Chapter 5

1401 Words
Pukul: 17. 00.          Alana baru saja sadar dari pingsannya dan sekarang dirinya sedang duduk bersandar di tempat tidurnya dengan Ello yang duduk di tepian ranjang tepat di sampingnya. "Kau harus makan, dari pagi kan kau belum makan." ucap Ello lembut sambil memberikan sendok makan yang sudah terisi makanan ke mulut Alana. Alana hanya diam saja tidak menjawab uapan Ello, tapi ia membuka mulutnya untuk menerima suapan pria itu. Ello tersenyum lembut. Setidaknya Alana tidak menolaknya untuk kali ini. "Maafkan aku." ucap Ello sambil tetap menyuapi Alana. Kali ini Alana tidak membuka mulutnya dan menatap mata pria itu lekat-lekat. Ello menarik nafasnya panjang, lalu menarik sendoknya dan meletakkan mangkuk tersebut ke atas nakas. "Kau ingin apa?" tanya Ello lembut. "Tolong biarkan aku sendiri." balas Alana tanpa menatap Ello. "Baiklah, tapi jangan melakukan hal yang berbahaya." ucap Ello menyetujui permintaan Alana.        Ello mencium kening Alana dengan lembut lalu ia keluar kamar sambil membawa nampan makanan Alana. Ia akan menghargai keinginan Istrinya yang tidak ingin di ganggu. Mungkin wanita itu memang butuh waktu untuk sendiri sekarang ini. Sesampainya di dapur, Ellolangsung mendudukkan dirinya di kursi meja makan dengan lemas. Ia menumpuhkan kepalanya di atas kedua tangannya. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Ello pada dirinya sendiri. "Aku harus minta maaf sampai Alana mau memaafkanku. Aku tidak bisa berdiam saja seperti ini" ucap Ello lalu mengacak rambutnya dengan frustrasi.                                                                                                  ***   Pukul: 18. 00           Setelah dirasa cukup lama membiarkan Alana sendirian, kini Ello mulai memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Ello bisa melihat jika Alana sedang berdiri memunggunginya di balkon kamar dengan baju tipis yang sama seperti tadi. Ello mendekat lalu memeluk wanita itu dengan tiba-tiba, ia bisa merasakan jika tubuh Alana sedikit terkejut saat ia memeluknya. Alana merasakan jika pundak kirinya terasa berat dan ternyata ada kepala Ello yang sedang bersandar di sana. "Di sini sangat dingin, nanti kau bisa sakit." ucap Ello pelan. Alana tidak membalas ucapan Ello, melainkan lebih memilih untuk mengusap tangan pria itu yang sedang melingkar di perutnya, dan tangan yang satunya membelai wajah Suaminya itu yang sedang berada di pundaknya. Ello tersenyum dengan tindakan Alana kepadanya. Ia rindu sentuhan lembut seperti ini dari tangan Istrinya. "Apa kau sudah memaafkanku?" tanya Ello. Alana masih bungkam dengan kegiatan yang sama, yaitu mengelus Ello. Seakan masih ingin menikmati keadaan mereka sekarang ini. "Sayang, apa kau memaafkanku?" tanya Ello sekali lagi untuk memastikan jika Alana sudah tidak marah kepadanya. Alana melepaskan tangannya, lalu membalikkan badannya dengan cepat dan membalas pelukan hangat Suaminya. Ia memeluk tubuh Ello dengan erat. "Seharusnya aku yang minta maaf karena sudah bicara kasar padamu tadi. Aku sungguh menyesal." ucap Alana di dalam dekapan Ello. Ello mengelus punggung Alana dengan lembut, agar menambahkan kehangatan untuk tubuh Alana. "Kau sedang hamil dan emosimu menjadi tidak stabil. Aku memaklumi semua itu dan aku juga ingin minta maaf karena sempat membentakmu tadi, padahal seharusnya aku tidak perlu membentakmu." balas Ello dengan nada lembut yang khas sekali dari dirinya. Ello bisa merasakan jika Alana sedang terisak di pelukannya. Ia menunduk untuk melihat wajah wanita itu yang ternyata memang sedang menangis. "Hei, jangan menangis sayang." ucap Ello lembut sambil mengusap kepala Istrinya untuk menenangkan. "Maaf." lirih Alana sambil mendongakkan kepalanya. "Tidak apa-apa, aku tidak marah." balas Ello sambil tersenyum menenangkan. Alana kembali menenggelamkan kepalanya di d**a Ello. Ia sangat merindukan prianya ini dan dirinya ingin segera bermanja-manja lagi pada Suaminya. "Tapi janji jangan bicara tentang perpisahan lagi. Aku tidak suka." ucap Ello dengan tangannya yang masih mengusap rambut Alana. "Aku juga tidak serius mengatakannya. Tidak mungkin aku mau pisah denganmu." balas Alana. "Syukurlah kalau begitu." ucap Ello. Setidaknya kekhawatirannya atas perkataan Alana tidak akan terjadi, memikirkannya saja sudah membuat Ello menderita.                                                                                                   ***   "El." panggil Alana pada Ello yang sedang berbaring di sampingnya. "Apa?" tanya Ello lalu memiringkan tubuhnya untuk menghadap Alana. Alana juga memiringkan tubuhnya lalu memeluk pinggang Ello dengan erat. Ia menatap wajah tampan Suaminya yang saat ini sedang menunduk menatapnya. "Kau menginginkan sesuatu?" tanya Ello sambil mendekatkan wajahnya. Alana tersenyum lalu mengecup bibir Ello sekilas. Suaminya ini memang selalu tahu jika dirinya sedang menginginkan sesuatu. "Bagaimana mengatakan-nya ya." gumam Alana yang masih bisa didengar oleh Ello karena posisi mereka yang sangat dekat. "Kau ingin apa? Katakan saja." ucap Ello. "Kau yakin mau menurutinya?" tanya Alana. Ello tersenyum sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan. Pria itu pikir mungkin tidak akan jauh berbeda dengan permintaan Alana seperti biasanya. "Tentu saja. Jadi apa yang kau inginkan?" tanya Ello sambil mengelus kepala Istrinya dengan sayang. "Aku ingin sebuah ciuman panas darimu." jawab Alana. "Apa?" Ello membulatkan matanya, terkejut dengan permintaan Alana kali ini. "Sudahku duga kau pasti tidak akan maphmmhp-" Ello langsung membungkam mulut Alana dengan ciuman yang diinginkan oleh wanita itu. Untuk kali ini Ello tidak akan membuat wanita itu kembali kecewa pada dirinya. Ello menahan tengkuk Alana sambil terus melumat bibir wanita itu dengan bernafsu, sedangkan Alana membuka mulutnya sedikit untuk memberikan akses supaya ciuman pria itu semakin dalam. Ello mengubah posisinya menjadi di atas Alana, dengan satu tangan menahan tubuhnya supaya tidak menindihi Istrinya, dan tangan satunya masih menekan tengkuk wanita itu. Ciuman Ello tanpa sadar berpindah menjadi menciumi leher Alana. Sudah lumayan lama mereka tidak melakukan hal semacam ini, karena Alana sedang hamil muda dan itu alasannya Ello tidak mau melakukan hal-hal yang dapat mengundang sisi liar dalam dirinya. Ello kembali meraup bibir Alana dengan rakus dan hal itu membuat Alana sangat kewalahan untuk membalas ciuman Suaminya.          Semakin lama melakukan ciuman itu sampai-sampai Alana kehabisan nafas, tapi Ello masih terus asyik dengan kegiatannya dan terlihat enggan untuk berhenti. Alana menepuk d**a bidang Ello beberapa kali dengan sedikit mendorongnya untuk memberi isyarat supaya pria itu berhenti. Ello yang mengerti maksud dari Alana pun langsung melepaskan ciumannya dengan nafas yang memburu, sama seperti Alana yang juga tengah mengatur nafasnya. "Terlalu menikmatinya, Tuan Mario?" tanya Alana menggoda Ello. "Sudah puas?. Kau membuatku hampir kehilangan kendali." ucap Ello. "Kalau begitu lanjutkan saja, aku tidak keberatan sama sekali." balas Alana sambil melingkarkan tangannya di leher pria itu yang masih berada di atasnya. "Aku tidak mau terjadi hal yang lebih jauh dan akan membahayakan bayi kita di dalam sana." ucap Ello. "Tidak akan terjadi apa-apa, lagi pula risikonya sangat sedikit." balas Alana. "Meskipun itu memiliki risiko yang sedikit tapi aku tetap tidak akan mau terjadi apa-apa dengan bayi kita, kau mengertikan dengan maksudku yang tidak ingin dirimu dan juga bayi kita dalam bahaya?" jelas Ello selembut mungkin. "Aku mengerti dan aku juga tidak mau egois untuk kepentingan kita berdua saja, apalagi jika hal itu akan membahayakan anak kita." balas Alana yang mampu membuat Ello tersenyum senang, akhirnya Istrinya ini bisa mengerti. Ello memberikan kecupan penutup sebelum dirinya kembali berbaring di samping wanita itu. "Sekarang tidurlah. Kau harus banyak istirahat." ucap Ello sambil menarik Alana mendekat, lalu memeluknya dengan possessive. Alana juga ikut merapatkan tubuhnya sambil menghirup dalam-dalam aroma khas dari tubuh Suaminya. "Nyanyikan aku sebuah lagu." pinta Alana. "Lagu apa?" tanya Ello. "Terserah, yang penting kau harus menyayikan-nya dengan baik." balas Alana. Ello tampak berpikir lagu apa yang akan ia nyanyikan untuk Istrinya. Sedangkan Alana masih setia menunggu pria itu untuk membuka suara merdunya saat bernyanyi. Ello menepuk-nepuk punggung Alana dengan pelan, sebelum dirinya memulai bernyanyi "What would I do without your smart mouth Drawing me in, and you kicking me out Got my head spinning, no kidding, I can't pin you down What's going on in that beautiful mind I'm on your magical mystery ride And I'm so dizzy, don't know what hit me, but I'll be alright My head's under water But I'm breathing fine You're crazy and I'm out of my mind Cause all of me Loves all of you Love your curves and all your edges All your perfect imperfections Give your all to me I'll give my all to you You're my end and my beginning Even when I lose I'm winning Cause I give you all, all of me And you give me all, all of you." Ello mengakhiri lagunya saat merasakan nafas Alana yang sudah mulai teratur di pelukannya. Ello tersenyum lalu merapihkan selimut mereka berdua, dan setelah itu memberikan sebuah kecupan selamat malam di dahi Istrinya dengan lembut. "Selamat tidur. Semoga mimpimu indah." ucap Ello pelan supaya tidak mengusik tidur Alana. Ello sangat bersyukur karena Alana mau memaafkan-nya, ia tidak bisa berpikir jika wanita itu tidak mau memaafkan dirinya, dan semua ini akan menjadi pelajaran bagi Ello kedepannya untuk bisa semakin sabar dan tidak membuat Alana kembali marah ataupun kecewa padanya.   TU BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD