Di sebuah ruang temaram duduk lah seorang pria yang mengenakan jubah semerah darah, kepalanya tertunduk dalam diam, hoodie yang ia kenakan sedikitnya menutupi sebagian wajahnya.
“Hormat saya pada Lord Dominic, Gerald sudah memastikan bahwa keadaan telah aman.” Seorang pria berusia duapuluh lima tahun membungkukkan badannya untuk memberi salah hormat.
Pria yang dipanggil sebagai Lord Dominic pun menyeringai tipis.
“Akhirnya setelah sekian lama terkubur di peti mati sialan itu, kini aku bisa bangkit kembali.” Ia berdiri dari duduknya, lalu matanya melirik pada sebuah peti berwarna keemasan yang tergeletak tak jauh dari posisinya.
Ya, selama satu pekan ini ia berhasil membuka netranya dan menghirup udara sekitar. Tentang kebangkitannya memang sudah diramalkan sejak dulu, mungkin saja beberapa makhluk tengah membicarakannya saat ini.
Dominic Archer, ia adalah makhluk berdarah campuran demon dan lucifer. Kebangkitannya kali ini bertujuan untuk merampas haknya yang berada ditangan Evner, Dominic merasa berhak memiliki atas takhta bangsa demon.
“Evner Garfield, sudah seharusnya kau turun dari takhtamu itu.” Bibirnya bergumam dengan pelan.
“Saya mendengar ada pesta umum yang diadakan oleh sebuah pack, saya rasa tempat itu cocok menjadi awal kemunculan Anda.” Yohanes berujar, ia adalah kaki tangan setia Dominic, ia yang berusaha membangkitkan tuannya.
Dominic diam sambil mencerna perkataan orang kepercayaannya itu. Sejak dibangkitkan selama sepekan lalu, Dominic hanya bisa bersembunyi di kastil tua ini, ia tak bisa pergi ke mana pun karena tengah mengumpulkan kembali kekuatannya yang lama terpendam dalam dirinya. Sejak dinyatakan tewas selama sepuluh tahun yang lalu, kekuatan Dominic pun ikut surut.
Baru hari ini ia merasa fisiknya kembali seperti dulu, tepat bersamaan dengan tawaran Yohanes yang memintanya untuk muncul di hadapan publik.
“Pesta macam apa itu? Kau tahu sendiri aku tidak berminat dengan acara tak penting,” balas Dominic. Dari dulu ia memang tidak suka acara-acara semacam itu, baginya hanya akan membuang-buang waktu berharganya.
Tentu saja Yohanes tidak lupa dengan sifat Dominic, ia tahu betul. Namun, kesempatan ini bisa digunakan Dominic untuk menarik perhatian publik dan mengumpulkan pasukan agar menjadi sekutunya.
“Pesta remaja pada umumnya, salah satu anak gadis dari seorang Alpha mengadakan pesta bebas untuk bersenang-senang. Kemunculan Anda di sana akan menjadi pusat perhatian banyak orang, saat itu juga Lord Dominic bisa mendekati para petinggi agar mendapat dukungan dari mereka untuk melawan Lord Evner.”
Posisi Dominic di negeri imortal memang cukup berpengaruh sebelum dirinya tewas dulunya. Dominic termasuk orang yang diperhitungkan keberadaannya, ia adalah sosok yang cukup kuat dan memiliki nama mahsyur. Sayang sekali, ia harus tewas saat pertempuran akibat pengkhianatan yang dilakukan kakeknya dulu.
“Baiklah, aku akan hadir dan membuat gempar seluruh tamu yang datang.”
Sekelebat angin berhembus menerbangkan tudung yang dikenakan Dominic, saat itulah wajah Dominic pun terlihat. Pria itu memiliki garis rahang yang kokoh, mata berwarna emas dan tatapan tajam, fisiknya juga tinggi tegap dan kekar berotot.
Yohanes tersenyum simpul mendengar keputusan Dominic.
“Gerald sudah mempersiapkan tempat yang cocok untuk dijadikan markas kita. Dari sana kita akan mengumpulkan para pendukung Anda, dan tentunya memperkuat kemampuan agar bisa mengalahkan Lord Evner.”
“Kerja yang bagus, aku akan mengambil hakku yang dikuasai oleh Evner.”
Sejak dulu hubungan Dominic dan Evner memang buruk. Selain berebut takhta, keduanya juga memperebutkan juara dan kemampuan dalam berbagai bidang. Mereka sudah lama berperang dingin, meskipun memiliki darah campuran tapi Dominic merasa berhak atas sebagian tanah bangsa demon untuk ia duduki takhtanya.
Sedangkan di tempat lain dalam waktu yang bersamaan, seorang gadis dengan senyuman ceria berjalan mendekati dua temannya yang tengah berkumpul.
“Kalian mengundangku ke sini untuk memberi tahu hal apa?” tanya Emely, ia pun mendudukkan dirinya pada batang pohon yang menjulang ke bawah.
Tiga gadis itu memang sudah sering bertemu di tempat ini jika ada hal-hal yang ingin dibicarakan, katakan lah itu merupakan markas mereka. Letaknya ada di pinggir hutan dan rindang karena ada banyak pepohonan yang menutupi akses masuk sinar matahari. Sedangkan tepat di seberang sana terdapat danau yang memiliki air biru jernih, benar-benar tempat yang cocok untuk dijadikan titik kumpul.
Grace dan Selina saling melirik lalu senyuman lebar pun terbit dari bibir mereka.
“Aku mengadakan pesta bebas untuk kita bersenang-senang, kau pasti suka itu.” Selina berucap, ia juga menjentikkan jarinya dengan cepat.
“Wah, kau serius?” Mata Emely berbinar cerah, ia selalu tertarik dengan pesta karena sifatnya yang hiper aktif dan suka berada di tempat keramaian.
“Tentu saja, aku sudah mendapatkan izin dari ayahku.” balas Selina dengan bangga, dan Grace pun ikut mengangguk sebagai tambahan.
Namun, beberapa detik kemudian ekspresi cerah Emely luntur berganti dengan tatapan suram.
“Kau kenapa?” tanya Grace yang heran dengan perubahan raut wajah temannya.
“Aku sedang memikirkan nasibku yang tak sebebas kalian, mengingat kejadian pesta terakhir kita yang berakhir dengan buruk, kali ini Evner pasti tidak akan mengizinkanku pergi.” Emely yakin bahwa Evner akan melarangnya.
Selina dan Grace menganggukkan kepala paham, di antara mereka bertiga yang sudah menemukan matenya hanya lah Emely seorang, sedangkan keduanya masih lajang.
“Kau kan masih tanggung jawab Alpha Jamien, minta izin saja pada ayahmu, pasti ia akan mengizinkanmu pergi.” Seru Grace.
Apa yang dikatakan Grace memang benar, selama ia belum genap delapan belas tahun maka statusnya masih milik ayahnya, bukan milik Evner. Secercah ide pun muncul diotak cantiknya, ya ia akan meminta izin saja pada ayahnya.
“Ayah tidak bisa menolak keinginan putri cantiknya ini.” Emely tersenyum penuh kemenangan.
Selina dan Grace pun ikut tertawa pelan.
“Nikmati masa mudamu sebelum dipinang oleh matemu,” timpal Selina.
“Benar-benar, aku tidak ingin masa mudaku sia-sia karena peraturan ketat dari Evner. Toh, aku masih punya sisa waktu untuk bebas darinya, akan ku gunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya.” Emely ingin menikmati waktu kebebasannya. Dalam hati ia sudah bertekad, setelah nantinya dirinya resmi diklaim oleh Evner, maka baru lah Emely akan menerima takdirnya.
Harusnya Evner bisa paham dengan pemikiran anak muda sepertinya. Emely hanya meminta sedikit kelonggaran selama beberapa bulan ini.
Pesta akan dilaksanakan dua hari mulai dari sekarang, Selina adalah anak gadis satu-satunya dari pack sebelah. Packnya masuk dalam teritorial kekuasaan Jamien, karena dulunya pria berkemampuan mumpuni itu mengakuisisi Redmoon pack yang kalah dari pertarungan.