Entah kenapa Adrian bisa merasa lepas setelah semalam. Dia menangis, sungguh tangis yang belum pernah ditunjukkannya kepada siapa pun. Bahkan bundanya yang sangat di sayangnya itu. Tapi dengan Pelangi dia merasa bisa berbicara dan membuka rahasia kelamnya. Dan kali ini, saat terbangun keesokan harinya dia tak mendapati Pelangi tidur di sebelahnya. Hanya saja ada secangkir kopi yang menguatkan aroma harumnya di atas nakas. Adrian tersenyum saat mengambilnya. Lalu menyesap kopi itu. Rasa yang pas dengan sedikit gula. “Pagi.” Suara Pelangi membuat Adrian mengalihkan pandangannya dan kini melihat Pelangi yang sudah melangkah ke arahnya. Dengan celana selutut, kaos oblong dan juga rambut basahnya. Pelangi terlihat begitu polos, tapi cantik. “Kamu terlambat ikut sarapan. Tapi papa nungguin k