Waktu memang berjalan sangat cepat, perasaan kemarin baru hari minggu, tiba-tiba sekarang sudah hari rabu lagi.
Apakah kalian pernah merasa bahwa pada hari minggu, waktu itu sengaja di perlambat agar kita bisa beristirahat?
Karena Feby berpikir begitu ia memasuki hari senin, hari-hari selalu berjalan dengan cepat.
Dan hari ini sudah jadwal untuk mengajar Elang. Pertama kali ia mengajar Elang, anak itu sudah bisa menguasai dua alfabet yang digabungkan, dan sepertinya hari ini Feby akan meneruskan sedikit alfabet yang belum sempat diajarkan dan mengajari Elang gabungan dari tiga alfabet.
"Sore Elang,"
Sapa Feby begitu melihat Elang yang turun tangga menjemputnya untuk ke atas.
"Sore juga bu guru,"
Aduh...Adem banget di panggil guru.
Cepat-cepat Feby mengikuti Elang dari belakang, dan masuk ke ruang belajar Elang seperti Sabtu kemarin.
"Ibu, sebenarnya Elang pengen belajar menghitung, tapi daddy suruh belajar baca yang benar dulu,"
Feby mendengar curahan hati Elang dengan tersenyum.
"Iya, biar nanti Elang waktu udah bisa baca, kan soal-soal mengitung banyak soal ceritanya juga, jadi daddynya Elang pasti mau Elang kuasain membaca dulu,"
Elang mengangguk-anggukan kepalanya, entah mengapa Elang merasa dekat dengan perempuan di depannya ini.
Walaupun Elang termasuk anak yang ramah, tapi ia hanya sekedar ramah seperti tersenyum biasa, ia tidak benar-benar bisa dekat dengan orang lain.
Tapi dengan Feby? Entahlah.
Elang nyaman dengan gurunya ini.
Waktu jam belajar selesai, baru saja Elang membereskan buku bacaannya dari atas meja ke rak buku pribadinya, tiba-tiba ada suara deru mobil yang di sertai klakson yang membuat Elang kelejitan dan lari menuju lantai bawah sambil berseru.
"Daddy!!! Daddy!!!
Feby hanya mengikuti Elang dengan pelan dari belakang sambil terekekeh kecil, tapi begitu ia melihat pintu rumah itu terbuka dan memperlihatkan pria berjas mahal dan juga dengan wajah tampan yang ia kenal.
Wajah Feby langsung berubah menjadi pucat.
Matilah aku!
Batinnya dalam hati.
....
Di sisi lain, seorang pria Memasuki pekarangan rumahnya dengan rasa yang sudah tidak sabar bertemu dengan anak semata wayangnya.
Sudah dua hari ia tidak bertemu dengan anaknya, dan akhirnya hari ini ia bisa mendengar celotehan anak kecil itu lagi.
"Daddy!!! Daddy sudah pulang!"
Teriak Elang dengan jelas yang sampai ke telinganya, ia memeluk Elang dengan erat.
"Iya, El sudah belajar dengan baik hari ini?"
Lalu sorot mata pria itu melihat ada sosok wanita yang terkejut melihat wajahnya.
Jujur ia sendiri tidak mengenal siapa gadis di depannya ini, tapi pastinya gadis di depannya ini adalah guru private El, dan ya, mata gadis di depannya ini seperti....
Entahlah, ia lupa. Yang jelas terlihat familiar di ingatannya.
"Halo, saya Daddynya El, Leindra Askara Susanto."
Sapa Leindra sambil mengangkat tangan kanan nya untuk berjabat tangan.
Sedangkan tangan kirinya ia pakai untuk menggendong Elang.
Tapi gadis di depannya ini malah ketakutan, dan Leindra jadi bingung, ada apa sih dengan gadis jaman sekarang? Mengapa mereka semua aneh? Jika tidak ketakutan nanti tiba-tiba langsung memukul.
Salah Leindra apa?
"Bu Feby, kok bengong sih, El tahu kok daddynya El itu handsome tapi jangan diliatin terus donk,"
Seketika perkataan Elang membuat Feby malu bukan main.
Dan ia mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar dan mengangkat tangannya juga.
"Saya Feby, guru private nya Elang."
Ucap Feby dengan kaku dan buru-buru melepaskan jabatan tangan dari Leindra.
"Maaf baru bertemu dengan anda sekarang, seharusnya sebagai orang tua, minimal saya harus mengenalkan anak saya terlebih dahulu dan menjelaskan karakter mereka, tetapi kebetulan saya ada pekerjaan pada hari sabtu dan harus meninggalkan Elang,"
Feby hanya mengangguk-angguki kepalanya pelan sebagai tanda 'oalah, begitu.'
"Kalau memang ada sesuatu tentang Elang yang harus dibicarakan bisa telepon saya saja,Permisi ya bu,"
Lalu Leindra pun berlenggang menggendong Elang melewati Feby yang berada di samping mereka.
Feby mengamati bapak dan anak itu dari jauh.
Sedikit ada rasa syukur dalam hatinya.
Dia ga ngenalin aku siapa, syukur deh..
Karena entah apa juga yang akan Feby lakukan jika daddynya Elang mengenali siapa dirinya.
Walau ada sebersit rasa kecewa melihat bahwa pria tampan yang mendekati kata sempurna di benaknya itu sudah memiliki anak dan istri.
Lalu ia juga menyadari bahwa Elang dan Leindra memiliki sifat yang sama.
Ramah, tapi pada nyatanya mereka tertutup.
Dan sekarang dengan lancangnya Feby memikirkan siapa ibu dan istri dari anak dan bapak itu?
Ataukah... Daddynya Elang adalah seorang duda?
Wait...tunggu, telepon dia saja? Memangnya dia kira aku punya nomor hape dia begitu?
Feby sedikit berpikir, dan terlintas saja biodata Elang yang ada di dalam tasnya.
Nama orang tua/Wali: Leindra Askara Susanto / Sonya Anjani Susanto.
Nomor Hp: 08xxxxxxxxxx/08xxxxxxxxx
Setelah itu Feby tidak berniat melihat lebih lanjut biodata itu lagi.
Ya, yang penting rasa penasarannya sudah terjawab dan ia bisa menghubungi orang tua Elang jika ada sesuatu.
Lalu Feby keluar dari rumah ini, dan kembali ke rumahnya sendiri.
Rumah sendiri adalah tempat ternyaman bagi siapapun bukan?
...
"Jadi belajar apa sama ibu...?"
Leindra menggantung perkataannya karena ia lupa nama guru private Elang tadi.
"Bu Feby, Dad. Sebenarnya Dia maunya dipanggil kakak, katanya ketuaan kalo dipanggil ibu. Nama aslinya panjang deh, ada marga-marga gitu."
Jelas Elang pada Leindra.
"Oh, jadi belajar apa?"
Leindra langsung mengalihkan pembicaraan, karena menurut Leindra mau siapapun nama guru private Elang atau mau apapun Elangmemanggil gurunya, itu tidak penting baginya.
Yang ia ingin tahu, apakah guru tersebut mampu mengajar anaknya dengan baik.
"Tadi belajar baca tiga sampai lima huruf digabung, Dad. Kata Bu Feby Sabtu ini El bisa masuk membaca buku cerita,"
Jelas Elang dengan semangat.
"Ah begitu, pinternya anak daddy,"
Ucap Leindra sambil mengusap-usap rambut anaknya dengan bangga.
Ia paham betul kalau kepintaran anaknya ini diatas rata-rata. Dan sepertinya memang ia akan memasukkan kelas akselerasi untuk anaknya ini.
....
Sepanjang perjalanan menuju rumah, entah mengapa Feby memikirkan Daddynya El.
Pria itu adalah pria yang sama yang dua kali ia reflek menggunakan karate.
Pria yang tampaknya baik, ramah dan penolong. Tapi, mengapa begitu ketemu di dalam rumah bisa begitu dingin?
Kenapa pria itu seperti memiliki dua kepribadian?
Ah, tapi sebodoh amat lah. Tak seharusnya ia memikirkan laki orang bukan?
...