Bab 4.1 Awry, Love Affairs

1107 Words
Siang ini gue memilih untuk masuk kelas seperti  hari-hari sebelum  menikah. Kebanyakan orang yang baru  menikah itu pasti selalu merencanakan honeymoon yang indah bersama pasangannya, namun beda hal nya dengan gue yang masih sibuk dengan aktifitas perkuliahan. Bukan tanpa alasan, melainkan gue harus  menyelesaikan terlebih dahulu  skripsi yang tinggal beberapa hari lagi. Setelah skripsi dan sidang selesai, barulah gue akan memikirkan kemana akan pergi berlibur. Inget, liburan panjang. Bukan Honeymoon. Sedangkan Alex sepertinya begitu sibuk dengan jadwal peraktik nya di rumah sakit tanpa memikirkan liburan atau honeymoon sedikit pun. Gue bisa menebak karena ayah juga seperti itu dulu, sampai akhirnya dia membuka klinik sendiri dan banyak waktu untuk keluarga, tapi ayah bilang buka klinik sendiri itu tidak mudah, banyak persyaratan yang harus di capai terlebih dahulu agar semuanya maksimal. Seperti biasa, sesampainya di kampus gue sudah di sambut oleh teriakan Miss kepo yang memanggil nama gue dari arah kejauhan dan  siap cium pipi kanan dan cium pipi kiri, atau orang sering bilang cipika cipiki manja. Siapa lagi kalo bukan Riri dan Ghea. "Ko muka lo asem banget," kata Riri menatap detail wajah gue. "Bukan asem, Ri. Tapi pucet," timpal Ghea santai saat menoleh singkat wajah gue, selang beberap detik Ghea kembali menatap wajah gue dengan cepat. " Jangan bilang kalo lo udah w*****k. Ayo ngaku?" desak Ghea membuat gue mendelik ke arahnya. "Enak aja kalo ngomong, dia itu enggak apa-apain gue tau." "What! Serius?" Kata Riri dan Ghea serempak dengan tatapan striking ke arah gue. "Gue pucat karena belum makan dari pagi. Kalo masalah Alex, kayaknya dia enggak tertarik sama sekali ke gue, " kata gue memelas yang di balas pelukan Ghea dan Riri. Wajah pucat, lesu, letih, perut keroncong. Sangat cocok mendefinisikan untuk gue saat ini. Bagaimana tidak, dari pagi sampai detik ini gue belum makan sama sekali. Karena bingung mau makan apa. "Aaah ... sayang, kayanya lo harus kerja ekstra biar Alex bisa suka sama lo, aneh juga sama Alex, cewe cantik kaya Lo kok di anggurin," kata Ghea yang membuat gue melepaskan pelukan mereka dan mendelik ke arahnya. "Lah, kok gue? Sejak kapan gue mengemis cinta cowo," kata gue tidak terima. "Sejak hari ini," balas Ghea yang membuat gue mendesis  sinis. Tidak ada dalam kamusnya seorang Azelea mengemis cinta lelaki, yang ada lelaki mengemis-ngemis cinta sama gue. "Zee, tapi yang Ghea bilang ada benarnya juga," timpal Riri yang membuat gue kembali mendelik. Bagaimana bisa ke dua sahabat gue berfikir seperti itu. Tapi setelah di fikir-fikir ada benarnya juga dengan apa yang Ghea dan Riri ucapkan. Masa iya, gue enggak bisa buat Alex jatuh cinta sama gue. "Dari pada lo ngelamun, mendingan kita ke kantin buat isi perut lo yang lagi pada demo," sarkas Riri membuat gue menuruti ucapannya. Sesampainya di kantin, gue masih saja memikirkan perkataan Riri untuk membuat Alex jatuh cinta sama gue. "Apa gue kursus masak aja ya?" Tanya gue menggumam. Tanpa gue sadari ternyata Riri dan Ghea mendengar gumaman tersebut. "Lo mau kursus masak?" tanya Ghea seolah memastikan perkataan gue. Gue yang saat itu membalas tatapan Ghea menangguk singkat kearahnya. Seakan menegaskan kembali apa yang Ghea dengar secara samar. "Gue gak salah denger seorang Azelea mau kursus masak?" timpal Riri yang tak kalah terkejut. "Kenapa enggak. Emang ada yang salah?" tanya gue yang membuat Ghea dan Riri menggelengkan kepalanya seolah-olah tidak habis fikir dengan keputusan gue saat itu. "Pulang kampus kita cari tempat kursus masak, gimana?" ajak gue yang membuat Ghea dan Riri saling bertatapan satu sama lain.   ✈✈✈✈   Sepulang kuliah gue, Riri, dan Ghea mencoba untuk mendatangi tempat kursus masak yang sebelumnya gue cari melalui internet.     Ke dua sahabat gue awalnya menolak untuk di ajak ketempat seperti ini, tapi setelah di bujuk beberapa kali akhirnya mereka mau mengantar gue ke tempat kursus. Di sini gue memilih kursus masakan Western, bagi gue Western itu olahan yang  tidak terlalu sulit dalam hal rempah-rempahnya, dan tentunya simpel juga, meski kebenarannya gue tetap menyukai masakan asli Indonesia.   Besok adalah hari pertama gue mengikuti kursus masak, karena memang hari ini sudah mulai larut, jadi gue cuma mengurus pendaftarannya saja. "Zee, gue pulang bareng Ghea aja yah. Gak apa-apa kan lo pulang sendiri?" kata Riri yang gue balas anggukan singkat. "Santai aja kali, Ghe. Ya udah sampe ketemu besok guys," kata gue di ikuti lambaian tangan ke arah mereka dan segera memasuki mobil. Sulit di percaya rasanya, seumur hidup gue enggan memasuki dapur, apalagi untuk masak. Apapun yang ingin gue makan selalu mengandalkan mamah, atau pembantu di rumah. Sekarang gue malah mengambil tindakan untuk belajar masak, dan itu juga bukan atas kemauan gue, melainkan demi menarik perhatian Alex.   Gue heran kenapa gue bisa menuruti kemauan Alex, apa mungkin karena gue tidak mau disepelekan olehnya, atau mungkin gue menyukai lelaki yang berdarah dingin itu.   Masih teringat jelas dalam bayangan gue, beberapa bulan lalu para lelaki yang selalu mendekati dan menuruti apa yang gue mau. Tapi, sekarang malah kebalikannya.   Apa ini karma untuk gue yang selalu mempermainkan perasaan para lelaki.   Sebelum sampai ke apartemen gue memilih mampir terlebih dahulu ke Chinese restaurant untuk Take away makanan. Karena saat itu gue memang sangat lapar dan memilih membawa pulang ketimbang makan di tempat. Bisa saja gue kena semprot Alex kalo pulang terlalu larut malam.   Benar saja dugaan gue, sesampainya di apartemen gue sudah dikejutkan dengan ekspresi Alex yang sedang menatap gue tajam dengan tangan yang menyilang sembari menyandarkan tubuhnya di tembok.   "Jam berapa ini?" tanya Alex datar membuat gue ketakutan. "Kemana saja kamu seharian ini, bukannya jadwal kuliah kamu sampe sore? Dan kenapa jam sepuluh malam baru pulang?"   "Marahnya Alex kenapa lebih mengerikan di banding orang tua gue, bahkan dosen di kampus yang terkenal sangar aja masih kalah sama dia," batin gue mengepal kedua tangan.   "Jawab pertanyaan saya!"   Gimana mau jawab, situ ngasih pertanyaan langsung banyak begitu.   "Saya kuliah, abis itu nyari tempat kursus masak. Bukannya kamu yang minta saya buat belajar masak, kenapa masih mengomel aja ketika saya pulang malam." tegas gue tanpa mau menatap ke arahnya.   "Seharusnya kamu ngabarin saya kalo mau kemana-mana itu. Kalo ada apa-apa siapa yang mau di salahkan, Hmm?" kata Alex melangkah mendekat ke arah gue.   "Hape saya lowbat, maaf," kata gue gugup saat tubuh Alex mendekat ke arah gue.   "Lain kali jangan seperti itu. Sekarang kamu mandi, abis itu makan."   "Kamu masak?" tanya gue yang langsung menatapnya.   Betapa kesalnya gue saat Alex tidak menjawab pertanyaan gue dan malah pergi begitu saja.   "Dasar cowo aneh nyebelin, ngeselin, b******k, dingin!" batin gue yang saat itu ingin berteriak memaki dirinya.   Entah apa yang membuat Alex selalu menghidari gue saat menatapnya.   ✈✈✈✈   THANKS YOU SO MUCH KALIAN UDAH SAMPE KE EPISODE INI. LOVE YOU ❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD