Chapter 4

1344 Words
Pukul: 01. 00           Ello mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia tersenyum kecil saat matanya melihat Alana yang masih tertidur pulas. Ello melepaskan pelukannya lalu beranjak untuk ke kamar mandi. Ia harus membersihkan diri karena tubuhnya terasa sangat lengket dan bau. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Ello kembali ke tempat tidurnya dan berbaring di samping Alana lagi, ia sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Alana yang masih tidur membelakanginya. "Maaf." ucap Ello pelan lalu mengecup pipi kiri Alana. Cukup lama memandangi wajah Istrinya, akhirnya Ello memutuskan untuk kembali beristirahat. Ello memeluk tubuh Alana dari belakang, sama seperti yang dirinya lakukan tadi. Mengistirahatkan tubuhnya, sebelum harus berhadapan dengan Alana nanti, karena pria itu yakin jika Istrinya masih marah karena kejadian kemarin. Memang terliat kekanakan tapi Ello cukup memahami kondisi Alana sekarang ini yang sedang mengandung, apalagi ini untuk pertama kalinya.                                                                                                       ***   Pukul: 07. 00   Alana menggeliatkan tubuhnya dengan pelan lalu membalikkan badannya ke arah Ello. "Sudah bangun?" tanya Ello pada Alana yang masih terlihat mengantuk. Alana kembali menutup matanya yang masih terasa berat, baru beberapa detik ia tertidur lagi tapi ia kembali merasakan hal itu, hal yang membuatnya harus menutup mulutnya lalu dengan terburu-buru berlari ke kamar mandi. Ello mengikuti Alana dengan perasaan khawatir, setelah sampai kamar mandi ia dapat melihat jika Alana sedang membersihkan mulutnya dengan nafas yang terengah-engah. "Kau tidak apa-apa?" tanya Ello sambil mengusap punggung Alana. Alana menepis tangan Ello dari punggungnya. Ia berbalik badan dan tanpa berkata sepatah kata pun dirinya langsung meninggalkan pria itu. Ello tentu saja terkejut dengan sikap Alana barusan. Ia sedang khawatir pada wanita itu tapi dia malah mengacuhkan dirinya. "Alana." panggil Ello sambil mengikuti wanita itu yang sedang berjalan ke dapur. Alana mengambil air mineral dingin di dalam kulkas lalu meminumnya hingga tersisa setengah. "Jangan minum terlalu banyak air dingin." larang Ello sambil merebut botol tersebut. Alana menatap Ello dengan tidak suka. Ia tidak suka di larang seperti ini, apalagi sekarang dirinya sedang marah pada Ello. Alana berjalan menuju ruangan keluarga yang terdapat tv dan juga sofa di sana. Ia mendudukkan tubuhnya sambil menyalakan tv. "Kau masih marah padaku?" tanya Ello saat sudah duduk di samping wanita itu. "Menurutmu?" tanya Alana balik tanpa menatap pria itu. "Kelihatannya kau masih marah. Kau ingin apa sekarang? Aku pasti akan menurutinya." ucap Ello. Alana menatap Ello yang berada di samping kanannya. Ello berpikir jika Istrinya itu sudah tergiur dengan tawarannya. "Apa kau pikir aku anak kecil yang akan langsung mau memaafkanmu, hanya dengan kau mengatakan jika akan menuruti permintaanku?" tanya Alana. Ello membeku di tempatnya dengan mulut yang sedikit terbuka. Tidak menyaka jika Alana akan mengucapkan seperti itu. "Apa aku masih terlihat seperti anak kecil di matamu?" tanya Alana sekali lagi. "Tentu saja tidak. Alana, tolong jangan marah seperti ini, hari ini kan weekend, jadi apa kau tidak ingin kita pergi untuk jalan-jalan?" tanya Ello. "Lebih baik kau bekerja saja setiap hari dan hapus weekend dari dalam daftar hidupmu." ucap Alana dingin. "Apa yang kau katakan? Kau tahukan jika aku bekerja itu untuk kita dan juga bayi kita, tapi kenapa kau seolah sangat membenciku saat bekerja?" tanya Ello sedikit ada nada emosi di dalamnya. Meskipun ia kesal tapi dirinya harus bisa menjaga emosinya di hadapan Alana. "Aku tahu dari dulu kau memang lebih mementingkan pekerjaanmu daripada hubungan kita, kau mungkin saja belum terlalu mengenalku karena waktu pertemuan kita yang singkat. Tidak ada alasan untuk menolakmu, karena aku sangat mencintaimu dan aku bahkan belum tahu secara utuh bagaimana sifatmu yang lain." ucap Alana. "Alana, aku mohon jangan membuat masalah yang sepele ini menjadi sangat rumit" balas Ello sambil mendekatkan duduknya.         Ini mungkin bisa disebut sebagai pertengkaran mereka yang pertama setelah tiga bulan menikah. Mereka selalu harmonis tapi kenapa sekarang malah bertengkar karena hal yang kecil seperti ini. "Kau pikir ini memang sepele, tapi bagaimana jika kau terus mengulangi kesalahanmu dan membiarkanku tidak akan pernah percaya dengan ucapanmu lagi?" ucap Alana. "Aku tahu aku salah dan aku sudah minta maaf berulang kali tapi kenapa kau tidak mau memaafkanku?" tanya Ello. "Aku kecewa padamu." ucap Alana sambil berdiri dari duduknya lalu berjalan pergi dari hadapan pria itu. Ia tidak menyukai perdebatannya dengan Ello. Ello tidak mengikuti Alana dan ia akan membiarkan Alana untuk tenang terlebih dahulu. Ia tahu jika Alana sangat sensitif dan emosional sekarang ini, maka dari itu ia akan memberikan waktu sendiri untuk Istrinya.                                                                                                   ***   Pukul: 11. 00          Setelah sudah dirasa cukup lama, Ello pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat jika Alana ternyata sedang tidur. Hamil memang membuat Alana gampang lelah dan tidur adalah obat yang paling manjur untuk mengatasinya. Ello berjalan mendekat dan duduk di pinggir ranjang samping Alana. Tangannya terangkat untuk membenahi rambut Istrinya yang menutupi wajah cantiknya. "Bagaimana mungkin aku tidak mengetahui sifatmu? Aku sangat tahu dan mengerti semua tentangmu karena aku mencintaimu. Aku tahu kau pasti kecewa denganku dan aku ingin menebus kesalahan itu." ucap Ello sambil menatap wajah Alana yang masih tidur. "Aku mencintaimu sampai kapan pun." ucap Ello lalu mengecup dahi Alana dengan lembut. Ello membaringkan tubuhnya di samping Alana. Suasana yang sepi dan hanya ada dirinya dan juga Alana membuatnya sedikit bosan di rumah, tapi hal itu tidak akan berlangsung lama, karena dalam beberapa bulan lagi tempat ini akan ramai oleh suara tangisan dan juga ocehan seorang bayi. Betapa bahagia hati Ello saat membayangkan-nya. Pukul: 15. 00   Sekarang mereka berdua sudah terbangun dari tidurnya dan lagi mereka kembali dalam perdebatan. "Aku minta maaf." hanya itu yang terus Ello ucapkan sedari tadi. Alana hanya diam sambil memainkan ponselnya dan tidak memedulikan ucapan Ello. Mereka masih di tempat yang sama yaitu tempat tidur dengan Ello yang duduk di depan Alana. "Alana, dengarkan aku." ucap Ello tapi Alana tetap asyik dengan ponselnya. "Alana!" panggil Ello sambil merebut ponsel Alana. "Kau ini apa-apaan?" tanya Alana sambil berusaha merebut ponselnya. "Dengarkan jika aku sedang bicara." ucap Ello tegas. "Tidak ada yang perlu dibicarakan, jadi kenapa aku harus mendengarkan nya." balas Alana. "Tolong hargai aku sebagai Suamimu." pinta Ello. "Aku selalu menghargaimu, hanya saja kau yang tidak pernah mengetahuinya." ucap Alana dengan nada dingin yang tidak mau kalah. "Aku tidak suka jika sikapmu seperti ini. Alana yangku kenal tidak seperti ini." ucap Ello. "Jika kau tidak suka denganku lebih baik kita akhiri saja semua ini!" ucap Alana kesal. "APA?" tanya Ello terkejut dengan ucapan Alana. Ia tidak pernah menduga jika Alana akan mengatakan kata-kata hina seperti itu dalam hubungannya. "Aku akan pulang ke rumah Ayah dan Ibu." ujar Alana lalu berdiri dan berjalan menuju lemari untuk mengemasi bajunya. Ello menutup pintu lemari tersebut dengan kasar. Ia menatap Alana dengan tatapan tajamnya. "Kenapa kau mengatakan ini?" tanya Ello mencoba untuk bersikap tenang. "Hubungan kita belum terlalu lamakan? Jadi aku akan mengakhirinya sekarang juga, dan untuk anak yang aku kandung sekarang akan menjadi anakku seutuhnya." jelas Alana. "Apa katamu?. KENAPA KAU KEKANAKAN SEKALI HANYA DENGAN MASALAH SEPERTI INI?" bentak Ello yang sudah tidak bisa menahan emosinya. Alana membeku di tempatnya berdiri sambil tetap menatap wajah Ello yang memerah. Untuk pertama kalinya Ello berani membentaknya dengan begitu keras, ia takut dengan Ello yang seperti ini. Kepalanya tiba-tiba menjadi pusing. Kondisi tubuhnya yang tidak stabil sekarang ini jelas sangat berpengaruh. Tolong ingatkan Ello jika Istrinya sekarang sedang hamil dan dia malah menyakitinya dengan ucapan yang mengerikkan. "Alana!" pekik Ello saat melihat tubuh Alana ambruk ke lantai. Ello langsung mengangkat kepala wanita itu ke pangkuannya sambil menepuk pipinya pelan. Apa dirinya terlalu kasar kepada Alana? "Sayang, bangunlah." ucap Ello sambil terus menepuk pipi Alana.           Ello meruntuki dirinya sendiri yang tidak bisa menahan emosinya, padahal biasanya ia bisa melakukan-nya tapi kenapa tadi tidak. Ello akan mengutuk dirinya sendiri jika sampai terjadi apa-apa kepada Alana dan juga calon anak mereka. Ello mengangkat tubuh Alana lalu dengan hati-hati ia turunkan di atas ranjang tempat mereka tidur. "Maafkan aku. Aku memang jahat dan bodoh." ucap Ello sambil menggenggam erat tangan lemas milik Alana. Dengan menahan tangisannya yang tiba-tiba ingin keluar, Ello menelepon Dokter kandungan pribadi Alana. Ello tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berdoa yang terbaik untuk Alana dan juga kandungannya. Mungkin setelah ini masalah akan menjadi semakin serius dan semua ini memang karena kesalahan Ello sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD