Terima kasih telah mampir :)
•••
Kenzu menggeram kesal saat kegiatannya terganggu, terlebih dia kenal suara wanita yang telah menciduknya itu.
Dia lalu bangkit saat wanita di bawahnya terus mendorong d**a bidangnya.
Kenzu menatap kesal Liza, sepupu cantiknya yang tengah berkacak pinggang di depan pintu.
"Ada apa kau kemari? Mengganggu saja." ketus Kenzu.
"Well, ada sedikit tugas dari MoDy dan aku tak bisa menolaknya. " jawab Liza mulai melangkah mendekati sepupunya itu.
"Jadi ini wanitanya? Cantik juga." ucap Liza menatap Stella yang berada di pojok ranjang.
"Ada apa? Kenapa mom–" belum juga Kenzu menyelesaikan ucapannya ponsel liza berdering.
Liza langsung tersenyum geli saat melihat siapa yang menghubunginya. "Siap-siap kena omelan, sepupu tampanku." ucapnya pada Kenzu yang mendengus.
Ibunya lagi, ibunya lagi!
Belum juga Liza mengucapkan sapaan, Kenzu lebih dulu merebut ponselnya,
"Mom berhenti mengirim sepupu cantikku ini, kalian selalu menggangguku dan—What?"Kenzu memekik kesal di akhir kalimatnya saat mendengar selaan ibunya yang ternyata sudah berada di lantai bawah sekarang.
"Turunlah cepat, aku pegal menunggu."
Kenzu bertambah kesal terlebih sambungan di putus sepihak oleh ibunya.
"Kita turun." ucap Kenzu, bangkit dari ranjang dan langsung menarik Stella dari rebahannya.
Sedangkan Liza entah kenapa hanya diam memperhatikan mereka dari belakang, sampai Kenzu harus memanggilnya.
"Kenapa diam saja, ayo!" serunya.
Liza mengangguk, tapi baru juga tiga langkah berjalan ponselnya berbunyi. "Aku harus menjawabnya dulu. " katanya.
Kenzu mengangguk. "Jangan terlalu lama."
Setelah mengatakan itu Kenzu menarik Stella kembali meninggalkan Liza yang bertelepon.
***
"Kenzu, kenzu I am here!"
"Mom tak perlu teriak-teriak!" seruan Kenzu dari atas tangga terdengar saat ibunya itu terus meneriaki namanya.
Dyandra berdecak kesal melihat putra keduanya itu, tapi tak lama pandangannya melihat objek cantik di belakang putranya itu.
Kenzu lalu turun sambil menarik Stella yang berada di belakangnya.
"Siapa namamu?" tanya Dyandra menarik Stella dari putranya membuat Kenzu mendengus saat tubuhnya di tarik menjauhi Stella.
"Stella Rayhana. " jawab Stella tersenyum ramah.
"Cantik sekali namamu sama seperti orangnya. " komentar Dyandra balas memberi senyum.
"Tadi saja menyuruh untuk melepaskan, tapi sekarang setelah melihatnya langsung? Mom sepertinya menyukai wanita ini. " Ucap Kenzu malas.
Dyandra menoleh pada Kenzu dengan berdecak. "Terserah Mom! Diam saja kamu, menggerutu terus."
Dyandra lalu menarik Stella ke sofa, sedangkan Kenzu mengikuti saja sambil meneruskan gerutuannya, tak peduli akan omelan sang Ibu.
Dyandra terlihat meneliti Stella dengan pandangan memicing sampai membuat wanita itu tidak nyaman, sampai dengan tiba-tiba Dyandra menarik terusan baju di area bahu Stella membuat sang empu terkesiap bahkan Kenzu yang melihat sedikit terkejut dengan perbuatan ibunya.
"Mom!" peringat Kenzu. Tidak mungkin ibunya akan menelanjangi Stella kan?
"Ckckck, kau benar-benar nakal son. "
Dyandra menggelengkan kepalanya pada sang putra.
Sedangkan Stella mengerutkan alisnya tak mengerti akan ucapan wanita paruh baya di sampingnya itu, sampai beberapa detik kemudian wanita itu sadar kemana arah perkataan itu.
Bercak-bercak merah? Holyshit!
Stella secepat kilat langsung membenarkan kembali pakaiannya sampai tangannya tanpa sengaja menyentuh lehernya yang langsung mengingatkannya akan perbuatan Kenzu pada area lehernya, wanita itu langsung bergidik.
"Well, aku memang seperti itu." parahnya Kenzu dengan bangga menyahut membuat Dyandra melotot kesal pada putra nakalnya itu.
"Hentikan kelakuanmu yang terus bermain dengan wanita. Kau sudah dewasa Kenzu, sudah saatnya bagimu untuk menikah dan memberikan seorang cucu." ucap Dyandra tiba-tiba dengan nada serius.
Dari ketiga anaknya, hanya anak perempuannya yang normal. Dua anak lelakinya benar-benar tak ada yang normal–sering membuatnya pusing! anak pertama sikapnya membuat Dyandra menggeleng tak habis pikir karena terlalu tak peduli dengan dunia sekitar sedangkan yang kedua, dia benar-benar muak dengan ke lakukannya yang kelewat playboy terus saja bermain perempuan. Dia hanya tidak mau bila nanti ada seorang wanita mendatangi mereka dan meminta pertanggungjawaban dari anak keduanya atas apa yang di lakukannya itu.
Dia kembali melirik Stella, wanita di sampingnya ini terlihat bukan w*************a pada umumnya, jelas Dyandra tahu bagaimana w*************a, dia sudah lebih berpengalaman karena suaminya juga terlibat di sini–semasa muda lebih tepatnya.
"Dimana kau tinggal, sayang?" tanya Dyandra menatap Stella lembut.
Sedangkan Kenzu mengangkat sebelah alisnya mendapati perlakuan berbeda sang ibu pada Stella di banding beberapa perempuan yang pernah di bawa atau pun terpergok sedang bersamanya.
Stella yang mendapat pertanyaan hanya menggelengkan kepalanya.
"Ayah dan ibumu?"
Stella tersenyum miris akan pertanyaan itu. "Ibu pergi saat saya masih kecil dan sampai saat ini saya tidak tahu keberadaannya di mana sedangkan ayah—Dia, dia...." Stella tak bisa melanjutkan ucapannya dan hanya menggelengkan kepalanya yang tertunduk.
Dan Dyandra yang mendengar nada lirih itu prihatin, seakan mengerti akan ucapan Stella, wanita paruh baya itu mengusap bahunya–seakan memberi semangat.
"Stella bisa tinggal di sini." ucap Dyandra tiba-tiba membuat Kenzu menatap tak percaya ibunya.
Baru beberapa jam yang lalu ibunya memintanya untuk meninggalkan wanita itu, tapi setelah secara langsung bertemu ibunya malah membiarkan wanita itu tinggal bersamanya.
"Hah?"
Stella terkejut dengan ucapan wanita paruh baya di sampingnya ini.
Di perbolehkan tinggal dengan Lelaki yang sudah menidurinya? Of couse Not!
"Tidak perlu aunty, saya bisa mencari tempat tinggal sendiri." Tolak Stella
"Kenapa? Di luar sangat berbahaya untuk kau tinggal sendiri." Dyandra mencoba membujuk.
"Tapi aku malah merasa di sinilah yang lebih berbahaya." Ucap Stella Jujur sambil melirik Kenzu yang menyeringai menatapnya membuatnya langsung mengalihkan pandangannya.
Stella yakin akan pergi, dia tak mau harus hidup dengan Kenzu, lelaki itu menyeramkan dalam segi apa-pun!
Dyandra yang menyadari tatapan Stella langsung menatap tajam Kenzu yang terus menunjukkan seringaian anehnya.
"Buang seringaianmu kau membuatnya takut!" Jengah Dyandra pada sang putra yang ingin sekali dia getok kepalanya.
Setelah itu Dyandra kembali menatap Stella, wanita itu meraih tangan Stella dan menggenggamnya. "Ayolah tinggal saja disini atau kau ingin-"
Belum juga Dyandra menyelesaikan ucapannya, Stella lebih dulu menggeleng sambil berkata. "Tidak perlu aunty."
Dyandra akhirnya menyerah, tapi sebesit ide muncul di kepalanya, wanita paruh baya itu tersenyum penuh arti pada Stella.
"Baiklah kalau itu pilihanmu, tapi tempat tinggalmu akan di urus putraku dan Stt.... tidak ada bantahan oke." Dyandra menggelengkan kepalanya saat Stella tampak akan memprotes.
"Kenzu kau harus mencarikannya tempat tinggal dan jangan macam-macam sebelum pernikahanmu terlaksana. Kau sekarang sudah cukup menjamahnya sekali. " ucap Dyandra menatap Putranya dengan penuh peringatan.
"Pernikahan? Pernikahan apa? Aku bahkan belum menyetujuinya." ucap Kenzu mengerutkan alisnya.
"Tidak usah berbelit, aku tahu dari tatapanmu bahwa kau menginginkannya." Sahut Dyandra menatap malas sang putra.
"Mom!"
"Tapi jangan salah artikan kebaikanku karena aku membiarkan gadis ini bersamamu, sampai kau membuatnya terluka akan memberi pelajaran berharga padamu, son. "
Dan Kenzu hanya mampu mengeluarkan gerutuannya akan sang Mommy yang seenaknya bertindak. Tapi di lubuk hatinya kenapa malah membuatnya senang sekali, sepertinya rencananya akan berjalan mulus.
"Tunggu-tunggu, apa yang sebenarnya kalian bicarakan?" Stella yang sendari tadi penasaran akhirnya mengangkat suaranya.
Dyandra menoleh lalu tersenyum penuh arti, tapi wanita paruh baya itu tidak langsung memberi tahu niatnya kepada Stella, dia hanya berkata. "Kamu akan tahu nanti, sayang. "
***
"Mom terlihat menyukainya?"
"Hm. Dia seperti kriteriaku untuk mempersatukan kalian berdua. Perempuan itu terlihat bukan seperti kebanyakan wanita yang selalu kau bawa dan entah kenapa aku langsung menyukainya. " ucap Dyandra dengan senyum khasnya.
"Hm, dia sangat cantik, aku bahkan ingin sekali membawanya ke ranj–Aww Mom!" ucapan Kenzu berujung ringisan kala tangan perempuan nomor satu di hatinya itu menggeplak mulutnya.
"Tutup mulutmu akan kalimat menjijikkan itu! Mom muak mendengarnya, tidak dirimu, ayahmu pun selalu mengatakannya setiap saat. Itu menyebalkan, you know!"
"Menyebalkan menyebalkan begitu, tapi Mom menyukainya juga kan. " sahut Kenzu melemparkan senyum menggodanya.
Dyandra langsung memukul tangan putranya itu dengan keras dan sontak membuat Kenzu sedikit meringis, tapi kemudian senyum menawan pria itu terbit bersama kekehannya lalu mengecup pipi ibunya dengan sayang sembari berbisik. "Thanks mommy I love you."
Dyandra tersenyum sembari membalas pelukan putranya itu. "I love you too my son, tapi ingat jangan buat aku menyesal karena membantumu. "
Kenzu tak menjawab, lelaki itu hanya mengangguk kecil lalu melepaskan pelukan ibunya. "Daddy?" tanyanya dan Dyandra hanya tersenyum menanggapi.
"Mom yang urus, dia juga pasti akan menyukainya."