When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Kening Fayez mengernyit sempurna saat dia tiba di rumah dan mendapati Alif dan istrinya justru masih menunggu di depan rumahnya. “Alif … Syifa, kenapa kalian masih di luar?” Tanya Fayez, Alif langsung menghampirinya. “Gus, saya sudah menelpon ke Bu Nyai untuk mengabari Gus jika Mba Hasna mengunci pintunya, tapi panggilan saya selalu direject, sampai empat kali.” Alif menjelaskan dengan wajah paniknya. “Astaghfirullah … Jadi dari tadi kalian di luar?” Tanya Fayez, Alif langsung mengangguk. “Tadi saya dan istri sudah mencoba mengetuk dengan keras, lewat pintu belakang dan lewat jendela kamar juga, namun Mba Hasna tidak menyahut sama sekali. Saya coba ke rumah Pak Kyai juga beliau kan sedang ke luar kota. Saya coba tanya Mbok Minah di mana rumah sakitnya, Mbok Minah juga tidak tau.” Al