BAB 2 || PERNIKAHAN

1389 Words
Seminggu berlalu setelah Jonathan mengatakan Tabitha akan menikah hari ini. Semenjak Tabitha mulai mencari tau latar belakang calon suaminya. Semenjak itu pula tak ada kabar dari Arthur. Dia pikir pernikahannya akan batal namun khayalannya hanya sebatas menjadi hayalan. Karena ternyata setelah seminggu menghilang, pernikahan ini tetap diadakan oleh pihak Arthur. Alhasil Tabitha pun hanya bisa menurut dan memikirkan masalah sekolahnya. Pernikahan akan diadakan jam 10 pagi, dan sekarang masih pukul 08.36 itu artinya dia masih bisa kabur. Tapi jika dia kabur akankah orang tuanya selamat? Akhirnya ia pun menuruti permainan Arthur. Pukul 09.45 WIB. Rombongan mempelai pria sudah datang dengan menggunakan berbagai super car, entahlah Tabitha merasa akan di nikahi oleh pangeran Inggris jika melihat rombongan Arthur. Arthur keluar dari mobil mewahnya, dan langsung memasuki rumah keluarga Smith. “Dimana calon istriku? Dia tidak kabur kan?" tanya Arthur dingin. "Dia ada di kamarnya bersama istriku." "Bagus kalau begitu," ucap Arthur Arthur sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mendekati Jonathan. “Dengar Mr. Smith, saya sudah mengerahkan seluruh pasukan saya untuk mengepung rumahmu. Jadi jika Tata kabur akan ku pastikan pasukan ku memporak-porandakan tempat ini!" ancam Arthur. Mendengar itu Jonathan menelan salivanya kasar. “Ku jamin itu tak akan terjadi Arthur," yakin Jonathan. *** Lima belas menit yang lalu ia telah resmi menyandang nama De Lavega. Dia menangisi hidupnya yang begitu tragis karena harus melepas masa muda nya dan menikah dengan pria yang umurnya jauh dengannya. Setelah mengucap janji suci ia segera memasuki kamarnya. Gadis itu menangis di dalam kamar. Tapi nasi sudah menjadi bubur ia tak bisa mengelak lagi sekarang, ia hanya bisa menuruti permainan dari pria yang telah menikahinya. Namun, ia tetap akan berusaha agar tak dijadikan pelampiasan semata oleh Arthur. Jadi dia harus berani pada suaminya itu. Di tengah lamunannya seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia pun menghapus air matanya. “Ta, ini mommy buka pintu nya nak." "Iya, mom tunggu sebentar," ujarnya beranjak dan membuka pintu lalu duduk kembali ke ranjangnya. "Mom tau kau pasti sedih dengan apa yang terjadi. Tapi mungkin ini sudah jalan takdir. Kamu harus ikhlas menerimanya Ta,” ujar Renata. "Aku sudah menerima semua yang seharusnya aku terima Mom." "Baiklah Ta, ayo kita turun semua orang sudah menunggu mu di bawah." "Iya." Mereka pun akhirnya turun, Tabitha terus menggenggam erat tangan mommy nya. Renata hanya mampu memberikan senyum tipis di bibirnya untuk putrinya agar sang putri kuat menerima semua yang terjadi. Akhirnya mereka pun berjalan di Altar pernikahan dan berakhir mendudukkan Tabitha ke pelaminan yang tentu saja sudah ada Arthur di sana. Tabitha melihat ke arah kanannya yang tepat ada Arthur di sana. Dia melihatnya tatapan dingin yang dipancarkan Arthur, rahangnya yang tegas dan matanya yang tajam menatap ke arah depan melihat seseorang dari kejauhan yang ingin mendekatinya. Tata yang kebingungan pun hanya bisa menuruti kemana arah tatapan Arthur. Dia melihat seorang pria bersetelan jas mahal seperti Arthur berdiri hendak ke arahnya dan Arthur. Dan benar saja dia mendekati mereka, bahkan sekarang pria itu tepat di depan Arthur. Arthur hanya menatapnya entahlah tatapannya berbeda. Seperti ada aura kebencian yang dipancarkan Arthur. “Mr. De Lavega, saya turut bahagia dengan pernikahan anda, saya harap anda akan bahagia dengan istri kecil anda," ucapnya sambil melirik ke arah Tabitha. Tabitha yang merasa diperhatikan pun akhirnya bersembunyi dibalik punggung Arthur. “Maafkan aku Mr. Ford tapi kurasa istriku takut padamu," ucap Arthur dingin. "Baiklah maafkan aku Ms. De Lavega jika aku mengganggu mu, baiklah Arthur kalau begitu saya pergi dulu. Dan jangan lupa masalah kita di Macau," ucapnya berlalu. Tabitha yang merasa aman pun akhirnya kembali ke posisi semulanya. “Siapa pria itu? "Dia hanya pembisnis yang kurang sukses yang berani melawan ku," ucap Arthur angkuh. Tabitha hanya ber'oh' saja. *** Pukul 20.00 WIB Tabitha sudah mengganti pakaiannya dengan yang lebih simpel namun tetap elegan. Sedangkan Arthur hanya memakai kaos abu-abu dipadukan dengan jeans hitamnya. Mereka hendak pergi dari kediaman Smith untuk pulang ke mansion Arthur. "Mom, Tata pergi dulu," "Mom dan Dad pasti akan merindukan mu Ta." "Tentu saja aku juga mom." "Seringlah tengok kami yah, jangan lupakan kami," ucap Renata. Di tengah suasana itu Jonathan menarik tangan Arthur dan membawanya keluar rumah. “Arthur, kau sekarang adalah menantu ku, ku mohon padamu jagalah putri ku dengan baik, aku sebenarnya belum rela melepaskannya. Tapi aku percaya kau bisa menjaganya." "Bisakah aku memanggil mu Dad?" tanya Arthur. "Sure, you can call me dad, because from now you my son." "Oke, Dad, kau tenang saja, aku pasti akan menjaga Tata dengan baik, tapi kurasa nanti aku akan melanjutkan sekolah Tata di New York karena rumahku ada di sana." "Hmm, baiklah itu terserah padamu Arthur, tapi kau harus tetap menjamin Tata akan tetap sekolah." "Tentu." Setelah itu Renata dan Tabitha keluar dengan membawa koper Tabitha. Arthur pun mengambil tangan Tabitha dan menggenggamnya erat. Setelah itu mereka berpamitan Arthur pun membukakan pintu mobilnya dan memutari mobilnya kemudian menjalankan mobil tersebut. Tak ada yang bicara selama perjalanan ke mansion bahkan setelah mereka sampai Tabitha tetap diam. Setelah mereka memasuki mansion itu Tabitha pun hanya diam. "Om?" Arthur yang mendengar dirinya dipanggil 'om' pun mengkerutkan dahinya. "Om? Kamu panggil saya Om? " "Iya, kan om lebih tua dari Tata." "Ya sudah terserah," ucapnya "Om? Kamar om dimana?" tanya Tata antusias. "Kenapa kamu nggak sabar?" Tanya jahil Arthur. Mendengar itu pun Tabitha hanya diam dan berusaha menyembunyikan semburat merah di pipinya. “Eh, enggak maksud Tata cuma nanya doang" "Baru digituin aja sudah blushing apa lagi di apa-apain. Ya sudah, kamar saya ada di atas lantai 3 terus belok kiri di situ ada kamar yang pintunya warna hitam," ucap Arthur. Mendengar itu Tabitha langsung berlari ke arah tangga dan menaikinya sampai ke lantai tiga. Dia mencari pintu warna hitam dan akhirnya berhasil menemukannya. Dia langsung memegang knop pintunya lalu memutarnya. Berhasil, kamar itu terbuka Tabitha langsung merebahkan dirinya di kasur itu. Di saat dia sedang asik merebah, tiba-tiba dia merasa sedang diperhatikan oleh seseorang, ia pun melihat ke arah pintu dan melihat Arthur tengah berdiri dan memasukkan tangan kirinya ke kantong celana jeans nya dia mengeluarkan smirknya serta menggeleng-gelengkan kepalanya. Tabitha pun berlari dan merentangkan kedua tangan nya di pintu tepat di hadapan Arthur. "Om, karena Tata sudah jadi istrinya om. So, Tata mau supaya kamar ini jadi milik Tata, dan Om nggak boleh sekamar sama Tata," ucap Tabitha berani. "Kenapa? Kan kamu istri saya, sah-sah aja kan kalau saya sekamar sama kamu?" ucapnya. "Eits, nggak bisa gitu dong. Pokoknya Tata mau supaya om tidur terpisah sama Tata titik," ucapnya sambil menutup pintu kamar tersebut. "Untung sayang," batin Arthur. *** Keesokan harinya Tabitha bersiap untuk turun mencari makanan namun tiba- tiba ada seseorang yang menekan bel berkali-kali. "Itu siapa sih? Pagi-pagi udah bertamu nggak sopan banget!" kesal Tabitha. Ia pun secepat kilat menghampiri pintu dan membukanya. Setelah Tabitha membuka pintu tersebut muncullah seorang pria yang nampak sama seperti Arthur. Ia pun mempersilakan pria itu untuk masuk. "Kamu siapa?" tanyanya. "Tata," ucap Tabitha singkat. "Kamu pelayan barukah?" "Bukan." "Anaknya madam Rose?" "Madam Rose? Siapa lagi itu," ucap Tabitha sambil mengerutkan dahinya. "Astaga jangan bilang kamu jalang barunya Arthur!" teriaknya. "Apa? Aku bukan__" ucapnya terhenti. "Oke, dimana Arthur?" "Dia di ruang kerjanya," ujar Tabitha. Setelah itu pria itu langsung berjalan ke arah tangga dan memasuki ruang kerja Arthur. Arthur yang sedang bekerja pun hampir terkejut karena pria itu dengan keras membuka pintu ruangannya. "Boss!" sentaknya. "Apa?" ucap Arthur tanpa melihat pria itu. "Kau gila?" "Hm," balas Arthur. "Bos, dengar aku kemarin mendengar kabar bahwa kau telah menikah oleh karena itu aku ke sini, untuk melihat kakak iparku." "Hm." "Tapi saat aku datang, aku disambut gadis kecil dengan menggunakan tanktop plus hotpants di depan wajah ku." "Siapa dia boss? Jangan bilang dia jalangmu!" kesal Brian lagi. "Arthur bisa kah kau menjawab ku? Baiklah, jika dia memang jalang mu, kenapa kau memilih gadis kecil seperti itu. Aku bisa memberikan jalang yang luar biasa untukmu. Tak perlu kau korbankan gadis kecil sepertinya, yah walaupun harus ku akui dia cukup membuat gejolak ku tumbuh, tapi yah tetap saja dia anak kecil bos!" "Boss bisakah kau menjawab semua pertanyaan ku?" "Pertanyaan yang mana?" ujar Arthur tanpa dosa yang sukses membuat pria itu mengelus dadanya. "Bos__" "Dia istriku! Dan kau tau kau baru saja membicarakan istri bos mu sendiri Brian," balas Arthur. "Oh istri. Syukurlah ku kira dia jalangmu__" 1 detik 2 detik 3 detik "Apa?!" ***** TO BE CONTINUE ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD