“Wirdan....,” seseorang mendesis tajam diseberang sana. “Kau menolongnya! Kau menolongnya!” “Lalu aku harus bagaimana lagi, kak? Mengabaikannya begitu saja? Kau pikir aku ini manusia tak punya hati?” ia mencecar. Tak kalah kalutnya. Kalau ia tak menolong Mira saat itu, apa yang terjadi dengan hidupnya? Rasa bersalah itu masih ada. Bahkan kini sedang menikamnya. Ia kalut dalam perasaannya sendiri. Lembaran-lembaran skripsinya terabaikan. Di-tambah gadis ini giat mengganggunya sejak berhari-hari yang lalu. Ia tahu, apa yang akan dibicarakan Aisyah. Gadis itu akan menghakiminya. “Abaikan dia! Sudah ku bilang berkali-kali!” “Bagaimana bisa aku mengabaikannya?” ia kesal. Ia nyaris mem-banting ponselnya. Nyaris berteriak. Kalau saja ia tak sadar siapa yang sedang dihadapinya, sudah habis ke