Raleen sangat kesal kali ini dengan sifat keras kepala putrinya. Putri semata wayangnya itu tak berhenti berdebat dengannya kala ia ingin mengantarkan pesanan jahitan. Memang biasanya harleen yang akan mengantarkan pesanana tersebut. Mengingat kondisi fisik raleen yang tidak bisa berpergian terlalu jauh.
"Sudah ibu katakan. Biarkan kali ini ibu yang mengantarkan pesanan ini. Ibu mendengar dari penduduk desa kalau vampir itu berkeliaran lagi"
"Ayolah ibu,kenapa ibu masih saja percaya dengan makluk mitos itu. Aku mengkawatirkan kesehatanmu. Seperti biasa aku yang akan mengantarnya"
"Kau tidak mengerti harlen. Memang tidak semua ras vampir itu buas. Tapi ibu yakin yang berkeliaran di hutan itu pasti vampir buas. Ibu tidak ingin sesuatu terjadi padamu"
"Tidak semua vampir buas? Apa maksudmu bu?Ibu berbicara seolah-olah ibu mengenal dengan baik mengenai ras vampir"
Raleen tersentak kaget dengan pertanyaan putrinya itu. Ia menghela nafas panjang karena hampir saja mengatakan hal yang selama ini ia sembunyikan dengan susah payah dari putrinya.
"ii.. Ibu.. Ibu hanya. Sudahlah. Biarkan ibu yang mengantar pesanan ini"
"Tidak bu. Aku tidak mau penyakitmu kambuh." harlen mengambil jubah merah kesayangannya dari tempat gantungan, disusul dengan ia mengambil hasil jahitan dari tangan ibunya.
"Percayalah aku akan baik baik saja. Aku akan pulang tepat waktu" harleen tersenyum mengusap punggung tangan ibunya. Dengan berat hati raleen melepas harleen pergi.
***********
Valen sudah lebih tenang dari sebelumnya. Kali ini ia tidak memeluk morgan lagi. Mereka duduk di sofa dengan segelas blood di tangannya sambil berbicara saling melepas rasa rindu.
"Aku sangat merindukanmu morgan. Kau bahkan tak pernah mengirimiku surat semenjak kau pergi dari rumah pusat. Dan aku sangat kesepian karena tidak ada lagi yang bisa kujaili" ucap valen dengan ekspresi manjanya. Yang membuat siapapun gemas akan tingkah nya. Valen memang sudah jauh tumbuh dewasa. Namun sikap manjanya tidak pernah berubah. Setidaknya begitulah yang difikirkan morgan
"Ha ha ha.. Aku sangat sibuk dengan pekerjaan valen. Aku tak bermaksud melupakanmu"
"Well!!!Apakah mencumbui gadis-gadis disini juga merupakan salah satu dari pekerjaanmu itu?"
"Hmmm bisa jadi.. "jawab morgan dengan senyum jailnya
"Ayolah morgan. Kau sudah bertunangan. Apa kau tidak memikirkan perasaan tunanganmu?"
"Hei apa maksudmu? Aku menghargainya. Dengan caraku sendiri tentunya" morgan mencubit gemas pipi adik kesayangannya itu
"Setidaknya berhentilah bermain dengan wanita- w************n itu. Bagaimana nanti kalau ada laki-laki yang menyakitiku seperti yang kau lakukan pada mereka. Apa kau tega melihat adikmu menderita"
"Sebelum mereka menyakitimu, aku akan lebih dulu membunuh mereka. Jadi kau harus ceritakan padaku semua laki-laki yang mendekatimu"
"Ya.. Yaa.. Yaa. Tentu kau akan melakukannya. Well sebaikanya sekarang aku beristirahat. Aku lelah karena duduk terlalu lama di dalam kereta itu beberapa hari ini. Dan kenapa kau tidak kebawah. Kau harus menyapa mom dan dady"
"Cek.. Nanti saja" decak morgan malas
"Okey.. Aku ke kamarku dulu" valen bangkit dari duduknya. Belum sempat ia keluar dari pintu ruangan itu valen memberhentikan langkahnya. Ia kembali menatap morgan.
"Hmm morgan. Tunanganmu juga akan datang. Sepertinya dia sudah menyebrangi hutan deathwood." senyum valen jail.
Morgan membalas ucapan valen dengan anggukan pelan. Detik berikutnya setelah valen keluar dari ruangan itu.Alan masuk dan memberi hormat pada morgan dengan membungkukkan badannya. Hanya dengan tatapan mata morgan alan sudah paham tugas apa yang akan dia kerjakan.
"Yes my lord. Akan ku kerjakan" alanpun lansung pergi meleset bak angin meninggalkan ruangan kerja morgan..
***********
Harleen POV
Seperti biasa aku mengantarkan pesanan jahitan pelanggan ibu ke kota. Perjalanan dari rumahku ke pusat kota menghabiskan waktu kira kira satu jam dengan kereta kuda. Tentu saja aku tidak mengizinkan ibu yang mengantarnya. Penyakitnya pasti akan kambuh. Belum lagi cuaca yang dingin.
Sepanjang perjalanan fikiranku tidak berhenti memikirkan kata kata ibu. Aku bahkan mulai mencurigai dirinya menyembunyikan sesuatu dariku. Mengapa ia selalu membuatku berusahan mempercayai cerita vampir.
Darimana ia tau ras vampir. Mengkawatirkan putrinya masih bisa kumaklumi. Mengingat hanya aku keluarga yang ia miliki sekarang. Aku bahkan tidak tau siapa ayahku. Dan aku tak pernah bertanya padanya. Setidaknya aku tidak ingin melukai hatinya.Tapi sikap dan tegasnya padaku soal vampir ini menurutku terlalu berlebihan.
"Sudahlah harleen. Mungkin ibu terlalu menyayangimu. Yahh berpikirlah seperti itu" gumamku sendirian. Meyakinkan diriku untuk tidak berfikir negatif kepada ibuku.
Aku tersentak kaget karena sesuatu menggelinding entah dari mana. Seperti bongkahan batu yang cukup besar. Mendadak aku memeberhentikan kereta kudaku. Aku memperhatikan keadaan sekitar. Dan saat itu aku sadar aku berhenti tepat di tepian hutan pinus yang menurut penduduk desa merupakan sarang vampir....
***********
Author POV
Wanita itu sudah tidak bisa menahan dahaganya. Stok blood yang ia bawa dari rumahnya sudah habis ia minum. Ia masih belum puas hanya dengan meminum darah hewan itu. Sudah beberapa hari ini ia puasa dari darah manusia.
Karna perjalanannya yang jauh menuju istana tunangannya. Membuatnya tidak bisa minum darah manusia. Memang wanita itu nemiliki kelemahan tidak bisa mengontrol rasa hausnya akan darah jika dahaganya sudah berlebih.
"Hentikan keretanya jordan" ucapnya dengan nada tinggi.
"Yes my princes. Apakah kau lelah? Istana raja morgan hampir dekat. Dan sebaiknya kita tidak berhenti disini"
"Kau tidak peru menasehatiku jordan. Aku tau ini hutan deathwood. Dan memang aku sengaja berhenti disini"
"Apa maksud mu my princes?. Jangan bilang kau--"
"Ya aku sangat hauss" jawab wanita itu tersenyum dengan satu garis bibirnya yang di angkat keatas. Siapapun yang melihatnya pasti merasa ketakutan karena senyumnya seperti hasrat ingin membunuh.
**********
Alan mencari sosok wanita yang berarti di hidupnya. Ia sudah hampir mengelilingi setengah istana untuk mencari istrinya. Dan ketika ia berhasil menemukan istrinya yang sedang berbicara dengan salah satu pelayan di taman istina, lansung saja ia meleset menghampiri wanita itu dan memeluknya dari belakang
"Tidak bisakah kau sekali saja membuatku tidak terkejut" ucap wanita itu meremas pelan tangan alan yang kini melilit di pinggangnya. Alan tertawa geli mendengar ucapan istrinya. Ia mencium lembut leher jenjang wanita itu, yang membuat wanita itu memejamkan mata menahan geli.
"Aku akan pergi ke luar sebentar. Kau tau dia memberiku tugas seenaknya."
"Hmmm apa kau kesal?. Kita sudah mengenalnya dari kecil alan. Kita tumbuh bersama. Hanya saja dia memang raja kita"
"Yah kau benar. Dan entah sampai kapan sifat kasar dan kerasnya itu akan berubah. Baiklah aku pergi dulu" ucap alan membalikkan badan istrinya menghadap kearahnya. Ciuman hangat ia berikan tepat di bibir istrinya. Wanita yang biasa dipanggil Megani itu tersenyum dengan pipi merahnya
"Well!! Berhati hatilah" ucap megani lembut. Alan membalas dengan anggukan pelan. Alan baru pergi setelah memastikan istrinya juga mengizinkan kepergiannya.
Megani tetap memperhatikan alan hingga suaminya itu benar benar hilang dari pandangannya.Tiba-tiba insting vampir nya aktif. Megani menyeringai memperlihatkan taringnya yang mulai keluar memperhatikan keadaan sekitar.Megani tau betul sesuatu baru saja melintasi daerah sekitar istana. Dan seauatu itu rasanya juga berbahaya. Entahlah!!!!!
xoxo