Aku masih kesal setengah mati dengan pria bertubuh penuh tato itu. Dia sama sekali tak merasa bersalah setelah melontarkan kalimat tak masuk akal itu. Dengan santai ia tetap melakukan aktivitasnya bergoyang kaki dengan gaya angkuh. "Ambilkan ponselku!" titahnya saat aku selesai merapikan piring bekas makan malamnya. Aku mendengus pelan seraya berjalan ke arah ranjang dan menemukan ponsel Tuan Max tergeletak di sana. "Ini, Tuan," tanganku terulur di hadapannya. "Mana? Kau pikir aku bisa melihatnya!" hardik pria itu kasar. Aki berjengit kaget, memandang tanganku yang terulur sambil menyadari kebodohanku. Kuraih telapak tangan bayi besar itu, lalu meletakkan di atasnya. Tuan Max mendengus samar, sebelum mengarahkan ponsel ke wajahnya dan berbicara dengan bahasa yang tak kumengerti. Tid