"Waaah, Pak Dika. Begitu bawa gandengan, dunia serasa milik berdua." Mendengar teguran dari seorang yang tertawa cekikikan di belakangku membuatku dan Mas Dika menggaruk tengkuk kami yang tidak gatal dengan salah tingkah. Seorang yang menegur Mas Dika barusan bukan orang asing untukku, bahkan dia salah satu orang yang pertama aku kenal dari Batalyon Mas Dika. Siapa lagi dia kalau bukan Pratu Doni. Seringkali melihatku menghampiri Rafa di Batalyon saat pagi hari untuk berangkat sekolah saat Mas Dika ada tugas pagi-pagi, membuat Pratu Doni hafal denganku. Dan kini melihat tingkah kami berdua yang seperti remaja terlambat puber membuatnya geli sendiri, bukan hanya Pratu Doni yang geli, beberapa rekannya yang lain pun mengulum senyum melihat tingkah Mas Dika. Bagi mereka yang sering mel