Dendam Si Anak Haram

1021 Words
Tepat setelah ia mendengar pertengkaran antara Aksa dan Delpina, keesokan malamnya Aksa datang ke kamar Agrin. "Ada apa?" tanya Agrin datar. Agrin sepertinya mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh Aksa, ia sudah mendengarnya semalam, namun ia masih tak menyangka hal ini terjadi padanya, selama ini mereka bersusah payah menyembunyikan Agrin dari dunia luar, Agrin tak pernah di bawa ke acara manapun, Aksa dan Delpina hanya membawa Elsa dan Elmand, itu sebabnya hampir semua Relasi Bisnis Aksa hanya mengetahui kalau pria itu hanya memiliki dua anak. Aksa tersenyum lalu masuk ke kamar Agrin tanpa permisi. Tentu saja Agrin kaget melihat pria yang bahkan tak pernah mengetuk pintu kamarnya tiba-tiba saja masuk. Sambil melipat kedua tangannya di d**a, Aksa memperhatikan dengan seksama setiap sudut kamar Agrin yang sederhana, ada beberapa buku berserakan di atas ranjangnya. Aksa mengambil salah satu buku yang tergeletak di ranjang dan ternyata itu adalah sebuah n****+ yang berjudul 'Balas Dendam Si Anak Haram' "Kau menghabiskan waktumu hanya untuk membaca buku tak berguna ini," kekeh Aksa membanting buku itu ke lantai. Agrin memasang wajah dingin seakan-akan ia tak sedikit gentar apalagi takut, matanya bahkan tak berkedip, menerima perlakuan kasar seperti ini sudah biasa baginya. "Ada apa Anda kemari?" tanya Agrin tanpa menjawab pertanyaan Aksa. Aksa menyeringai. "Besok kau akan debut untuk pertama kalinya menjadi Putriku di hadapan semua Rekan Bisnisku," Agrin tak menunjukkan raut wajah terkejut dan kaget, tentu saja hal ini mengusik Aksa. "Kau terlihat tenang ya?" tanya Aksa. "Apa tujuan Anda?" tanya Agrin. Aksa kembali tersenyum. Pria itu mendekati putrinya lalu meraba puncak kepala Agrin. "Kau bukan cuma cantik tetapi sangat cerdas," Agrin berusaha menghindar dari sentuhan sang Papa namun dengan cepat Aksa mencengkeram kedua pundak putrinya itu. "Kau terlihat jijik padaku, padahal selama ini aku sudah memberimu kehidupan yang mewah," Agrin memalingkan wajahnya ke samping, rasanya tak sudi bila harus bertatapan dengan ayah kandungnya sendiri. "Katakan saja apa tujuan Anda sebenarnya?" tanya Agrin tanpa melihat wajah lawan bicaranya. "Kau Putriku yang cantik, sudah sepuluh tahun kau tinggal di rumah ini, sekarang sudah waktunya membalas budi atas kebaikan Papamu ini Nak," ujar Aksa menyeringai. "Sudah Saya duga, Anda membawa saya ke rumah Anda karena suatu hari nanti Anda ingin memanfaatkan saya untuk kepentingan pribadi Anda! sejak awal Anda memang bukan orang tua bagi saya," jawab Agrin. Aksa Darmayudha hanya tertawa melihat tatapan tajam anak haramnya itu. "Baguslah kalau kau paham Nak, lagipula bila ada orang yang harus kau salahkan itu adalah Ibumu, dia yang tergila-gila padaku sampai menyerahkan tubuhnya padaku," kekeh Aksa. Agrin mengepalkan kedua tangannya dengan kuat lalu menepiskan lengan Aksa yang masih mencengkeram pundaknya. "Aku tidak mau mengikuti keinginanmu, bukankah kau memiliki Putri yang lebih pantas untuk di sandingkan dengan pria-pria kaya itu," Aksa membulatkan kedua matanya, ternyata Agrin sudah mengetahui niat terselubungnya. "Kau suka menguping ya? tetapi semuanya akan tetap berjalan sesuai rencanaku kalau kau masih ingin hidup, kau akan ku kenalkan dengan beberapa lelaki yang akan menjadi suamimu, besok akan ada seseorang yang membantumu merias diri," ujar Aksa dan langsung melangkahkan kakinya keluar dari kamar Agrin. "Dasar manusia biadab!" umpat Agrin. Agrin menjatuhkan tubuhnya ke ranjang lalu menangis tersedu-sedu. Ia masih belum tahu apa sebenarnya niat Aksa. Pintu kamarnya yang masih terbuka membuat Agrin tak sadar kalau Elsa sudah berada di depan pintu. "Hei anak haram!" panggil Elsa. Mata gadis itu terlihat bengkak dan wajahnya juga sembab. "Apalagi ini?" batin Agrin. Agrin menghapus air matanya lalu berdiri tegap. "Ada apa?" tanyanya. Elsa mendekati Agrin, dan tiba-tiba tangannya melayang ingin menampar wajah Agrin, namun syukurnya Agrin cepat tanggap dan menangkap tangan Elsa. "Lepaskan!" teriak Elsa. Agrin melepaskan tangan Elsa dengan sedikit mendorong hingga Elsa hampir saja terjatuh karena tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya. "Berani sekali kau menyentuhku!" bentak Elsa. "Pergilah dari kamarku, aku tidak punya tenaga untuk menghadapi mu," ujar Agrin. Agrin membalikkan tubuhnya ingin kembali ke ranjangnya namun Elsa berlari kecil dan menjambak rambut Agrin. "Anak haram sialan! Tristan itu milikku, aku sudah menyukainya dari kecil, kau tidak akan bisa mendapatkannya," Aksi jambak menjambak pun tak terhindarkan, Agrin dan Elsa terus saling memukul satu sama lain. "Kak Elsa!" teriak Elmand yang berlari ke arah dua kakaknya itu. Namun Elmand tentu saja membela Elsa, Elmand memukul Agrin hingga gadis itu tersungkur ke lantai. "Berani sekali kau memukul kakakku," bentak Elmand. Agrin yang merasakan sakit pada wajahnya memegang pipi kanannya yang dipukul oleh Elmand. "Elsa yang memulainya lebih dulu," ujar Agrin menatap sinis ke arah Elmand. Karena suara keributan terdengar, Bi Lina yang baru saja mengantar segelas air putih pada Delpina yang sedang terbaring di kamar karena sakit kepala melihat pertengkaran itu langsung memanggil Aksa. Tak butuh waktu lama, Aksa datang dan menatap tajam ke arah ketiga anaknya. "Apa yang kalian lakukan?" teriak Aksa. Aksa melihat Agrin yang tersungkur di lantai, pipi gadis itu terlihat memar. Elsa menutup mulutnya sedangkan Elmand yang gugup terus menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil meremas jemarinya. Aksa mendekati Agrin lalu mengangkat tubuh Putrinya itu. "Siapa yang melakukan ini?" tunjuk Aksa pada luka memar di wajah Agrin. Tanpa menunggu lama, Elsa langsung menunjuk Elmand. "El-mand yang melakukannya Pa," jawab Elsa panik. Elmand melotot ke arah Elsa "Kakak! aku melakukannya kan karena dirimu," ujar Elmand. Namun Aksa langsung memukul wajah Elmand dengan keras, sama seperti yang di lakukan Elmand pada Agrin. Lukanya bahkan sama-sama tepat berada di pipi sebelah kiri. Elsa yang melihat shock sampai tubuhnya bergetar, sedangkan Elmand sudah tersungkur ke lantai. Agrin yang tak kalah kaget pun sampai menutup mulutnya, ini adalah pertama kalinya ia di bela oleh Aksa, selama ini apapun yang terjadi pada Agrin, Aksa akan selalu berpura-pura tak melihat. "A-apa yang Papa lakukan?" ucap Elmand sembari memegangi pipinya. "Anak kurang ajar! berani-beraninya kau menyentuh wajah gadis yang akan ku kenalkan pada Relasi Bisnisku!" umpat Aksa menatap tajam ke arah Elmand. Elsa yang panik berlari keluar hendak memanggil sang Mama. "Jadi itu alasannya," ucap Agrin dalam hatinya. Padahal sekilas ia berharap kalau Aksa melakukan itu karena sudah mulai peduli padanya. "Aku tidak apa-apa, sebaiknya kalian keluar, aku ingin istirahat," ujar Agrin. Aksa mendekati Agrin yang masih berada di posisinya lalu meraba pipi Agrin. "Besok malam luka ini jangan sampai terlihat," ujar Aksa yang langsung menarik lengan Elmand agar keluar dari kamar Agrin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD