***ERVAN*** Kupagut bibir Puspa lembut, terasa panas, tapi aku tidak perduli selama dia mau membalas ciumanku. Kudekap tubuhnya yang mungil dengan satu tanganku, karena tanganku yang lain ada di bawah kepala Puspa. Tiba-tiba Puspa mendorong dadaku pelan, dan berusaha melepaskan ciumanku. "Ada apa?" tanyaku lembut. "Saya susah bernafas, Pak," jawabnya lirih. "Maafkan Aku ya, Sayang, harusnya ...." "Tidak apa-apa, Pak." "Wajahmu pucat sekali Puspa," kuraba pipinya lembut, kurasakan kulit pipinya yang halus membuat jemariku terasa licin saat mengelusnya. Aku tidak dapat menahan perasaanku, rasa sayangku kepadanya yang saat ini memenuhi hatiku. Kukecup ringan pipinya sesaat, terasa hangat di bibirku. Puspa kudengar menggumam dengan nada suara manja saat ia merasakan kecupanku. "Suhu