Masih sangat pagi, baru pukul 06.15, juragan laki-laki Sarti sudah masuk kamar David. Kalau malam David tidur bersama maminya di kamar sang mami, dan sang mami jam 05. 30 sudah harus pergi kerja dan akan pulang jam 15.00.
“Ini dua handphone untuk kamu pakai. Satu ini, nomornya sudah ada di sini untuk kamu pakai. Satunya kamu kirim buat mamakmu, di ponsel mamakmu juga sudah ada nomornya, tinggal kamu hubungi nanti sore.”
“Mana amplop yang mau kamu kasih ke mamakmu?” tanya sang juragan.
“Sebentar Juragan, saya akan ambil di kamar,” Sarti bergegas mengambil uang yang ingin dia kirim untuk mamake, dia memasukkan uang satu juta rupiah untuk mamake. Sisanya mau dia tabungkan di bank. Dia sudah dianjurkan membuat tabungan di bank oleh nyonya majikannya.
“Ini satu juta ya. Saya tak mau pegawai saya yang antar ini dibilang menipu bila uangnya kurang,” sang juragan memastikan uang yang Sarti kirim.
“Iya Juragan,” sahut Sarti.
“Besok suruh mamakmu bikin tabungan di bank. Jadi tiap bulan kamu tinggal kirim dari sini. Tidak perlu titip Dulah atau Ujang,” sang juragan memberitahu Sarti.
“Njih Juragan, matur nuwun,” sahut Sarti. Dia benar-benar merasa bersyukur banyak dibantu oleh juragannya dan nyonyanya.
“Di dalam surat beritahu mamakmu suruh menghubungi kamu di nomor ponselmu itu. Ini kartu bungkus nomormu. Kasih tahu di surat untuk mamakmu.”
Sarti menambah tulisan mamaknya diminta memberi khabar saat ponsel dan uang sudah dia terima. Sekali lagi Sarti sangat bersyukur mempunyai majikan yang sangat baik seperti nyonya Pricilla dan Mr X.
‘Bagaimana aku bisa mengajari dia dengan baik bila Eagle terus saja berontak seperti ini? Mengapa Eagle tidak mau diam di kandang malah mau berontak keluar?’ kata Xavier dalam hatinya.
Perlahan Xavier ajarkan cara menggunakan ponsel. Sebenarnya itu hal mudah tapi Xavier sengaja memperlambat. Dia sengaja ingin berdekatan dengan Sarti kadang dia sengaja memegang tangan pengasuh bayi tersebut. Xavier sudah tahu nama Sarti dan nomor Sarti sudah dia save di ponsel pribadinya, bukan di nomor yang Pricilla ~istrinya~ tahu.
≈≈≈≈≈
Esoknya hari Senin, Sarti izin ke kepala rumah tangga untuk lari ke bank terdekat untuk pergi ke bank membuka rekening. Kepala rumah tangga mengizinkan Sarti keluar dua jam, saat itu David baru tidur, biasanya minimal dia bangun setelah satu jam. Nanti David akan dipegang dia sementara. Karena kepala rumah tangga kemarin mendengar nyonya Pricilla meminta Sarti menabung. Pricilla paling tak mau ada keributan uang hilang di rumahnya. Dulu saat dia kecil sering para pembantu kehilangan uang karena gaji mereka tak ditabung.
Sarti juga membeli beberapa pakaian dalam. Karena dia sangat malu menjemur pakaian dalamnya yang sangat jelek. Dia menjemur di kamar karena pakaian dalamnya lebih buruk dari lap di rumah itu.
Sarti membeli bedak dan lipstik juga deodorant. Shampoo, sabun mandi dan odol. Rasanya dia sangat bangga bisa membeli sabun mandi cair botolan, juga shampoo botolan. Bulan berikutnya dia tinggal beli isi ulangnya saja.
≈≈≈≈≈
Tiga minggu sudah dari jadwal gajian pertama, satu minggu lagi Sarti akan gajian lagi. Tentu dia semangat. Bulan ini dia berniat mengirim ibunya lebih banyak, karena dia tak butuh beli bedak juga pakaian dalam, semua bisa dia alihkan untuk adik-adik dan berobat bapaknya yang mulai sehat.
“Anak Papi sudah harum ya?” juragan Sarti menghampiri putranya sebelum dia berangkat kerja. Dia ciumi David yang sedang berada dalam gendongan Sarti yang baru akan keluar kamar anak itu.
Tanpa sengaja sang juragan mencium pipi mulus Sarti.
“Eh …,” Sarti tak enak hati.
“Anak Papi jangan berontak dong, jadi mbak Sarti kecium Papi,” sang juragan seakan tak sengaja melakukannya. Dia lalu memeluk Sarti yang sedang menggendong David dan menciumi wajah putranya.
“Kamu harum dan cantik Ti! Saya suka,” bisik sang juragan lalu dia cium kembali pipi Sarti sebelum keluar kamar.
“Aaaaaaaaaah, apa benar aku cantik?” bisik Sarti pada David. Dia ciumi pipi bayi itu di bekas yang dicium papinya. Dan dia usap pipinya sendiri merasakan bekas kecup manis sang majikan.
Seharian Sarti serba salah, dia terus membayangkan getar suara Mr X di telinganya, bahkan bibir Mr X menyentuh daun telinganya membuat dia merasa sensasi lain.
David juga tak lepas dari ciuman Sarti. Bahkan saat nyonya Pricilla sudah akan mengambil alih, sebelum keluar kamar David, Sarti masih menciumi momongannya, membuat sang nyonya senang karena Sarti menyukai putranya.
≈≈≈≈≈
Dua hari berlalu dari bisikan manis Xavier atau Xaverius atau Mr X, dia tak pernah terlihat ada di rumah, membuat Sarti kalang kabut karena merindu sosok lelaki itu.
Sarti tahu ‘salah’ menyukai apa yang tuannya lakukan, tapi kadang batinnya membela diri, dia tak salah karena bukan dia yang menggoda sang juragan. Di lingkungan kerjanya ada satu gadis dari Sumedang, cantik dan putih serta selalu modis dandan dan dia memang menampakkan kesukaannya pada juragan Xavier, tapi Mr X tak pernah tergoda. Semua pegawai tahu kalau Mimin atau Mintarsih sangat tergila-gila pada Mr X yang sering dia panggil dengan panggilan sayang OPPA VIER
≈≈≈≈≈
Pukul 15.00 biasa nyonya majikan sudah pulang. Dan satu jam kemudian Sarti bebas tugas karena bila dia di rumah David langsung diurus sendiri oleh maminya.
Bila sudah lepas jam kerja Sarti tak pernah ke lantai atas lagi. Dia hanya di belakang bersama pekerja yang lain. Sesekali ikut ke depan bila ada yang sedang jajan bakso atau siomay. Di belakang dia belajar membuat menu makan David, kadang juga masakan lain yang biasa dimasak sore buat makan malam majikannya.
≈≈≈≈≈
“Kamu kenapa senyam senyum begitu?” tanya bu Ratna di ruang cuci belakang.
“Lagi happy, pagi-pagi liat wajah bening Oppa Vier tercintahku,” jawab Mimin dengan logat Sundanya yang kental.
“Tadi aku sudah siapkan kopi kental kesukaannya, juga telur setengah matang dan roti untuk sarapannya,” lanjut Mimin.
Sarti tak pernah tahu menu sarapan karena dia tak pernah menyajikan sarapan, dia tak boleh bertugas di sana.
Mr X kembali terlihat di rumah hari Sabtu pagi, Sarti yang sedang mencuci pakaiannya mendengar teteh Mimin ngerumpi dengan bu Ratna, kepala rumah tangga.
Karena sekarang hari Sabtu tentu Sarti tak ada alasan untuk bertemu dengan juragannya itu. Sarti harus bersabar hingga hari Senin jam lima pagi guna bisa masuk ke kamar David.
≈≈≈≈≈
Hari yang Sarti tunggu tiba, Senin pagi jam lima dia bergegas masuk kamar David. Dia harus serah terima dengan nyonya Pricilla, tiga puluh menit sebelum sang nyonya berangkat kerja. Nanti sang tuan akan berangkat jam enam atau maksimal jam tujuh pagi.
Jantung Sarti berdegub kencang ketika pintu kamar dibuka dan terdengar majikannya sedang bicara di handphone menggunakaan bahasa Hokian, entah apa yang dia bicarakan. Sambil bicara dia menghampiri Sarti dan menciumi pipi pengasuh anaknya. Sekarang bukan selintas dan hanya satu pipi. Karena sekarang dilakukan penuh kesadaran di kedua pipinya.
“Aku langsung berangkat kerja ya cantik!” bisik Xavier dan segera keluar kamar.
Siapa yang tidak meleleh? Di sela kesibukan padat, Xavier tetap datang ke kamar hanya untuk mencium pipinya, bahkan dia tak mencium David yang belum bangun.
≈≈≈≈≈