When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Aku berangkat ya, Na. Assalamualaikum.” Ucap Fayez membuat Hasna meraih tangan pria itu dan menciumnya takdzim, pun dengan Fayez yang mengusap lembut khimar Hasna lalu mengecup puncak kepala wanita itu. Rutinitas yang kini biasa mereka lakukan untuk membuat hubungan mereka menjadi lebih baik. Beberapa hal berubah sejak kepulangan Hasna dari rumah sakit, di mana Fayez lebih perhatian padanya, mengambil banyak momen untuk membantu Hasna mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan saling berbagi cerita. Bagi Hasna itu perubahan yang besar dan berharap semakin mereka mengenal lebih jauh, pria itu melupakan Zahra sepenuhnya dan membuka hati untuknya. “Walaikumsalam, Mas. Aku ijin ya, Mas, nanti aku akan berkunjung ke salah satu panti asuhan dengan Mahira.” Ucap Hasna yang mengingat jika Umi Al