17. Harus Bagaimana Lagi?Selepas acara pencocokan tanggal lahir, Ajeng dibiarkan berdua saja dengan Naren. Mereka diizinkan mengelilingi keraton supaya lebih familiar dengan tempat ini dan betah tinggal untuk dua bulan ke depan. Ajeng melirik Naren yang kini bungkam seribu bahasa. Ke mana perginya si jahil yang menggoda Ajeng dengan kata-kata konyolnya tadi? Naren yang pendiam justru membuat Ajeng waspada. Kalo meledak kan rempong jadinya. Mendesah, Ajeng akhirnya yang buka suara lebih dulu. “Pas lo pertama kali ngajak gue ke sini kayaknya lo nentang banget deh keputusan Eyang yang bilang kalo lo harus nikah di sini. Kenapa sekarang mendadak berubah?” Naren meliriknya sekilas. “Lo mau jawaban jujur atau bohong?” “Sialan. Lo jawab atau gue bikin keributan di sini?” Ajeng mengancam. Ta