Bersama Sahabat

1468 Words
Fina yang merasa bosan dia pergi ke rumah temannya. Kino dan Semua sahabatnya dari sekolah SMP sudah berkumpul di sana. "Fina… " teriak Virgo berlari ke arahnya. Fina menoleh tersenyum manis padanya. "Ada apa?" tanya Fina datar. Virgo tersenyum menggoda. Bukanya senang. Fina malah meludah di sampingnya. Wanita itu memang terkenal sangat cuek. Meski dia temannya sendiri. Atau bahkan pacarnya sendiri. Sifatnya sangat kasar dan sedikit angkuh. Membuat semua orang yang tidak kenal dengannya. Menganggap jika Fina sombong. Padahal dia sangat asik. "Aku ingin ajak kamu jalan nanti gimana? Kita senang-senang. Lagian sudah lama kita tidak pernah pergi ke club malam." ucap Virgo. "Iya.. Bener, tu. Kita semua kangen dengan kamu yang selalu traktir kita minum." sambung Vivi yang baru saja muncul. Entah dari mana dia datang. "Iya… Kita perlu merayakan kelulusan kita. Sebagai sarjana baru dan menyambut masa depan." saut Gio yang langsung memeluk pundak Fina. "Eh… Kalau soal masa depan. Kalian masih kalah dengan Fina. Keluarganya adalah pemilik perusahaan besar. Dia tinggal kerja di sana. Dan tak perlu susah payah lagi cari kerja." timpal Kino yang tiba-tiba memeluk pundak Fina dari belakang. Membuat tubuhnya tersentak. Fina merasa risih, terus menggerakkan pundaknya. "Udah, deh. Kalian kebiasaan. Meski aku punya perusahaan besar sekalipun. Aku juga tetap ingat sama kalian teman terbaikku." Fina menarik tangan Gio dan Kino di pundaknya. Memutarnya ke menghadap ke depan. "Kalian teman bawelku. Meski aku sedikit jahat pada kalian. Tapi, aku salut pada kalian. Memang kalian semua the best." "Aduh! Aduh!" "Aduh! Aduh!" Rintih Kino dan Gio bersamaan. Mereka hanya bisa menganggukan kepalanya meringis menahan sakit. "Makanya jangan suka peluk orang sembarangan." ucap Virgo. Yang sekarang sedang berdiri memeluk pundak Vivi. Bahkan mereka memamerkan kemesraan mereka di depan Fina. "Kalian sama saja. Apalagi yang baru jadian. Apa kamu gak kasihan denganku. Aku itu ingin sekali tahu rasanya gimana di peluk." Gio melirik ke arah Fina. Mengedipkan matanya berkali-kali. Fina mengangkat tangannya. Menunjukan kepalan tangan kanannya. "Mau ini?" "Eh.. Kalian pernah kecupan?" tanya Fina ragu. "Sini aku cium." saut antusias Gio yang langsung menarik tengkuk Fina. Fina yang terkejut dia mendorong tubuh Gio menjauh darinya. Hingga terpental jauh menabrak seseorang di belakangnya. "Shiitt…" umpat seorang laki-laki dengan setelan jas hitam yang membalut tubuh kekarnya. Kacamata hitam, yang mendukung sekali dengan wajah tampannya. Ukiran wajah yang terlihat sangat sempurna. Fina dan Vivi saling menatap.satu sama lain. Dia tersenyum tipis. Saat melihat anugrah dari Tuhan. Fina dan Vivi tak berhenti terus menatap kagum laki-laki itu. Bibir tipisnya membuat Fina ingin sekali merasakan kecupan darinya. laki-laki itu membuka kacamatanya sekilas. Ia melihat ke arah Fina. Seketika membuat laki-laki-laki itu mengerutkan keningnya heran. "Maaf! Maaf!" ucap Gio pada laki-laki itu. Bukanya menerima maafnya. Dia pergi begitu saja. Membuat tiga laki-laki itu mengumpat kesal. Sedangkan Vivi dan Fina mengedipkan matanya kagum. Menatap setiap langkah laki-laki itu pergi. Virgo menutup wajah Vivi. "Apa yang kamu lihat? Apa aku kurang tampan?" tanya Virgo kesal pada kekasihnya itu. "Kurang!" jawab bersamaan Vivi dan Fina tepat mengarah ke arah wajahnya. Lalu beranjak pergi lebih dulu masuk ke dalam mobil. Tiga laki-laki itu saling melihat satu sama lain. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya. "Apa kita kurang tampan?" tanya Gio. "Sepertinya begitu? Dia pakai jas jadi keren." timpal Virgo. "Sudah, ayo masuk!" saut Vivi menarik tangan Virgo dan Gio masuk ke dalam mobilnya. "Memangnya dia lebih tampan dari kita?" tanya Gio lagi yang masih penasaran. "Sudah, jangan bahas itu lagi. Kita tampan menurut porsi kita masing-masing." umpat Kino. Semua mata tertuju pada Kino. "Tumben kamu bisa bicara seperti itu? Sok bijak!" kata Fina. "Memang dia tampan!" sambung Kino. Plakk… Virgo yang merasa kesal dia menampar kepala belakang Kino. "Lebih tampan aku kemana-mana. Dia hanya menang jas hitam dan kaca mata hitam. Kalau kita sudah bisa bekerja seperti dia. Pasti jauh lebih tampan." Virgo segera mengikuti kekasihnya masuk ke dalam mobil. Kali ini mereka memang naik mobil Virgo. Dan berjalan menuju ke sebuah klub yang tak jauh. Fina melirik jam tangan coklat yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam sudah menunjukan pukul lima sore. "Masih sore, kamu yakin mau clubbing?" tanya Fina memastikan. "Kita main billiard dulu." sambung Gio yang duduk di belakang bersama dengan Fina dan Kino. Dengan posisi duduk Fina di tengah. Fina menyandarkan kepalanya di bahu Kino. Membuat Gio merasa iri. Dia menarik kepala Fina ke bahunya. Kino menarik lagi kepala Fina di bahunya. Wajah mereka sangat dekat, bahkan bibir mereka hampir saja saling bersentuhan. "Udah-udah. Sekarang aku mau tidur. Tapi kalian ganggu aku. Kalau begitu kalian diam saja di sini." Fina membaringkan tubuhnya di atas paha Gio dan Kino. ia tidur terlentang membuat Gio dan Kino seketika menelan ludahnya bersamaan. Gimana tidak. Dua benda seksinya itu tepat di bawah mata Gio. Dan kedua paha mulus yang terekspos bebas itu tepat di pandangan mata Kino. "Udah? kalian adil. Bisa melihat tubuh Fina." goda Vivi yang duduk di depan samping Virgo. Meski ke dua mata Virgo fokus pada jalan di depannya. Tapi tangan kirinya berkeliaran menyentuh tubuh Vivi. Dan seketika dapat tamparan keras olehnya. "Kamu bawa nyawa orang banyak. Jangan teledor saat menyetir mobil." pekik Vivi. Sampai di sebuah clubbing. Vivi dan Virgo masuk lebih dulu ke dalam. Sedangkan Kino dan Gio saling menatap. Dia tak berani menyentuh tubuh Fina yang masih tertidur di atas pahanya. "Kamu bangunkan dia." ucap Gio. Kino hanya diam, menatap wajah Gio. "Kamu saja, nanti dia marah padaku." jawab Vino takut. "Kalau dia marah gimana?" lanjutnya. "Gak mungkin dia marah." jawab Gio lagi. "Kalau gak marah apa? Cuma takut aja?" lanjut Kino yang mencoba untuk menurunkan kaki Fina di atas pahanya. Kulit lembut dan kenyal itu membuat Kino tak bisa nafas seketika. Dia tersenyum senang menatap kedua telapak tangannya. "Kenapa kalian membangunkanku?" tanya Fina. "Kita sudah sampai." ucap Gio. Fina beranjak duduk seketika. Kedua matanya masih tertutup rapat. Ia mengusap kedua matanya berkali-kali. "Cepat kalian keluar." ucap Fina mendorong tubuh Gio keluar lebih dulu dari mobilnya. Mereka segera keluar dan langsung masuk ke dalam ruang billiard. Dan seperti biasa sang Queen bagi para laki-laki itu mulai beraksi. Fina bermain biliard dengan sangat lihainya. Hingga pandangan seorang laki-laki yang gak dikenalnya tertuju padanya. "Jangan sampai salah bidik." ucap Kino. memegang kedua tangan Fina yang sudah siap untuk menentukan subjek ball. Dengan tangan memegang stick billiard. Fina menoleh saat dia merasakan hembusan nafas berat Kino tepat di pipinya. Kedua mata mereka saling tertuju. "Aku akan ajarkan kamu lagi gimana membidik tepat sasaran pada bodal di depan kamu itu." bisik Kino. Dia menyodok ball itu hingga beberapa masuk seketika. Dan Fina hanya diam, ia mengikuti setiap tubuh Kino pergi. Hingga kedua tubuh mereka saling berhadapan. "Lihatlah lagi caraku main," ucap Kino. Yang mulai memegang stick. Dan bersiap untuk menyodok ball yang kedua kali ini. Tubuh Fina terdorong ke belakang, tubuh ini perlahan membungkuk. Membuat tubuh Fina terpojok di atas meja biliard. Virgo dan Vivi yang melihatnya tersenyum tipis. "Lihatlah mereka, romantis." ucap Vivi menyenggol lengan Virgo. "Kamu mau seperti itu?" tanya Virgo menatap ke arah Vivi. "Mau, tapi lebih romantis dari mereka." goda Vivi. Sedangkan Kino tak hentinya terus bertindak romantis pada Fina. Tubuh mereka saling menempel. Kedua mata mereka saling memandang di atas meja biliard. Meski banyak orang yang melihatnya seperti sepasang kekasih yang sedang di madu cinta. Kino menunjukan berbagai aksinya. Sembari menggoda wanita cantik idamannya itu. "Kamu sangat cantik!" ucap Kino lirih. Memegang dagu Fina sekilas. "Dasar tukang membual!" pekik Fina. Menarik sudut bibirnya sinis. Mereka segera menyudahi bermainnya. Selesai billiard. Mereka pergi clubbing seperti biasanya. Fina minum sudah habis beberapa gelas whisky. Dengan mata menatap ke arah Kino dan Gio. Dia tersenyum. Lalu menyadarkan kepalanya yang terasa pusing di atas bahu Gio. "Aku mau minum lagi." ucap Fina. Tubuhnya yang hampir jatuh. Dengan segera Gio mendepaknya. Dan menariknya untuk duduk semula di sampingnya. mereka menghabiskan beberapa whisky. Hingga menikmati musik dj sejenak. Sementara Kino dia hanya diam saja. Menjaga Fina dari belakang. Berbeda dengan yang lainya. "Aku yang nyetir." ucap Fina meraih kunci mobilnya. "Gak! Fin. Kamu masih mabuk. Jangan ceroboh!" ucap Kino meraih kunci mobilnya. "Aku bilang aku yang nyetir." ucap Fina kesal. dia meraih kunci mobilnya dari tangan Kino. Dia yang tak bisa mendapatkan kunci, seketika membuat tubuhnya menekuk tangan Kino. Kino yang terlihat sangat gugup. Dia tak sanggup lagi menatap wajah Fina. Hingga membiarkan begitu saja kunci itu berada di tangan Fina. "Nah! Udah, aku saja yang nyetir. Vivi dan Virgo sudah tak sadar. Apalagi Gio." gumam Fina. Fina membalikkan badannya. Dengan segera Kino menarik tangannya. Mendorong tubuhnya Fina tepat menyandar di pinggiran mobilnya. "Kino.. Apa yang kamu lakukan?" tanya Fina. Saat dia Kini mulai b*******h menatapnya. Seorang laki-laki berjalan melewati mereka Menatapnya sekilas dan seketika acuh melihatnya. Fina yang merasa malu. Dia segera masuk ke dalam mobil. "Fina… Kita belum selesai tadi." ucap Kino, yang tiba-tiba menarik tubuh Fina. Dia mengecup lehernya tetapi di tepis begitu saja olehnya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD