Adrian tak bisa berpikir. Saat ini dia merasa dipermainkan oleh wanita yang ada di depannya. Yang sudah memorak-porandakan kehidupannya yang tenang. Harusnya dia masih berada di dalam lingkaran kesedihannya. Masih menyendiri dan tak ingin diganggu oleh siapa pun. Dan harusnya Kirana masih selalu di sampingnya dalam bayangannya. Mata itu menghujam Adrian dengan tajam. Mata yang penuh tekad dan kemauan keras, Adrian bisa melihatnya sekarang. “Aku wanita yang kamu bawa ke tempat tidur. Dan kamu panggil Kirana.” Ucapan itu membuat Adrian membeku. Dia diingatkan lagi kepada kesalahannya. Tapi terkutuklah orang yang berani menyebut Kirana lagi di depannya. Adrian melangkah mundur, membuat jarak antara Pelangi dan dirinya. Dan dia juga merasakan angin malam kini mulai berhembus dan mengirimkan