Pusat Perhatian

2310 Words
Aula megah kediaman keluarga Lightwood telah dihias sedemikian rupa. Para tamu undangan sudah berdatangan. Sebagian dari mereka adalah alpha dari berbagai pack di benua Greenland. Keluarga Lightwood berdiri di jantung aula. Menyambut tamu yang menghadiri acara mereka. Tidak jauh dari mereka ada sosok pria berambut coklat gelap yang duduk menyendiri dengan seorang pria berdiri di belakang tempat duduknya. Dia adalah Aldebara Blake. Pria paling berpengaruh di benua itu. Pria yang memiliki aura yang sangat kuat. Tatapan matanya selalu membuat nyali orang disekitarnya ciut. Aldebara adalah salah satu alasan kenapa seluruh alpha di Greenland datang ke pesta keluarga Lightwood. Mereka tidak akan berani membuat seorang Aldebara tersinggung. Mereka belum siap menghadapi konsuekensi dari murkanya seorang Aldebara. Semua werewolf menghormati Aldebara. Baik tua maupun muda tidak ada yang berani mengusik seorang Aldebara. Hal itu bukan tanpa alasan, Aldebara adalah hewolf yang telah berjasa dalam menciptakan kedamaian di benua Greendland. Aldebara adalah pahlawan yang telah memimpin perang melawan bangsa penyihir. Selama jutaan tahun lalu terjadi perang antara bangsa serigala dan bangsa penyihir. Dua jenis makhluk abadi ini tidak pernah akur. Mereka terus saja berperang untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Hingga akhirnya seorang yang diramalkan akan menjadi penyelamat bangsa werewolf lahir. Di malam itu, bulan purnama bersinar terang. Semua penguhuni langit menundukan kepala mereka ketika suara tangis bayi terdengar di kediaman alpha Dark Moon Pack. Seorang bayi laki-laki bermata merah menyala yang terlihat begitu agung telah lahir ke dunia. Bayi ini telah dinantikan oleh alpha dan luna pack itu selama 500 tahun. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mendapatkan seorang anak hingga alpha pack itu mendatangi gunung suci dan berdiam diri di sana selama 10 tahun untuk meminta anak pada moon goddes. Karena kesungguhan hati alpha akhirnya moon goddes melepaskan satu sayapnya, mengirim sayap itu pada luna Dark Moon Pack kemudian sayap itu bersemayam di rahim Elza - luna Dark Moon pack. Bayi itu adalah Aldebara Blake. Werewolf yang merupakan bagian dari diri moon goddes. Hewolf yang membawa perdamaian bagi dunia werewolf dan melenyapkan semua bangsa penyihir 20 tahun lalu. "Selamat malam, Tuan Aldebara." Aero, Alpha Moonlight pack beserta Jasmine -Lunanya, memberi hormat pada Aldebara. "Malam." Aldebara membalas singkat. Ia tidak perlu berdiri dari duduknya untuk menghormati lawan bicaranya. Sekalipun lawan bicaranya berusia lebih tua ratusan tahun darinya seperti pasangan di depannya. Semua tamu yang hadir di aula itu lebih dulu menyapa Aldebara dan keluarga Lightwood tidak memiliki masalah dengan itu. Mereka tidak merasa tersinggung sama sekali. Kehormatan yang diperoleh oleh keluarga Lightwood saat ini tidak lepas dari campur tangan Aldebara. Ketika usia Aldebara 10 tahun, ia mengumumkan pada semua orang bahwa ia tidak akan mengambil posisi alpha pack-nya, ia menyerahkan kepemimpinan itu pada Kevyn, beta dari ayahnya. Keputusan yang Aldebara ambil tentu saja sudah disetujui oleh ayah dan ibunya. Alasan kenapa Aldebara tak mau menjadi alpha adalah karena ia tidak ingin terlibat dalam banyak urusan, dan Aldebara benci berada di tengah keramaian. Meski begitu ia tidak melepas tanggung jawabnya sebagai anggota pack itu. Ia yang bijaksana dan memahami banyak hal di usia muda, selalu membantu alpha Kevyn memimpin Dark Moon Pack dan memecahkan banyak masalah. Ia juga selalu menjadi yang pertama melindungi pack-nya dari rouge ataupun pack lain yang mencoba mengusik. Meninggalkan Aldebara yang duduk tenang sembari menyesap segelas anggur, keluarga McKenzie telah masuk ke dalam aula. Keluarga yang terlihat begitu sempurna itu membuat para tamu lainnya berdecak kagum. Beta Steve memiliki wajah tampan yang tidak menua, wajahnya tetap terlihat seperti berusia 40 tahunan padahal saat ini usianya sudah ratusan tahun. Begitu juga dengan Lucy yang tidak menua. Dan dua putri yang kecantikannya sudah terkenal di Greenland. Hampir semua mata tertuju pada keluarga itu. Andai saja tak ada Serra di antara keluarga McKenzie maka tak akan ada kekurangan dalam keluarga itu. Ya, begitulah pemikiran orang-orang yang mengetahui tentang keberadaan Serra dalam keluarga McKenzie. Dan nampaknya mereka tidak akan melihat putri sulung keluarga McKenzie seperti yang sudah-sudah. Aleeya dan Stachie menjadi pusat perhatian begitu mereka datang. Kecantikan mereka membuat para pria berdecak kagum dan ingin memiliki mereka. Tentu saja mereka akan dengan senang hati melepas mate mereka demi salah satu dari putri McKenzie yang begitu tersohor. Sayangnya Aleeya dan Stachie tidak menyukai satupun dari pria yang begitu tertarik pada mereka. Aleeya sudah menyukai seseorang sejak ia masih remaja. Pria yang merupakan mate kakaknya sendiri. Sementara Stachie, dia menyukai seseorang alpha yang saat ini belum hadir di pesta itu. Senyuman merekah terlihat di wajah Aleeya saat matanya bertemu pandang dengan Aaron. Begitu juga dengan Aaron yang membalas senyuman Aleeya. Dua werewolf ini sudah berani menunjukan ketertarikan mereka masing-masing setelah Aaron me-reject Serra. Ya, bagi mereka Serra memang pengganggu penyatuan mereka. "Selamat atas pengangkatanmu, Alpha Aaron." Aleeya memberikan ucapan selamat pada pria yang ia sukai. "Pengangkatanku belum resmi, Aleeya. Kau bisa mengucapkannya lagi setelah penobatan dilaksanakan." Aleeya tertawa anggun, "Baiklah. Aku akan melakukannya lagi, Alpha." Aaron ikut tertawa karena godaan dari Aleeya. Ia sudah mengenal Aleeya sejak kecil, memang hanya wanita ini yang mampu membuatnya merasa senang. Aleeya adalah gadis impiannya. Namun, kenyataan begitu pahit. Ia malah mendapatkan saudari wanita impiannya yang jauh dari kata memuaskan. Untunglah semua mimpi buruk itu telah berlalu. "Hey! Selamat atas pengangkatanmu." Stachie, gadis manis berusia 19 tahun bergabung dalam percakapan antara Aleeya dan Aaron setelah menyapa alpha Kevyn dan luna Pricelia. Aaron memeluk Stachie, "Terima kasih, Stachie." Jika Aleeya adalah gadis pujaan hati Aaron, maka Stachie adalah adik bagi Aaron. Gadis kecil yang suka mengikuti kemanapun ia dan Aleeya pergi. "Apakah aku mengganggu kalian?" Stachie menggoda Aleeya dan Aaron. "Gadis nakal!" Aaron menjentikan jari tengahnya ke kening Stachie. Sementara Aleeya hanya tersenyum menanggapi godaan adiknya. Pintu masuk aula kembali terbuka. Dua sosok pria tampan masuk ke dalam sana. Aura mengintimidasi menguar dari tatapan mata tenang dua pria itu. Mereka adalah alpha dan beta dari Blue Moon pack, Querro dan Alexander. "Ah, pujaan hatimu datang, Stachie." Aaron berbisik di telinga Stachie. Membuat rona merah terlihat di wajah Stachie. "Jangan menggodaku!" Stachie memukul bahu Aaron. "Stachie, jaga sikapmu!" Aleeya memperingati pelan. Saat ini mereka sedang di acara resmi, ia harus memperingatkan adiknya untuk berperilaku pantas. Stachie segera memperbaiki sikapnya. Ia mencuri pandang ke arah Querro yang sudah mengambil tempat. Senyuman memuja terlihat di wajah Stachie, ia berdebar hanya dengan melihat wajah Querro. Para elders telah berbaris di depan semua tamu undangan. Sebentar lagi upacara penobatan akan segera dilaksanakan. Aaron diminta untuk berdiri di tengah-tengah para elders. Tepat sebelum ritual penobatan dilakukan pintu kembali terbuka. Membuat semua orang melihat ke arah pintu untuk memastikan siapa tamu undangan tidak sopan yang datang tepat ketika ritual akan dimulai. Seorang wanita cantik dengan rambut keemasan berbalut gaun berwarna hitam yang begitu kontras dengan kulit porselennya terlihat di tengah pintu masuk. Ia melangkah, suara ketukan hak tingginya terdengar seperti irama indah, seindah wajah wanita itu. Semua mata tertuju pada wanita itu, kecuali Aldebara yang memang tidak tertarik untuk melihat siapa yang datang. Hampir setiap pasang mata terpesona, sejenak lupa bahwa wanita yang melangkah dengan anggun berwajah dingin tapi mengagumkan itu adalah wanita yang pernah mereka tatap dengan tatapan mengejek. Wanita yang pernah mereka jadikan bahan gosip bahkan sebelum mereka melihat wajahnya. Wanita itu berhenti tepat di depan Kevyn dan Pricelia. Membungkuk anggun memberi salam pada penguasa Dark Moon Pack. "Maafkan saya datang terlambat, Alpha, Luna." Ia mengucapkan kalimat penyesalan dengan raut wajah yang membuat orang pasti akan memaafkannya. "Kau belum terlambat, Serra. Silahkan ambil tempatmu." Kevyn tersenyum hangat pada Serra. Serra melirik ke sisi kanan ruangan. Setelah tahu akan ke mana, ia membungkuk permisi lalu pergi mengambil tempatnya. Bahkan ketika ia sudah di tempatnya, ia masih menjadi pusat perhatian. Aaron yang telah membuangnya pun tidak bisa melepaskan pandangannya. "Mate. Dia mate-ku." Luke, wolf dalam diri Aaron me-mind link Aaron. Wolf yang sedang marah pada Aaron karena me-reject Serra tiba-tiba terbangun dari tidur panjangnya ketika ia mencium bau yang begitu memabukan. Bau khas dari Serra, mate-nya. Aaron tidak menanggapi Luke. Ia hanya terus memandangi Serra seperti terkena sihir. Bahkan rasa penyesalan belum mendatanginya karena terlalu terpana akan sosok mengagumkan yang telah ia lewatkan. "Jalang sialan!" Aleeya menggeram pelan. Keduanya tangannya mengepal kuat. Ia yakin Serra sengaja berdandan untuk menarik perhatian Aaron lagi. Tidak! Tidak akan ia izinkan Serra merebut miliknya. Lucy menggenggam tangan Aleeya. Memperingati anaknya agar tidak lepas kendali. Lucy tidak mau anaknya mempermalukan keluarga McKenzie hanya karena pecundang seperti Serra. Hanya Lucy, Aleeya dan Stachie yang mencaci Serra karena penampilan Serra saat ini. Rasa muak terhadap Serra memenuhi diri mereka. Semua orang tersadar ketika salah satu elders bersuara. Mengingatkan bahwa ritual penobatan belum dilakukan. Akhirnya, dengan enggan dan demi menghormati pemilik acara, mata-mata yang tertuju pada Serra harus kembali beralih ke depan lagi. Aaron sendiri telah mengendalikan dirinya. Ia harus segera menyelesaikan ritual penobatannya. Aaron meraih belati yang sudah disiapkan. Ia mengiris telapak tangannya, membiarkan darahnya mengalir dan menetes pada sebuah wadah dari kristal yang telah berisi air suci. Setelah itu Aaron mengucapkan sumpahnya untuk menjadi alpha yang adil, bijaksana dan bisa menjaga pack-nya dengan baik. Sesaat setelah Aaron mengucapkan sumpahnya, suara riuh tepuk tangan memenuhi aula itu. Tanda bahwa ia telah diterima sebagai alpha yang baru. Sementara Aaron masih berada di depan sana. Serra mengalihkan pandangannya, tidak begitu suka melihat wajah pria yang sudah merendahkannya. Tanpa sengaja matanya terkunci pada satu sosok pria yang juga menatapnya. Tubuh Serra terkunci, ia kembali terjebak dalam rasa sesak. Otaknya kembali dipenuhi oleh memori tentang Allard. Serra berharap tidak melihat pria yang mirip dengan Allard lagi tetapi takdir seolah ingin menghukumnya dengan mempertemukannya lagi dengan orang yang ia hindari. Pria itu memutuskan pandangan dengannya, lalu berjalan menuju ke Aaron. Mengucapkan beberapa kata kemudian bersalaman dengan Aaron dan setelahnya pergi. Tatapan mata Serra tidak bisa lepas dari Aldebara. Hingga akhirnya Aldebara kembali membalas tatapannya sekilas dengan tatapan dingin. Lutut Serra terasa lemas. Tangannya berkeringat dingin. Ia merasa hanya ada ia dan pria yang mirip dengan Allard di dalam ruangan itu. Ia ingin menggapai pria itu, tetapi rasa bersalah mengunci pergerakannya. Ia takut, takut jika pria itu akan menyalahkannya karena insiden di masalalu. Hingga sebuah suara akhirnya menariknya kembali ke dunia nyata. Membuat ia tersadar bahwa pria yang ia lihat telah menghilang. "Serra, kau baik-baik saja?" pertanyaan itu membuat Serra akhirnya melihat ke pemilik suara. "Querro?" Ia mengerutkan dahinya. Tak sadar sejak kapan pria itu ada di dekatnya. Querro menatap Serra cemas, "Kau kenapa? Apakah kau sakit? Kau sangat pucat." Serra menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja." "Kau yakin?" "Ya," jawab Serra singkat. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. "Kau mau minum?" tanya Querro. "Aku ambilkan." Tanpa menunggu jawaban Serra, Querro segera melangkah ke meja saji terdekat. Mengambil air putih yang lebih dari kalimat aman untuk Serra. "Minumlah." Querro menyodorkan segelas air putih pada Serra. Serra meraih gelas itu. Ia menenggak air di dalam sana hingga tandas. Tampaknya ia memang kehausan. "Lagi?" Querro menaikan sebelah alisnya. Serra menggeleng, "Cukup. Terima kasih." Jeda sesaat sebelum akhirnya Serra membuka mulut lagi, "Aku harus ke kamar mandi." "Ya, silahkan." Querro membiarkan Serra pergi. Tatapan matanya terus mengikuti kemana Serra melangkah hingga akhirnya Serra menghilang di balik sebuah pintu. Dua kali ia melihat ekspressi sedih di wajah Serra. Dan berkali-kali ia menanyakan apakah Serra baik-baik saja dalam dua kali pertemuan. Entah kenapa Querro merasa sangat terusik karena raut sedih Serra. Apa yang salah denganku? Querro menghela napas pelan. Apakah aku menyukainya? tetapi aku sama sekali tidak mencium aroma memabukan dari tubuhnya yang artinya dia bukan mate-ku. Pemikiran Querro mendadak buyar karena kedatanga Stachie. "Selamat malam, Alpha Querro." Stachie memberi salam pada Querro. Querro melirik Stachie acuh tak acuh, "Malam." "Mau berdansa denganku?" Querro menyipitkan matanya tajam. Apakah ia tampak sangat mudah didekati hingga wanita yang ia ketahui anak beta Steve mengajaknya berdansa? Tanpa menjawab Querro meninggalkan Stachie. Ia tidak akan membuang waktunya dengan berdansa dengan Stachie. Sejujurnya tidak ada yang salah dengan gadis itu, hanya saja Querro tidak menyukainya. Ralat, Querro tidak menyukai semua wanita. Ralat lagi, mungkin ada satu yang ia sukai, Serra. Stachie menggeram pelan. Sial! Kenapa sulit sekali mendekati pria yang disukainya.   ♥♥♥   Serra tidak pergi ke kamar mandi. Ia memilih menikmati angin malam di taman mansion keluarga Lightwood. Ia butuh udara segar untuk menghilangkan sesak yang mebelitnya. "Apakah ini caramu merayu pria setelah aku campakan!" Suara dingin menusuk itu mengganggu kesendirian Serra. Tanpa membalik tubuhnya Serra tahu siapa pemilik suara itu. Aaron. "Apakah kau meninggalkan pesta dansa hanya untuk menanyakan itu, Alpha Aaron?" Serra memiringkan wajahnya, menatap dingin Aaron yang berdiri di sebelahnya dengan raut wajah yang terlihat menahan amarah. Entah apa yang membuat pria itu marah. Serra tidak peduli sama sekali. "Caramu ini tidak akan berhasil, Serra. Wajah cantik tanpa kekuatan tak ada gunanya!" Serra terkekeh geli, "Dan wajah cantik ini berhasil membawamu kemari. Apakah kau menyesal mencampakanku, hm? Sayang sekali, aku tidak akan kembali pada pria yang sama." Aaron mendengus, "Kau berlagak seolah kau akan menemukan pria yang jauh di atasku. Ckck, kau bermimpi!" "Dan kau akan melihat mimpi itu jadi kenyataan." Serra tersenyum angkuh. Ia selalu percaya diri. Ia bisa mendapatkan pria manapun di dunianya kecuali Allard. "Aku rasa kau sudah selesai bicara. Udara di sini tiba-tiba tercemari, aku harus masuk sekarang. Permisi." Serra melangkah meninggalkan Aaron. Dada Aaron bergemuruh. Kenapa sekarang dirinya yang seperti dicampakan. Memangnya apa hebatnya Serra hingga membuatnya merasa seperti ini? ‘Ini semua salahmu, Aaron. Jika saja kau tidak me-reject-nya maka saat ini dia pasti akan bersama kita. Aku tidak mau tahu, Aaron. Perbaiki ini, dan buat dia kembali pada kita!’ Luke, mengancam Aaron. ‘Diamlah, Luke!’ balas Aaron kesal. Luke mengaum keras dalam diri Aaron. Membuat kepala Aaron terasa sakit. ‘Kau akan menyesal lebih jauh jika kau tidak segera memperbaiki ini, Aaron.’ Setelah itu Luke menghilang. Kembali tidur panjang. Aaron ingin meledak. Tidak! Ia tidak akan menyesali apapun. Lagipula tidak akan ada yang mau dengan Serra yang tidak punya kekuatan. Aaron membohongi dirinya sendiri. Nyatanya ia melihat alpha yang paling disegani di benua Greenland mendekati Serra dan berbincang dengannya. Hal yang mengganggu Aaron, tetapi ia tolak untuk akui.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD