikir positif di saat Nagara aja gak pernah bisa yakin lagi sama ayah," ujar Nagara sedih.
"Mamah ngerti Nagara kecewa sama ayah dan gak mau mamah sedih tapi ada baiknya kalo Nagara maafin ayah Na. Nagara gak boleh benci kayak gitu gak baik loh Na, maafin aja apa yang ayah lakuin karena bagaimanapun juga Nagara tetep anaknya ayah dan ayah tetep ayahnya Nagara kan?" ucap Gioraya lembut.
"Meskipun ayah lupain kita mah? Nagara gak tau bisa maafin ayah apa gak tapi Nagara bakal coba maafin ayah demi mamah. Apalagi kedepannya hidup kita bakal gak sama lagi kayak sebelumnya mah," lirih Nagara sedih.
"Ayah gak lupain kita Na. Mungkin ayah lagi sibuk aja, pasti Nagara bisa kok maafin ayah kan Nagara anak baiknya mamah bukan? Loh kok Nagara ngomong gitu? Kenapa Na?" tanya Gioraya bingung.
"Iya ayah sibuk sama keluarga barunya mah Nagara tau kok! Hmm entahlah Nagara bisa gak maafin ayah, iya dong Nagara kan anak baiknya mamah! Karena mulai besok Nagara bakal bantuin mamah cari uang demi hidup kita bertiga mah oh iya mamah jangan khawatir ya kita bertiga pasti bisa lewatin ini semua," ujar Nagara semangat.
"Gak gitu loh Na, harus bisa dong kan demi mamah? Katanya anak baiknya mamah kok gak mau maafin orang berarti gak baik dong? Kalian gak perlu repot-repot kok mamah kecapean aja besok udah kayak biasa lagi ok? Udah kalian istirahat pasti lelahkan," ujar Gioraya lembut.
"Iya deh iya mah, iyaa nanti Nagara maafin ayah. Mamah fokus sembuh aja biar Nagara sama Naraya yang gantian bantuin mamah kan selama ini mamah selalu bantuin Nagara sama Naraya jadi mulai besok kita bakal bantuin mamah," ucap Nagara semangat.
Gioraya tersenyum lembut melihat keteguhan hati Nagara dan kebaikan Naraya yang merawatnya seharian ini, jujur Gioraya ingin menangis dengan kencang merasa tak berdaya saat dirinya hampir saja meninggalkan buah hatinya.
Gioraya tak ingin berpisah dengan putra-putrinya tapi melihat dirinya semakin tak mampu melawan rasa sakitnya, dirinya takut anak-anaknya kehilangan arah untuk tetap bertahan. Gioraya tak ingin menghancurkan hati putra-putrinya untuk yang kedua kalinya, selama ini Gioraya tau bahwa Nagara dan Naraya menginginkan keluarga yang utuh.
Namun sebagai ibu Gioraya tak ingin melihat anak-anaknya kecewa dengan tindakan ayahnya yang bisa dibilang terlampau egois karena mementingkan orang yang ia cintai, daripada masa depan putra-putrinya yang Gioraya lihat sendiri buah hatinya terseret-seret melawan kerasnya lingkungan terhadap mereka.
Meski begitu Nagara dan Naraya tetap bertahan dan Gioraya benar-benar bersyukur akan segala hal yang dilakukan si kembar, sementara Nagara da Naraya yang melihat mamahnya tersenyum pun ikut tersenyum.
Karena bagi mereka senyum terbaik yang mereka lihat adalah senyuman tulus mamahnya bahkan di saat jatuh seperti ini, tak ingin membuat putra-putrinya melihat dirinya menangis akhirnya Gioraya meminta anak-anaknya untuk beristirahat karena dirinya juga ingin beristirahat.
Nagara dan Naraya yang mendengar ucapan mamahnya pun mengangguk patuh dan berjalan memasuki kamarnya masing-masing, sedangkan Gioraya menatap foto keluarga mereka dengan tatapan sedih.
"Bagaimana nanti jika mamah tidak di samping kalian Na, Naraya? Kalian akan baik-baik saja kan? Kalian akan tetap bahagiakan?" lirih Gioraya sambil menangis pilu.
"Kalian akan selalu bertahankan? Jika suatu hari nanti mamah gak bisa nemenin kalian. Mamah janji bakal nemenin kalian dari tempat terdekat dari kalian jadi mamah minta kalian harus tetap bertahan walaupun terasa berat ya Na! Naraya," lirih Gioraya semakin merasa sedih.
Gioraya yang larut dalam kesedihannya pun memeluk foto keluarga mereka dengan erat, ia merasa suatu saat dirinya terpaksa harus berpisah dengan putra-putri kesayangannya. Merasa lebih baik Gioraya pun berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam, tapi di dapur Naraya dan Nagara sibuk menyiapkan makanan.
"Loh Nagara sama Naraya lagi ngapain di dapur? Biar mamah aja yang nyiapin makan malam sayang," ujar Gioraya lembut.
Mendengar suara mamahnya membuat Nagara dan Naraya menoleh ke arah mamah dan tersenyum konyol melihat wajah khawatir mamahnya, tak lama Nagara menuntun mamah untuk duduk di kursi biar Nagara dan Naraya yang menyiapkan makanan.
"Masak dong mamah masa kita nambang di dapur. Udah mamah gak usah khawatir mending mamah duduk di ruang makan biar Nagara sama Naraya yang nyiapin makan malam ok?" ucap Nagara semangat.
Gioraya yang mendengar ucapan Nagara, membuatnya terkekeh geli. Sementara Naraya dan Nagara sibuk menyiapkan makanan dan tak lupa Gioraya mengingatkan anak-anaknya untuk berhati-hati, bagaimanapun juga Gioraya khawatir jika putra-putrinya terluka.
"Hati-hati megang pisaunya Na! Naraya jangan deket-deket penggorengannya panas sayang! Nagara itu Naraya jangan di senggol-senggol nanti kena minyak panas Na," ujar Gioraya khawatir.
Mendengar kekhawatiran mamah, membuat Nagara dan Naraya terkekeh senang karena berarti mamah menyayangi mereka berdua. Gioraya yang melihat putra-putrinya tertawa senang semakin membuat Gioraya takut kehilangan saat-saat seperti ini, Gioraya takut putra-putrinya tidak lagi mampu tertawa dan sebahagia seperti hari ini.
Karena Gioraya terlalu sibuk melamun hingga tak menyadari jika Nagara dan Naraya telah selesai memasak dan mulai sibuk menata meja makan, melihat mamahnya melamun membuat Nagara menepuk bahu mamahnya lembut.
Gioraya yang merasa bahunya di tepuk pun menoleh dan menatap lembut Nagara yang terlihat khawatir, tak ingin membuat putra-putrinya khawatir membuat Gioraya mengajak Nagara dan Naraya untuk mulai menyantap makan malam mereka.
"Wah makanannya udah jadi, duh wanginya enak gini nih. Yuk makan yuk kalian laper kan? Wah keliatan enak banget nih," ujar Gioraya lembut.
Nagara dan Naraya pun mengganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan mamahnya, karena memang makanannyan terlihat menggiurkan hingga membuat mereka bertiga makan dengan lahap. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan makan malam yang terasa lezat hari ini, setelah makan malam tak lupa Nagara dan Naraya merapihkan semua piring kotor dan alat memasak mereka tadi.
Setelah semuanya selesai, Naraya menghampiri mamahnya yang sedang duduk di ruang TV sambil melihat-lihat album lama mereka. Tak ingin melihat mamahnya sedih Naraya pun menghiburnya, lalu tak lama Nagara ikut duduk di samping mamah dan ketiganya sibuk mendongeng dan menghabiskan waktu dengan cerita sebelum tidur.
"Wah mamah lagi liat anak mamah yang manis ini ya?" canda Naraya geli.
"Hahaha iyaa nih mamah lagi liat si kembar kesayangannya mamah," ucap Gioraya lembut.
"Wah mamah sama Naraya lagi liat apa? Seru banget ikut dong," ujar Nagara semangat.
"Liat album lama kita Na, dulu tuh kalian bayi yang menggemaskan menurut mamah, kalian keliatan begitu kecil sampe mamah gak tega ngebiarin kalian di gendong orang sembarangan! Tangan kalian gak pernah lepas dari mamah dan mamah ngerasa bersyukur banget sekarang kalian sehat dan pintar," ujar Gioraya sedih.
"Itu semua berkat mamah mah. Makasih ya mah gak pernah lelah ngejaga bahkan ngerawat kita berdua. Kita juga bersyukur punya mamah yang sabar kayak mamah," ujar Nagara lembut.
"Sama-sama Na oh iya dulu tuh Naraya sama Nagara selalu takut kalo ayah deketin karena ayah lebih banyak waktu untuk kerja di banding waktu sama kalian. Nanti kalo kalian punya waktu buat deket sama ayah jangan takut ya karena nanti ayah yang nanti ngejagain kalian selain mamah jadi kalian harus sayang ayah juga ok?" ucap Gioraya lembut.
"Kita punya mamah mah ... cukup mamah aja yang kita sayang," lirih Naraya sedih.
"Kalian selalu punya mamah kok tapi jangan lupa sayang sama ayah juga Na. Apapun yang udah terjadi simpen aja sebagai pembelajaran buat ke depannya, suatu saat kalian butuh ayah dan ayah butuh kalian jadi kalian juga harus dengerin pesen mamah ok? Jangan lupa jagain ayah dan tetep saling ngejaga satu sama lain ya," ucap Gioraya lembut.
Mendengar pesan mamahnya entah mengapa rasanya seperti akan ada sesuatu yang terjadi, mengingat hal ini membuat Nagara dan Naraya memandang mamahnya sedih. Tak biasanya mamah seperti ini? Mamahnya sedang bercanda bukan? Tapi mendengar ucapan mamah justru membuat Nagara dan Naraya semakin merasa takut, Gioraya yang melihat putra-putrinya ketakutan pun menenangkannya.
"Mamah kenapa ngomong gitu? kita bakal selalu di samping mamah kok," lirih Naraya sedih.
"Mamah lagi bercanda ya? udahan bercandanya mah gak lucu," ujar Nagara ikut merasa sedih.
"Mamah gak bercanda Na, Naraya. Mamah mau kalian janji satu hal sama mamah boleh? Kalian bakal nepatinnya kan," ucap Gioraya lembut.
"Mamah mau kita janji apa mah?," jawab Nagara dan Naraya bingung. "kalo suatu hari ayah datang dan ngebawa kalian. Kalian harus ikut ya? Kalian harus jagain ayah kayak kalian jagain mamah ok? Harus nurut sama ayah, jangan lupa kalian saling ngejaga dan jagain ayah juga. Sekeras apapun jalan yang nanti kalian lewatin kalian jangan berhenti tapi kalian harus semangat buat terus bertahan dan mamah mohon jangan lupa untuk saling bercerita dan ngelindungin ok?," ucap Gioraya lembut.
"Mamah kenapa ngomong gitu? Mamah gak akan ninggalin kita kan," lirih Naraya sedih.
"Maksud mamah apa? Kita gak akan pisah sama mamah kan," ujar Nagara ikut sedih.
"Mamah gak akan ninggalin kalian atau pisah sama kalian tapi kalian janji sama mamah kan?," ucap Gioraya lembut.
"Iya mah kita janji," ujar Nagara dan Naraya sedih.
Gioraya yang mendengar janji dari kedua anaknya pun memeluk mereka erat, dirinya juga tak ingin meninggalkan atau berpisah dengan Nagara dan Naraya tapi bukankah setiap pertemuan ada perpisahan. Meski hati kita tak menginginkannya tapi semesta pasti memiliki rencana yang lebih baik dan ada alasan di baliknya, untuk itulah Gioraya hanya bisa menyerahkan semuanya pada semesta.
|Bersambung|