Antonia memasuki ruang tamu istananya dengan langkah cepat karena terlalu penasaran. Kakinya dia gerakan saat mendengar suara-suara yang semakin jelas ketika dia memasuki bangunan itu. Berdiri di sana dan terperanjat saat ternyata pamannya lah yang duduk dengan nyaman bersama ibunya. Membuat kedua orang itu melihatnya dan melebarkan senyuman mereka.
"Antonia."
"Paman Akira?" raut wajah Antonia tidak bisa dikatakan baik-baik saja saat dia mengucapkannya. Perempuan itu menaikkan alisnya tidak suka saat melihat satu-satunya paman yang dia punya akhirnya berdiri di hadapannya sekarang setelah sekian lama. "Oh, ku kira kau begitu enggan untuk datang kemari. Jujur saja aku terkejut saat kau mau menginjakkan kaki mu ke sini lagi. Aku kira kau telah melupakan ayah begitu saja."
Antonia menatap Akira nyalang, membuat ibunya menatap Antonia sendu. Perempuan itu selalu begitu, tidak akan menyukai seseorang setelah mereka membuat dirinya kecewa. Ibunya sangat paham apa yang sedang difikirkan gadis itu.
"Maafkan paman, Antonia. Aku baru bisa datang kemari karena kekacauan seluruh negeri. Kau pasti mengerti apa yang ku maksud kan?"
"Entahlah." Antonia menjawabnya asal. "Setelah ini ada yang ingin ku bicarakan dengan mu. Selesaikan lah dulu obrolan kalian, aku akan ke kamar sebentar dan mengurus anak ibu yang tidak tahu aturan itu."
Langkah Antonia menjauhi keduanya. Berbalik ke arah pintu dan keluar dari sana membuat ibunya meneriakinya apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Tidak apa! Hanya Alessio yang kembali mabuk-mabukan di club dan membuat ku kerepotan!"
Seruan Antonia yang tidak sopan untuk ukuran tuan puteri itu hanya bisa membuat ibunya menghela nafas dan menatap Akira dengan sendu. Dia ingin sekali mengatur putrinya itu, namun sekarang kepribadiannya sudah tidak dapat dibentuk lagi. Meninggalkan Antonia untuk terus berada di sisi ayahnya ternyata membuat perempuan itu tumbuh menjadi perempuan yang keras, yang sering kali membuatnya kesusahan untuk memilih menyelamatkan puteranya yang dipandang bermasalah, atau putrinya sendiri yang selalu menolak kehadiran puteranya sebagai calon raja baru mereka.
"Bisakah kau bantu aku, Akira? Aku tidak mungkin bisa mengarahkan Antonia lagi."
Suara Ivanka yang terdengar putus asa itu membuat Akira menganggukkan kepalanya pelan-pelan. Menerawang jauh untuk memikirkan jalan apa yang akan membuat keponakannya itu mau menuruti ucapan mereka dengan kekeras-kepalaan yang dia dapat dari ayahnya.
***
Papan nama raksasa yang bertuliskan Calder Corp itu terpampang nyata di sebuah gedung bertingkat mewah di lokasi strategis dari kalangan elite. Perusahaan yang merintis usaha di segala bidang dan disebut-sebut sebagai masa depan umat manusia saat nama mereka naik karena dikabarkan memiliki kontrak proyek dengan NASA. Jenius yang menjadi otak dibalik berhasilnya Calder Corp itu sendiri adalah Burke Calder dan puteranya Dylan Calder yang memiliki kemampuan luar biasa diusianya yang sangat muda.
"Aku fikir rancangan seperti ini tidak akan terlalu sulit." pria itu menatap cetak biru di hadapannya dan meneliti ribuan gambar lain yang berserakan di seluruh dinding dan meja yang berada di dalam ruang kerja timnya. "Mereka ingin yang luar biasa namun masih mudah dikendalikan."
Itu semua adalah rancangan kapal induk yang dapat menampung hingga 200 orang di dalamnya. Pesawat bermuatan luar biasa yang sebenarnya menjadi pertanyaan Dylan saat pertama kali mendengarnya. Untuk apa dunia membutuhkan pesawat sebesar itu dengan teknologi dan kemampuan luar biasa di saat dunia masih dalam keadaan baik-baik saja?
Sejujurnya itu masih menjadi pertanyaan terbesar untuknya.
Sebenarnya tak ada seorang pun di luar sana yang mengetahui hal ini -kecuali perserikatan bangsa itu sendiri. Namun belakangan ada banyak isu-isu yang di buat oleh berbagai pihak. Beredar, hingga menjadi kontroversial dan membuat masyarakat awam mempertanyakan kebenarannya.
Tak ada satu pun orang di luar sana yang tahu pasti apa yang sedang elit-elit global kerjakan sekarang. Tidak ada yang tahu. Namun beberapa mulai membuat prediksi-prediksi aneh seperti Calder Corp yang sedang menyiapkan beberapa jet untuk keperluan NASA, atau sampai yang paling luar biasa seperti Calder Corp yang sedang membuat pesawat untuk menyelamatkan umat manusia.
Membuat konspirasi-konspirasi yang tak berdasar itu sempat menjadi perbincangan di seluruh bagian dunia, sebelum kemudian menjadi reda karena beberapa alasan lainnya.
Diantaranya ada yang mengatakan bahwa semua itu adalah ulah para elite global yang ingin menemui alien untuk melakukan kerja-sama. Atau NASA yang sedang mencoba untuk mencari planet baru di luar tata surya. Sampai yang paling luar biasa adalah; mereka sedang mencoba untuk menemukan cara untuk membawa manusia menemukan planet baru untuk meninggalkan bumi yang sudah tidak sehat.
Sebenarnya Dylan juga tidak tahu apa tujuan mereka mengerjakan semua ini. Namun yang jelas ada keuntungan lain yang kan mereka terima dari dalam kontrak kerja sama antara Calder Corp dan perserikatan bangsa-bangsa. Mereka telah menanda-tangani sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa pimpinan Calder Corp akan menjadi salah satu yang diutamakan di saat-saat hal genting sedang terjadi di dunia.
Maka dari itu keluarga Calder tak perlu ambil pusing untuk mengikuti perkembangan konspirasi yang pasang-surut terjadi di media masa pada saat ini.
"Tuan muda, Direktur memanggil anda di ruang rapat bersama."
Sekretaris Dylan yang bernama Jasmine itu mendekati Dylan yang masih berkutat dengan file-filenya. Memberikan pesan yang ditujukan sekretaris ayah Dylan barusan -agar lelaki itu segera menuju ke ruangan yang di maksud.
Dylan Calder kemudian segera bergerak menuju ruang rapat yang perusahaannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedang berada di kepalanya. Mendekati ayahnya yang sedang berdiri dengan raut serius bersama ketiga orang lain di ruangannya. Dylan mengenal mereka semua sebagai perwakilan dari PBB.
"Selamat pagi tuan-tuan. Sepertinya ada hal penting yang ingin kalian bicarakan?" Dylan mengerutkan dahinya saat mereka semua terlihat memasang raut wajah serius.
"Sebaiknya anda yang langsung menjelaskannya. Kami akan menerima keputusan kalian untuk tetap berada di sini, atau menyerahkan sisanya kepada kami."
Salah satu dari anggota PBB itu bersuara. Membuat Dylan langsung melirik ayahnya.
"Kau tahu, nak. Sepertinya kita akan melakukan tugas yang lebih besar."
Burke Calder sebagai pemimpin perusahaan dan ayah dari Dylan itu menepuk pundak putranya pelan, membuat Dylan yang merasakan keanehan di wajah ayahnya menunggu dengan tatapan penasaran.
"Mereka meminta kita untuk mengirimkan beberapa perwakilan perusahaan ke beberapa titik di belahan dunia. Untuk pengerjaan kapal induk itu. Sepertinya akan dibuat dalam skala besar, dan kita harus tetap merahasiakannya."
"Maksud ayah bagaimana?"
"Mereka mengubah proyek ini menjadi misi penyelamatan manusia. Jika memilih keluar, kita bisa kehilangan kursi kita. Kau tahu apa maksud ku, kan?"
Cukup lama Dylan mencerna ucapan ayahnya, sampai dia sendiri hanya mampu berdiam diri di tempatnya saat yang lain memilih untuk mengundurkan diri.
Kalau begitu berarti prediksi yang di buat anonim-anonim tak dikenal di luar sana ternyata benar dan kenyataan pahit tersebut akan segera terjadi sebentar lagi.
***
[ CALDER CORP DAN NASA ]
[ MASA DEPAN UMAT MANUSIA SETELAH HARI INI ]
[ TAHUN-TAHUN MENUJU KEHANCURAN BUMI ]
[ CALDER CORP TEAM DAN KAPAL INDUK TERBESAR ]
[ CALDER CORP X NASA ]
Semakin hari tentu saja berita-berita tak berdasar bermunculan. Menakut-nakuti umat manusia dan membuat keadaan menjadi semakin tidak terkendali.
Dylan menggelengkan kepalanya tak percaya ketika melihat nama perusahaannya di headline besar-besar di seluruh media masa yang ada. Sibuk digaung-gaungkan di televisi maupun siaran berita online lainnya. Membuat keadaan perusahaan tiba-tiba saja menjadi kacau dan tak terkendali karena banyaknya gangguan dari wartawan di luar dan telfon masuk yang tak terhitung jumlahnya.
Sampai akhirnya ayahnya sendiri yang turun tangan dan membereskan masalah tersebut. Keluar bersama sekretaris dan jajaran penting perusahaannya dengan wibawa yang biasa ia tunjukkan. Mencoba untuk menjelaskan semua kejadian dan berita-berita kosong yang terdengar di luar sana agar kembali menjadi tenang.
"Tidak ada apapun yang terjadi selain kami mendesain dan membantu pengerjaan satelite sampai ke tahap akhir. NASA hanya ingin memperbaruhi miliknya dan Calder Corp sebisa mungkin memberikan segala yang terbaik yang kami punya."
Konfersi pers dadakan di depan pintu perusahaan tentu saja menjadi perbincangan seluruh dunia saat itu juga, namun turut mereda seiring waktu berjalan. Orang-orang mulai melupakan ketakutan-ketakutan mereka dan mulai kembali menjalani hidup normal seperti biasa. Walaupun beberapa kali konspirasi-konspirasi yang sama sempat terdengar.
Di depan televisinya, Dylan memperhatikan semua itu dengan helaan nafasnya. Nyatanya semuanya tidak sesederhana itu.
Maka dari itu Dylan memutuskan untuk menelfon ayahnya. Meminta izin untuk setidaknya diberikan waktu bersantai sebentar sebelum hal yang lebih besar mulai dia tangani di kemudian hari.
"Aku akan ke Jepang sore ini. Beberapa hal perlu ku urus di sana."
"Ayah tahu kau hanya ingin bermain, Dy." decakan kecil keluar dari bibir pria itu, membuat Dylan terkekeh kecil membayangkan raut wajah ayahnya. "Aku mengerti. Berjanjilah untuk menjaga diri dan kembali kemari dengan keadaan yang sama."
"Aku janji akan melakukan yang tebaik setelah ini, ayah. Berhentilah terlalu khawatir."
"Hm.. Berhati-hatilah. Kau tahu situasi dimana pun sedang tidak baik, bukan? Bawa lah beberapa bodyguard bersama mu untuk berjaga-jaga. Hubungi ayah jika terjadi sesuatu yang buruk."
"Aku tahu. Sampai bertemu di London, ayah."
***
TBC