Tak Bisa Lari

1075 Words
Defan terus mencium wanita di bawah kuasanya meski tak ada balasan darinya.Entahlah dia memang menginginkan berada di dalamnya, tapi bukan itu yang mendorongnya melakukan ini,dia tak mau lagi kehilangan Kinan.   "Berjanjilah kalau kamu tak akan meninggalkanku lagi Kinan,"bisik Defan masih mengungkung wanita itu.   "Hiks, aku mohon jangan lakukan itu."   Defan membelai rambut Kinan,lalu satu tangannya lagi meremas bagian depan tubuh Kinan dengan lembut.Kinan menggigit bibirnya menahan dirinya agar tidak mengeluarkan suara yang tak seharusnya ia keluarkan.Bisa Kinan rasakan betapa panasnya nafas Defan yang berada di atasnya.   "Katakan jika kamu tak akan pergi dariku!”bisik Defan lagi.   Kinan menggeleng."Tidak."   "Tidak apa?"   "Tidak,aku tidak akan pergi."   Defan tersenyum puas, lalu ia memagut mesra bibir Kinan lagi. Berbeda dengan ciuman sebelumnya yang begitu rakus kini Defan melakukannya dengan lembut.   "Balas sayang!"bisik Defan lagi di sela ciumannya.   "Hiks, Defan aku mohon."   "Aku bilang balas ciumanku."   Akhirnya Kinan menyerah,sungguh ia ingin memberontak lagi tapi tenaganya sudah terkuras hingga lemas tadi,belum pikirannya yang mulai blang mengingat bayang-bayang masa lalunya.Dengan bibir gemetar Kinan akhirnya membalas ciuman Defan,meski amatir dan kaku,tapi justru gerakan kaku itu membuat Defan tersenyum senang. Kinan tak ahli dalam berciuman itu bisa diartikan jika wanitanya tak sering melakukannya atau bahkan hanya Defan yang pernah menyentuhnya dulu.   Defan akhirnya melepas ciuman mereka lalu merebahkan dirinya di samping Kinan dan segera menarik tubuh Kinan ke dalam pelukannya.   "Hiks ...."Kinan kembali menangis.   "Tenanglah,aku tidak akan memaksamu,kita bisa lakukan itu nanti ketika kamu sama-sama mau seperti dulu."Cup Defan lalu mengecup puncak kepala wanita dalam pelukannya itu.   "Sekarang ceritalah,kemana kamu selama ini?"tanya Defan."aku terus mencarimu tapi tak jua menemukanmu,bahkan saat aku kuliah di luar negeri orangku juga sama nihil, tak ada hasil."   Defan terkekeh."Bagaimana bisa menemukanmu jika hanya foto cupumu yang aku miliki,sementara kamu sudah menjelma menjadi bidadari. Pantas aku tak bisa menemukanmu. "   "Kinan,"lirih Defan,Ia menghela nafasnya."jujurlah, apa yang dulu kita lakukan apakah membuahkan hasil?Maksudku apa kita punya anak?"   Lagi Defan terkekeh."Aku memikirkan hal ini dari dulu,kamu tahu sayang, aku pernah bermimpi bermain dengan seorang gadis cilik yang mirip denganku."   "Jadi apa itu tanda jika kita punya anak?"   Merasa tak ada respon dari Kinan,yang justru hanya terdengar suara deru nafas yang teratur, di liriknya Kinan,dan ternyata wanita itu sudah terlelap."Maafkan aku Kinan, mulai sekarang aku akan menebus apa yang sudah ku renggut darimu dulu."   Cup.... Dengan penuh kayakinan Defan mengecup kening Kinan  begitu lama. Ia lega karena pada akhirnya ia menemukan Kinan. Wanita itu tak dapat mengelaknya lagi.   ...   Pagi harinya Kinan bangun dari tidurnya,tubuhnya benar-benar merasa lelah,matanya terasa begitu berat,perlahan ia menggerakkan tubuhnya berniat turun dari ranjang.   Kinan mengerutkan keningnya saat ia merasakan ada sesuatu yang menahan perutnya, hingga ia memejamkan matanya saat ia teringat apa yang sudah terjadi tadi malam. Dia telah kalah,pola pikir yang ia bentuk susah payah 3 tahun ini semua sia-sia karena pria yang tengah merengkuhnya sekarang.   Perlahan Kinan membalikan tubuhnya, dan pandangan matanya langsung tertuju pada wajah tampan di depannya.Wajah yang tak pernah ia tahu sebelum malam indah 5 tahun lalu, wajah yang telah menghilangkan akal sehatnya hingga ia jatuh dalam pesona itu,membuatnya menjadi wanita bodoh yang dengan mudahnya memberikan mahkota berharganya malam itu.   Sesuatu yang ia sesali sepanjang hidupnya, bukan Defan ini yang ia cintai, dia mencintai sosok Fano. Fano yang ia pikir telah membohonginya selama ini. Fano yang telah mempermainkan hatinya,membuatnya begitu merasa begitu rendah, Kinan yang dulu, tulus mencintai Fano karena ia pikir seseorang seperti Fano lah yang akan menerima dirinya yang jauh dari kecantikan yang seharusnya di miliki oleh seorang wanita pada umumnya.   Perlahan tangan Kinan terangkat dan menyentuh rahang kokoh pria yang kini masih terlihat damai dalam tidurnya, tapi kenyataanya pria itu juga membohonginya, bahkan dengan tampilan Fano,pria itu menolaknya dan menghinanya dulu.   Kinan tersenyum kecut, baginya Defan masih sama,dia menahannya hanya karena kecantikan yang ia tunjukan kini,tetap saja pria itu tak bisa melihat ketulusan seseorang.Dengan hati-hati Kinan melepas pelukan Defan pada pinggangnya,Dia harus kembali menata hatinya.   "Sayang mau kemana?"tanya Defan parau.   Kinan seketika kembali merasa gugup,dan ia merutuki hatinya yang kembali seperti dulu saat dia berhadapan dengan Fano.   "Aku mau bangun,"lirih Kinan sambil menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang hampir polos karena ulah Defan semalam yang merobek gaunnya meski pria itu tak sampai melakukan hal lain lagi.   Defan menahan tangan Kinan."Semalam kamu sudah berjanji tidak akan meninggalkanku lagi. "   Kinan hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban lalu segera ia bangkit dan melilitkan selimutnya melangkah menuju kamar mandi.   Defan menatap pintu kamar mandi itu,satu sisi ia lega karena pada akhirnya Kinan mengakui dirinya, namun satu sisi lagi dia semakin takut kehilangan Kinan. Ia akui semalam dia begitu kasar pada wanita itu, tapi itu semua ia lakukan karena ia benar-benar takut kehilangannya lagi. Andai semalam Kinan mau mengakuinya baik-baik sejak awal dia tak akan melalukan hal itu padanya.   Ceklek... Lamunan Defan terhenti saat di lihatnya Kinan keluar dari kamar mandi dengan bathrobe putihnya.   Kinan sedikit kaget karena ternyata pria itu masih di dalam kamarnya. Ragu-ragu ia menuju kopernya untuk mengambil pakaian yang akan ia kenakan.   "Di mana baju-bajuku?”lirih Kinan saat mendapati koper miliknya kosong.   Defan bangkit dari ranjang dan mendekati Kinan."Pakaianmu sudah ada di lemari lagi sayang,”ujarnya sambil mengusap bahu Kinan.   Kinan sedikit tersentak dengan sentuhan Defan, namun itu hanya sesaat sebelum ia berhasil menetralkan ekpresinya.Tanpa menjawab bahkan menatap Defan, Kinan menuju lemari untuk mengambil pakaiannya.   "Keluarlah,aku akan berpakaian."   Defan tersenyum."Kenapa aku harus keluar? "   Kinan memejamkan matanya lalu ia mengambil pakaiannya dan menuju kamar mandi, sungguh saat ini dia tak mau mengatakan apapun pada pria itu. Hatinya belum siap, pikirannya masih kacau karena ada banyak sekali yang ia pikirkan setelah identitasnya terungkap oleh pria itu karena kelemahan hatinya sendiri.   "Tunggu Kinan,”cegah Defan menahan pergelangan tangan Kinan membuat wanita itu berbalik menghadapnya.   "Ada apa? "   "Kenapa aku merasa kamu begitu dingin padaku?”tanya Defan, ya dia merasa Kinan berbeda.   Kinan menarik nafasnya dalam lalu dengan yakin ia menatap mata Defan."Menurutmu aku harus bagaimana?Kau mau aku tidak pergi kan? Maka aku tidak akan pergi,lagi pula aku membutuhkan pekerjaan ini, jadi aku akan lakukan pekerjaan itu dengan baik. "   Defan menggeleng.”Tidak, bukan itu maksudku Kinan,kamu adalah Kinanku, kita... "   Kinan melepas tangan Defan dari tangannya."Aku memang Kinanti tapi Kinan ini berbeda dari Kinan yang dulu. Kinan si gadis bodoh telah mati, begitupun perasaanya yang tulus pada pria yang telah membohonginya, bahkan menghinanya dulu."Setelah mengatakan itu Kinan segera masuk ke kamar mandi dan meninggalkan Defan yang tertegun mendengar perkataan wanitanya.   "Tidak Kinan, jika itu yang kamu pikirkan,maka biarkan kali ini aku yang mengejarmu. " . . myAmymy
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD