BAB 1 || PERTEMUAN

1417 Words
BAB 1: PERTEMUAN "Maafkan saya tuan, tapi saya janji akan melunasi hutang saya pada anda. Berikan saya waktu agar saya bisa mengumpulkan uang itu terlebih dahulu." "Perkataan itu sudah ku dengar sejak dua minggu yang lalu Mr. Smith," ujarnya dingin dan terdengar angkuh. "Tapi kali ini saya berjanji untuk melunasinya Mr. De Lavega." Di tengah perdebatan itu muncul seorang gadis muda dari ambang pintu menatap dingin kepada daddy-nya. BRAKK!! "Hai Dad, ini ku bawakan makan siang dari Mom, dia berkata bahwa daddy harus menghabiskannya,” ucap sang gadis. Setelah mengucapkan itu dia tanpa menoleh sedikit pun pada tamu daddynya langsung duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut serta mengangkat satu kakinya. "Tabitha, Sopan sedikit! Disini ada tamu Daddy!" peringat sang ayah. "Dad, aku hanya duduk disini, apa salahnya?" ujarnya. "Mrs.Smith sudah berapa kali kukatakan jangan pernah memakai baju yang kurang bahan seperti itu! Kenapa kau tak pernah mau mendengarkan Daddy?,” cap sang ayah. "Ini trend Dad, mana mungkin aku hanya memakai baju yang seharusnya dipakai 10 tahun yang lalu,” ujar Tabitha. "Pulanglah, kepalaku pusing jika kau berada disini," pinta sang ayah. "Okey lagi pula aku akan ke mall siang ini, baiklah aku pergi jangan lupa kirimkan aku uang ya Dad, aku ingin refreshing hari ini. Bye, love you Dad," ucap Tabitha berlalu pergi dan mencium pipi kanan daddynya. Setelah kepergian Tabitha keadaan bertambah hening, ditambah tatapan dari Arthur yang seperti singa yang hendak memangsa buruannya. "Dia putri mu?" tanya Arthur. "Iya, dia putri semata wayang ku, kau tau dia selalu menghabiskan uangku untuk berbelanja dan pergi ke salon. Tapi aku tetap menyayanginya" "Ekhm!" Arthur membenahi duduknya dan lebih mendekati Jonathan. "Begini tuan Jonathan, saya pikir saya berubah pikiran, saya akan berikan dua opsi untuk anda, yang pertama saya akan menunggu anda melunasi hutang anda sekarang juga atau opsi kedua adalah saya akan melupakan hutang anda jika anda menyerahkan putri anda agar diurus oleh saya!" tegasnya. "Diurus? Maksud anda diangkat menjadi putri anda begitu?" Tanya Jonathan. "Tentu saja bukan, maksudku adalah aku akan menikahinya." Mendengar itu Jonathan hanya diam dia tak berani menatap manik mata Arthur disisi lain dia ingin lepas dari orang seperti Arthur sedangkan jika dia memilih opsi yang kedua maka dia harus rela menyerahkan putrinya kepada Arthur. "Tolong Arthur, Tabitha masih sekolah dia baru berusia 18 tahun, bahkan dia masih takut jika ada petir yang bergemuruh, bagaimana bisa dia menikah di usianya yang masih dibilang muda?" ujar sang ayah. "Saya akan tetap membiarkannya untuk sekolah, dan masalah finansial saya jamin putri anda tak akan kekurangan. Jadi saya pikir anda memang sudah tidak memiliki pilihan lain kecuali memilih opsi kedua Mr.Smith,” ujar Arthur dingin. "Jika memang itu terjadi berapa banyak waktu untuk saya bicara pada Tabitha tentang perjodohan ini, dan kapan pernikahannya digelar?" "Satu minggu, hanya 7 hari anda memiliki waktu untuk bersama dengan putri anda, karena setelah itu saya akan membawa putri anda ke mansion saya." "Baiklah Arthur, aku setuju. Tapi kau harus menjamin bahwa Tabitha akan tetap lulus SMA." "Itu mudah, lagi pula putri anda akan lulus 4 bulan lagi bukan?" "Iya, kau benar." "Baiklah Mr. Smith kurasa semua pembicaraan ini sudah selesai, pengacara ku akan mengirimkan surat perjanjian yang isinya kesepakatan bahwa anda tak bisa membayar hutang anda dan menggantinya dengan putri anda. Saya permisi." Ucap nya berlalu. Setelah pembicaraan selesai Arthur melenggang dengan angkuhnya dan menghilang dibalik pintu. "Bagaimana caranya aku mengatakan pada Tata masalah ini?" lirih Jonathan. *** Jonathan pulang ke rumahnya dan duduk di sofa ruang tamu, lalu datanglah Renata, istrinya. "Jo, ada apa? Mengapa kau terlihat khawatir seperti itu? Ceritakan padaku!" "Ren, kuharap setelah kau mendengar kabar ini kau akan siap, dan mau menerimanya." "Kabar apa?" tanya Renata. "Kau tau Arthur De Lavega?" "Tentu, siapa yang tidak mengenal CEO muda itu" ucap Renata bersemangat. "Aku berhutang padanya, dan tadi siang dia datang untuk menagih hutang ku. Namun aku tak memiliki uang untuk membayarnya. Di saat perdebatan kami Tata datang, dia berlaku tidak sopan setelah itu dia pergi." "Hanya itu? Jo masalah itu tak perlu sekhawatir begini. Kecuali Arthur meminta untuk menikahi anak kita,” ucap Renata sambil tertawa dan hendak pergi. "Memang itulah yang terjadi Ren." lirih Jonathan. Renata yang tadi berdiri langsung menatap ke arah suaminya dan mencerna dengan baik setiap kata yang dia dengar. "APA!!!" Setelah berucap itu Renata lunglai dan terduduk di sofa. "Bagaimana nasib putri ku jika harus menikah di usianya yang masih remaja, Jo bagaimana ini bisa terjadi? Katakan padaku!" sentak Renata. "Aku juga tak tau tiba-tiba Arthur meminta agar dia menikahi Tata, aku bingung dan akhirnya aku menerimanya. Jadi kita harus membicarakan ini bersama dengan Tata," final Jonathan. "Ya Tuhan, bagaimana caranya__" lirih Renata dan sudah tak bisa lagi membendung tangisnya. Di tengah itu tiba- tiba Tabitha datang, dia membawa belanjaannya, dan kemudian duduk di hadapan orang tuanya. Dia bingung mengapa orang tuanya terlihat begitu kacau, akhirnya ia pun membuka suara. "Mom, Dad ada apa?" Hening tak ada jawaban dari kedua orang tuanya hanya ada isakan dari Renata. Renata pun berjalan menghampiri putrinya dan memeluknya. "Tata, maafkan kami bukan maksud kami mengorbankan mu, Daddy mu tak punya pilihan lain," lirih Renata. "Korban? Memangnya ada apa Dad?" "Ta, kamu akan menikah satu minggu lagi," ujar Jonathan. "Apa!! Tapi siapa, maksudku bagaimana bisa aku menikah. Bahkan aku masih sekolah Daddy. Siapa orang gila yang berani melamar ku? Akan kubunuh dia," sentak Tata. "Kau ingat pria yang ada di ruangan Daddy tadi siang?" "Ya tentu pria dengan muka datar itu? Aku bahkan sudah merasa malas melihatnya." "Dia yang akan menikahi mu minggu depan" "Double s**t! Apa-apaan ini Dad?" "Dad berhutang padanya Ta, dan Daddy tak bisa membayar hutang Daddy, kemudian dia meminta agar kau menjadi gantinya." "Tapi, kenapa harus aku?" "Mom mohon Ta, lakukan ini demi kami. Kami mengerti bagaimana keadaanmu, tapi kami juga bingung dan tertekan jika terus begini,” ucap Renata. "Baiklah Mom, aku akan menikah dengan pria sialan itu," ucap Tata. "Terimakasih nak," ujar Renata dan memeluk sayang putrinya. "Pria itu ingin menikahi ku? Baiklah kita lihat apakah dia bertahan dengan sikapku? Dan jika tidak ku jamin belum setahun pernikahan dia akan menceraikan ku. Dan aku pasti akan bebas, baiklah tuan muka datar kita lihat saja apa yang akan terjadi ke depan," batin Tabitha. *** Setelah Jonathan mengatakan hal yang ingin disampaikannya pada putrinya. Tabitha pun memasuki kamarnya dan mengunci diri. Namun dia berusaha mengingat wajah dari pria itu lebih jelas. Dia seperti sering melihatnya dimajalah bisnis. "Siapa Pria itu? Aku harus mencari taunya!" tekad Tata. Ia pun turun menemui Daddy nya. “Dad, siapa nama pria itu?" tanya Tabitha. "Dia Arthur De Lavega." "Oke, bisakah Daddy menghubunginya dan memintanya bertemu denganku?" "Tabitha, jangan kau mencoba untuk melakukan hal bodoh pada calon suamimu itu." "Iya, jika aku tidak khilaf," ucapnya setengah dalam batinnya. "Tabitha, jangan menyembunyikan sesuatu pada Daddy mu ini!" ancam Jonathan. "Iya Dad, cepat hubungi dia," pinta Tabitha. Akhirnya Jonathan menghubungi Arthur. "Halo Arthur, kau sedang sibuk atau tidak?" tanya Jonathan. "Memangnya ada masalah apa Mr. Smith?" Tanya seseorang di seberang sana. "Ekhm! Begini jadi putri ku ingin bertemu terlebih dahulu denganmu. Itu pun jika kau tak sibuk." "Sayang sekali saya sedang di New York sekarang untuk mengurus beberapa perusahaan disini, jadi mungkin saya akan kembali lebih lama ke Indonesia." "Begitukah? Baiklah Arthur maafkan aku jika mengganggu mu." "Tak apa Mr. Smith lagi pula saya merasa tak terganggu hanya saja saya tak bisa pulang sekarang, katakan saja pada Tabitha agar menunggu ku di Altar pernikahan." "Baiklah Arthur kalau begitu." "Baiklah aku tutup." Setelah menutup teleponnya dengan Arthur. Jonathan pun menatap manik mata putrinya. “Dia tak bisa menemui mu sekarang Ta, Dia bilang dia ada urusan Di New York. Jadi dia hanya berpesan bahwa akan menemui mu di Altar pernikahan," ujar Jonathan. "Dasar sombong, angkuh, dingin. Ah entahlah aku membencinya," ucap Tabitha dan berlalu memasuki kamarnya lalu merebahkan tubuhnya yang lelah. "Aku harus mencari tau tentang Arthur terlebih dahulu, tapi dari mana?" "Ya ampun, aku bodoh sekali mengapa aku tak mencarinya di Internet saja." Ia pun membuka handphone nya dan mengetikkan nama Arthur De Lavega. Setelah sepersekian detik muncul profil dan biodata Arthur. Yang sukses membuat mata Tata melotot seketika. “Jadi gue bakal nikah sama om-om yang jadi CEO dari perusahaan terbesar di dunia De Lavega Group. Ini mimpikah? Dan dia p*****l kah?" Tabitha mengacak-acak rambutnya frustrasi dan memikirkan apa yang terjadi seminggu ke depan. Membayangkan namanya berubah menjadi Tabitha Valerie De Lavega saja sudah membuatnya merinding. Bagaimana tidak, penyandang nama De Lavega adalah orang-orang terberuntung karena dilimpahi kemewahan di mana-mana. Dan dirinya adalah salah satunya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD