Sulvian POV Aku mengerjapkan mataku, hal pertama yang terlihat adalah ruangan putih dengan bau khas obat-obatan. Lalu wajah cemas Mikael. "Lu sudah bangun, Vian?" Dia terlihat lega, menggenggam tanganku erat. Saat aku berusaha bangun, Mikael langsung membantu bersandar di sandaran tempat tidur. "Jangan bangun dulu kenapa!? Dasar! Gua panggilkan dokter dulu ya," omel Mikael. Aku tertawa melihat sikap cemasnya yang berlebihan, menggenggam tangan kanannya. "Jangan pergi, naik ke sini!" Lalu aku menepuk perutku, mengisyaratkan agar dia naik ke pangkuanku. Mikael melotot tidak suka. "Lu bego!? Suruh gua duduk di sana? Gak sadar apa, pinggang belakang lu ada lubangnya? Gak sadar perut lu robek begitu sampai dapat 48 jahitan?" Ia bersedekap dengan wajah kesal. Tidak sadar? Tentu saja aku sad
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books