25 - Penuh Nostalgia

1178 Words
Zeth sengaja belok ke toilet terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kantin untuk istirahat makan siang. Ia sebisa mungkin harus menghindari Leon dan Kyle demi menjalankan rencana yang Zeth, Jura dan Key buat untuk menyadarkan Syville dari ‘ilusi’ dunia ini. Leon dan Kyle merasa tidak ada yang aneh dengan sikap Zeth itu, sehingga mereka masuk ke dalam kantin terlebih dahulu. Jika mereka tahu Zeth berniat untuk satu meja dengan ‘Dewi Syv’, mungkin mereka tetap memaksa untuk pergi bersama Zeth. Setelah menunggu kurang lebih lima menit, akhirnya Zeth melihat Syville dan beberapa temannya berjalan menuju kantin. Zeth pura-pura keluar dari toilet ketika Syville berjalan tepat melewati pintu masuk toilet laki-laki, membuat dirinya ‘tertabrak’ oleh Zeth. Sambil membungkukkan tubuhnya meminta maaf, Syville sedikit terkejut kalau orang yang ditabraknya itu adalah Zeth. “Ah! Maaf, sepertinya aku selalu membuat masalah,” kata Syville kembali meminta maaf. Zeth tersenyum pada Syville. “Tentu tidak! Aku yang kurang hati-hati. Apa kau belum makan siang? Bagaimana kalau kita ke kantin bersama?” Teman-teman Syville melihat mereka berdua dengan pandangan penuh makna, kemudian salah satu di antara mereka berkata, “Tentu! Kelas kami baru saja selesai dan jaraknya cukup jauh dari kantin. Jadi kami baru sampai. Bagaimana jika kami mencari meja yang kosong, Syv? Kau dan … Zeth bisa mengambil makan terlebih dahulu!” Syville tidak tahu kalau teman-temannya sendiri mencoba untuk membiarkan Syville dan Zeth berdua, tetapi Zeth tentu mengetahuinya. Sepertinya teman-teman Syville yg baru ini tidak buruk juga. “Terima kasih,” kata Zeth sebelum Syville menolak. Mendengar jawaban dari Zeth, teman-teman Syville langsung menjerit gemas dengan kedua orang yang mungkin akan menjadi pasangan tidak lama lagi ini. Mereka semua langsung berlari menuju kantin. Di sisi lain, Zeth bisa melihat wajah Syville yang sedikit merah. Melihatnya, entah kenapa d**a Zeth langsung berdegup kencang, wajahnya jadi terasa sedikit panas. “Kalau begitu, ayo kita pergi?” “Ayo,” balas Syville terdengar pelan. Jika Zeth tidak melihat kepala Syville yang mengangguk, mungkin ia pikir Syville tidak menjawab ajakannya. Saat Zeth dan Syville baru masuk ke dalam kantin, hal pertama yang mereka lihat adalah beberapa siswa dengan tubuh yang besar meneriakkan sesuatu seperti ‘Berikan sup itu!’ atau ‘Aku tidak akan makan yang lain jika tidak ada sup itu!’ atau ‘Aku hanya ingin sup itu! Kenapa tidak ada!?’ Zeth mengusap dagunya berpikir. Apa yang dikatakan Key kemarin adalah ini? Tentang menunya akan terkenal dan banyak orang yang ingin memakannya? Tapi, bagaimana bisa? Apa menu itu benar-benar enak? “Kenapa hari ini ramai sekali?” tanya Syville bingung. “Aku juga kurang yakin. Tapi jika didengar dari perkataan mereka, apa kau ingat kejadian kemarin? Seorang Kepala Juru Masak keluar dari dapur karena seorang murid memanggilnya …” “Oh! Juru Masak yang membuat sesuatu seperti sup aneh berwarna ungu yang meletupkan gelembung dan mengeluarkan asap itu?” Zeth menganggukkan kepalanya. “Itu benar. Ternyata, meski tampilannya terlihat seperti sup untuk menyiksa tahanan, ternyata sup itu memiliki rasa yang enak dan unik.” Syville mengerutkan keningnya. Sepertinya ia kurang yakin dengan perkataan Zeth. “Kau pernah mencobanya, Zeth?” Zeth hanya bisa mengedipkan matanya beberapa kali. Maafkan aku, Syville! Aku melakukannya untuk menolongmu! kata Zeth dalam hati, kemudian ia mengalihkan pandangannya dan menjawab, “Kemarin, Juru Masak itu memberiku satu mangkuk sup buatannya, dan ternyata rasanya memang cukup unik. Rasanya kepalaku yang sedikit pusing tiba-tiba terasa ringan seketika. Kau harus mencobanya.” Syville menganggukkan kepalanya sedikit ragu, tetapi ia berkata, “Baiklah. Jika sup itu masih ada, aku akan mencobanya. Ayo kita mulai antri, Zeth!” Zeth menghembuskan napasnya yang ia sendiri tidak sadar kapan mulai menahannya. Sambil mengambilkan Syville sebuah nampan dan beberapa peralatan makan, mereka mulai mengantri untuk mengambil makan siang mereka. Zeth mulai sedikit panik ketika orang-orang yang mengantri untuk mengambil sup enak nan unik itu berkata kalau menu itu sudah habis. Dengan kecewa, orang-orang yang mengantri untuk mengambil menu itu mulai pergi mencari menu yang lain, sedangkan di sampingnya, tidak sengaja Zeth mendengar Syville yang mendesah lega. “Sayang sekali, sup itu sudah habis!” Pintu dari arah dapur seketika terbuka dengan suara yang kencang. Sambil membawa panci besar, Key membawa sup(?) buatannya untuk kembali dihidangkan. Syville seketika ingin menangis. Dengan senyuman bangga, Key berkata, “Berterima kasihlah kalian! Hari ini aku sengaja membuat sup lebih banyak!” kemudian ia mengedipkan sebelah matanya pada Zeth. Orang-orang yang kecewa karena tidak bisa merasakan sup(?) buatan Kepala Juru Masak langsung menyahut gembira, dan kembali mengantri untuk mengambilnya lagi. Zeth tidak tahu harus menangis atau tertawa, yang jelas ia mengambil sup(?) buatan Key dan langsung menyendokkannya ke mangkuk Syville. Karena ia merasa kasihan padanya, dan menghindari kalau Syville akan curiga padanya, Zeth juga mengambil sup itu dengan terpaksa. “Ayo kita cari meja teman-temanmu, Syv.” Syville mengangguk, dan dengan langkah yang terasa berat ia membawa sup(?) itu ke meja teman-temannya. Saat sampai di sana, ternyata kursi meja itu sudah penuh semuanya. Dengan tampang yang sedikit memelas, salah satu teman Syville berkata, “Maaf! Ternyata meja ini sudah penuh sebelum kau selesai mengambil makananmu. Bagaimana jika kalian berdua duduk di meja itu?” katanya sambil menunjuk meja kecil yang hanya ada dua kursi di sampingnya. Meja itu berada di depan jendela yang menghadap ke arah taman. Aneh sekali, meja dengan pemandangan yang bagus itu masih kosong. “Tidak masalah. Terima kasih karena sudah menemukannya. Ayo, Syv?” kata Zeth yang mulai berjalan ke arah meja itu. Untung saja menu buatan Key mengambil banyak perhatian dari seluruh murid yang ada di kantin. Sehingga, Zeth yang sedang duduk satu meja dengan Syville tidak terlalu menarik banyak perhatian. Orang-orang yang merencanakan pembunuhannya masih belum sadar. Zeth memerhatikan Syville yang terdiam dengan tatapan kosong ke arah menu makan siang yang dibawanya. Syville menatap sup buatan Key cukup lama. Setelah memberanikan dirinya dengan menggenggam sendoknya dengan cukup keras, akhirnya ia menyendokkan sup itu ke mulutnya. Terlihat wajah Syville yang sedikit kesusahan untuk menelannya, kemudian ia terbatuk kencang. Dengan cepat Zeth menyerahkan segelas air pada Syville, yang langsung dihabiskan olehnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Zeth yang benar-benar khawatir pada Syville. Ia khawatir kalau sup buatan Key membuat Syville sakit atau apa. Tetapi ia juga khawatir kalau sup buatan Key tidak cukup untuk menghilangkan ilusi dunia ini. Setelah batuknya berhenti, Syville mengusap keningnya yang dibasahi oleh keringat dingin. “Hah … rasanya memang unik. Seperti penuh dengan nostalgia,” katanya pelan. Kemudian ia berdiri dari duduknya. “Aku perlu ke toilet sebentar …” Melihat wajah Syville yang sangat pucat, Zeth semakin khawatir. “Wajahmu sangat pucat! Apa kau perlu kutemani?” Syville menggelengkan kepalanya. Kemudian ia berjalan keluar dari kantin itu. Tentu saja, Zeth mengikutinya dari belakang. Benar saja, belum sempat ia masuk ke dalam toilet, tubuh Syville langsung ambruk. Dengan cepat Zeth menangkap Syville sebelum kepalanya terbentur ke lantai. Ia langsung membawa Syville ke ruang kesehatan, tetapi tidak ada seorang pun yang menjaganya. Tidak ada pilihan lain, Zeth merebahkan tubuh Syville di atas kasur, dan mulai menyelimuti dirinya. Zeth harus berterima kasih pada Jura karena ia tidak harus memakan sup buatan Key untuk menghilangkan ilusi dunia ini. Pintu ruangan kesehatan itu terbuka dengan pelan setelah Zeth menyelimuti tubuh Syville. Jura dan Key masuk ke ruangan itu dengan tampang yang tidak kalah khawatir. “Bagaimana? Apa berhasil?” tanya Key. Zeth menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan itu. “Aku kurang yakin. Tapi, ketika ia menyendokkan sup itu ke mulutnya, hal pertama yang ia katakan ‘penuh nostalgia’ atau semacam itu.” “Oh! Semoga saja ia ingat! Kita tidak bisa lama-lama di tempat ini! Syvilleee … sadarlahh!” kata Jura gemas. [] 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD