Chapter 8

1362 Words
Pukul: 06. 30           Semenjak mereka membuka mata, sampai sekarang, Ello tidak bisa bergerak karena Alana terus saja menahan tubuhnya agar tidak bisa pergi ke mana-mana. "Apa kau akan berangkat bekerja hari ini?" tanya Alana pelan. "Iya. Aku tidak bisa libur setiap hari kan." jawab Ello. "Baiklah jika kau ingin pergi." balas Alana. Ello mengalihkan pandangannya ke arah Alana yang berada di sampingnya. Ia merasa aneh dengan ucapan wanita itu kali ini yang begitu mudahnya membiarkan dirinya untuk bekerja, ini seperti bukan sikap Alana yang biasanya. "Kau baik-baik sajakkan?" tanya Ello sambil memegang pipi Alana. "Tentu saja." balas Alana. Ello mengangguk sambil tersenyum manis pada Alana. Ia mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Istrinya itu lembut. "Aku akan mandi sekarang." ucap Ello. "Aku juga ingin mandi. Bagaimana jika mandi berdua?" usul Alana yang mampu membuat Ello tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Sungguh Istrinya ini tidak menyerah untuk menggodanya. "Baiklah." balas Ello yang disambut dengan semangat oleh Alana. Alana menyibak selimutnya lalu menarik tangan Ello dengan semangat. Senyumnya tidak bisa luntur sama sekali di wajah cantiknya. "Cepatlah, El." ucap Alana. "Pelan-pelan, sayang." balas Ello karena Alana menarik tangannya dengan sangat kuat. Alana tidak memperdulikan ucapan Ello dan terus berjalan ke kamar mandi sambil tetap menarik tangan Suaminya itu. "Kita hanya akan mandi dan tidak akan melalukan hal yang lebih" ucap Ello. Alana hanya bisa menatap Ello dengan ekspresi kecewanya. Bisa-bisanya Suaminya itu menolak dirinya bahkan sebelum mengatakan apa-apa. "Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Kau tahukan jika kandunganmu bisa dalam bahaya jika kita melakukan itu. Alana, aku mohon mengertilah dan jangan salah paham denganku." ucap Ello menjelaskan, karena jika tidak dijelaskan seperti ini maka bisa-bisa Alana akan salah paham dan marah padanya. "Aku tahu, El. Sangat tahu" balas Alana. "Apa kau marah padaku?" tanya Ello. Alana menggelengkan kepalanya lalu memeluk Ello dan menyembunyikan kepalanya di d**a bidang milik Suaminya tersebut. "Kau tidak melakukan kesalahan apa pun, jadi untuk apa aku marah." balas Alana. Ello tersenyum atas jawaban Alana. Ia suka sikap Alana yang dewasa seperti ini.   Pukul: 07. 30   "Ayah pergi dulu ya baby." ucap Ello lalu mencium perut Alana berulang kali. Ello kembali berdiri dan tersenyum manis pada Istri cantiknya itu. "Aku berangkat ya, sayang." ucap Ello. Alana mencium kedua pipi Ello dengan lembut, ini adalah kebiasaannya setiap kali pria itu akan berangkat bekerja. "Hubungi aku jika terjadi sesuatu." ucap Ello lalu mengecup bibir Alana sebelum pergi. Alana mengangguk sambil tersenyum, lalu ia mengantarkan Ello sampai pintu tempat tinggal mereka. "Hati-hati di jalan." ucap Alana yang diangguki oleh Ello.                                                                                               ***   Pukul: 13. 00         Hari ini Ello sedang serius mengurus pekerjaannya yang menumpuk karena kemarin dirinya harus menemani Alana yang sedang sakit. "Masuk!" ucap Ello saat ada yang mengetuk pintu ruangannya. Orang itu masuk sambil membawakan secangkir kopi untuk bosnya yang sedang sibuk dengan kertas ditangannya. "Pak Mario, saya membawakan anda minum." ucapnya. Ello mengalihkan tatapannya dari pekerjaannya pada orang itu sambil tersenyum kecil. "Terima kasih Tiffany. Taruh di situ saja dan jangan lupa setengah jam lagi kau harus kembali ke sini dengan Reyhan untuk rapat." balas Edgar lalu kembali fokus pada laptop dan juga kertas yang berada di mejanya. "Baiklah kalau begitu saya akan keluar." ucap Tiffany dengan tersenyum manis tapi Ello tidak menatapnya. Sebenarnya Ello sudah sangat muak melihat para karyawan wanitanya yang selalu tebar pesona pada dirinya, karena itu percuma saja ia tidak akan tertarik sama sekali.          Setengah jam kemudian Reyhan dan Tiffany sudah duduk di depan Ello sambil membacakan pekerjaan mereka, tapi Ello tidak mendengarkan-nya dengan jelas karena ia merasakan sesuatu yang aneh dengan dirinya. "Pak Mario, anda tidak apa-apa?" tanya Reyhan saat melihat wajah Ello yang memerah. "Tidak apa-apa" balas Ello singkat lalu meminum kopinya yang tinggal setengah. Bukannya semakin membaik setelah minum, tapi Ello malah merasakan tubuhnya semakin panas. Ia membutuhkan sesuatu yang lebih dan ia tahu apa yang sekarang ini tengah terjadi dalam dirinya karena ia pernah merasakannya. "Tapi wajah anda merah Pak Mario." ucap Tiffany. Ello menatap Tiffany sekilas lalu menggeleng, ia menyadarkan pikirannya dari hal-hal yang ia pikirkan. "Sebaiknya an-" "Meetingnya kita lanjutnya besok!" potong Ello sambil berdiri lalu keluar dari ruangannya dengan terburu-buru. Ello bahkan tidak memperdulikan sapaan para karyawannya yang menyapanya dengan ramah. Ia mengendarai mobilnya seperti orang yang kesetanan untuk sampai di apartemennya. "Ini sudah keterlaluan!" ucap Ello sambil membuka dua kancing kemeja atasnya. Ello memarkirkan mobilnya lalu sedikit berlari untuk sampai tempat tinggalnya. Setelah memasukkan password pintunya dengan terburu-buru, Ello masuk, tapi ia tidak melihat keberadaan Alana di ruangan keluarga. Jadi ia langsung masuk ke kamarnya karena kemungkinan besar Istrinya itu berada di sana. Dapat Ello lihat jika Alana sedang tidur siang sambil memeluk gulingnya. Ia mendekat sambil membuang jasnya sembarangan, lalu duduk di tepian ranjang merekan Tanpa aba-aba Ello langsung mencium bibir Alana dengan cepat, hal itu tentu saja membuat Alana terkejut bukan main, dan langsung mendorong d**a pria itu dengan kuat. "El." panggil Alana terkejut saat melihat wajah merah Suaminya. "Alana." balas Ello dengan suara serak yang terdengar pelan. Wanita itu memegang wajah Ello saat ia mendengar nada ketakutan dari Suaminya itu. "Ada apa ini?" tanya Alana pelan. Ello sudah tidak tahan, dan langsung membuka kemejanya, lalu melemparnya sembarangan dan menyisakan tubuh atasnya yang polos tanpa ada penutup kain sedikit pun. Ello mengubah posisinya menjadi di atas Alana, dan mengunci pergerakan wanita itu di bawahnya. Ia sedikit mengangkat tengkuk Alana lalu kembali melumat bibir Istrinya itu dengan gairah yang menggebu-gebu. Alana bahkan sampai tersedak karena ciuman Ello yang tidak bisa terkendali sama sekali. Alana benar-benar tidak mengerti tentang apa yang terjadi sebenarnya pada Suaminya ini. Ini aneh karena di siang hari seperti ini seorang CEO pulang ke rumahnya hanya untuk melakukan s*x dengan Istrinya yang sekarang tengah mengandung                                                                                              ***   Pukul: 17. 30            Ello mengerjapkan mantanya lalu melihat keadaan kamarnya yang acak-acakan dan gelap karena matahari yang sudah mulai tenggelam. Ia menoleh ke sampingnya saat dirinya merasakan lengannya berat, dan ternyata ada Alana yang tidur di lengannya itu. Ello membuang nafasnya dengan berat, saat dirinya mengingat kejadian tadi siang yang mengakibatkan mereka berdua seperti saat ini. "Maaf karena aku mengingkari ucapanku sendiri yang bilang tidak akan menyentuhmu sampai kandunganmu kuat." ucap Ello sambil mengelus wajah Alana. Membuat wanita itu membuka matanya perlahan saat merasakan elusan lembut dari Suaminya "Maaf." ucap Ello lirih. "Untuk apa meminta maaf?" tanya Alana. "Karena aku berani menyentuhmu." jawab Ello. "Aku Istrimu, jadi kau bebas melakukan apa pun padaku." balas Alana. "Tapi aku takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada dirimu dan juga calon anak kita." ucap Ello. Alana menggeleng pelan sambil membalas elusan tangan Ello di wajah tampan Suaminya itu. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Alana lembut sambil menatap dalam mata Ello. "Entahlah ini benar atau tidak, tapi aku merasakan hal yang sama saat kau memasukkan obat perangsang di minumanku waktu itu." jawab Ello. Alana membulatkan matanya saat mendengar jawaban Ello. Berani-beraninya ada orang yang memberikan obat perangsang pada Suaminya. "Apa itu artinya di kantormu ada orang yang sengaja memberikan obat itu untukmu?" tanya Alana. "Aku juga tidak tahu, dan itu alasannya aku langsung pulang karena aku tidak mau melakukan hal yang tidak-tidak pada orang lain di kantor. Maaf karena aku melampiaskan-nya padamu." ucap Ello. "Tidak perlu minta maaf karena aku akan sangat tidak rela jika kau melampiaskan-nya pada orang lain" balas Alana. Alana bersyukur karena pikiran Suaminya masih sehat karena memutuskan untuk langsung pulang. Untung saja Ello merupakan laki-laki yang setia. "Tapi kau tidak merasa kesakitan kan?" tanya Ello cemas. Ia takut jika terjadi apa-apa pada Alana dan juga anaknya. "Aku baik-baik saja." balas Alana mencoba menenangkan pria itu. "Kita periksa ke Dokter ya" ajak Ello khawatir. "Tidak perlu. Aku bilang kan baik-baik saja." tolak Alana halus. "Aku tidak akan menerima penolakan kali ini karena ini menyangkut dirimu dan juga anak kita di dalam sana." balas Ello lembut sambil mengelus perut Alana . Ia sungguh sangat khawatir dengan keadaan Istrinya sekarang ini. Untuk kali ini Alana tidak bisa menolak ucapan Ello karena ia juga sedikit cemas dengan keadaan anaknya, tapi ia pikir jika tidak akan ada hal buruk yang terjadi meskipun tidak melakukan pemeriksaan. Mungkin setelah ini Ello harus lebih berhati-hati saat di kantornya, mengingatkan hal ini jelas membuatnya tidak tenang. Ternyata orang yang menyukainya di luar sana dapat melakukan hal yang berbahaya bagi dirinya dan juga keluarganya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD