Aku punya bakat katanya? Haruskah aku tersenyum kearahnya dan mengganti ekspresi wajahku sedemikian rupa untuk kemudian berkata ‘oh ya kau benar juga’ ini jelas tidak semudah itu. ini jelas tidak sesederhana itu. aku merasa bahwa diriku selalu berada diatas dan selalu melampaui yang terhebat, ketika aku mendapatkan sebuah perkataan bahwa hasil karyaku tidak mengena, atau kosong. Aku selalu mengira-ngira apa yang kosong dari setiap goresan yang aku gambarkan. Apa yang kurang dari itu semua sehingga aku tidak dapat merasakan apapun. pada akhirnya aku mengeluarkan apa yang memang aku rasakan didalam diriku. Memasang ekspresi kesal lantaran mendengarnya mencoba untuk menghiburku lebih seperti pada sebuah bualan semata. Tapi aku tidak mengira bahwa mata gelap miliknya justru menatap diriku deng