When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Mas aku ke toilet dulu.” Ucap Hasna memilih untuk mundur saat matanya semakin memanas melihat pemandangan di depannya. Namun tujuan Hasna bukan ke toilet, dia menuju ke taman belakang yang di desain seperti taman bermain. “Allahuakbar.” Hasna menghembuskan napasnya panjang, duduk di ayunan yang ada di sana dan menutup wajahnya dengan air matanya yang langsung berjatuhan. Ternyata tetap menyesakkan dan dia tidak mampu mengendalikan hatinya menjerit kesakitan melihat suami yang dia cintai masih mencintai wanita lain. “Allahku … Yang Maha membolak-balikkan hati, palingkanlah hati suamiku hanya kepadaku.” Bisik Hasna dengan tarikan napas yang berat. “Bukankah kamu sudah lihat sendiri, Mba? Bagaimana Umi yang bahagia bersamaku dan tatapan Gus Fayez yang masih mendamba kepadaku.” Ucap