Prolog
Sebuah kecelakaan yang tak terduga membuat Fina merasakan trauma mengendarai mobil. Dia begitu terpukul atas kejadian itu. Kecelakaan yang kini membawanya ke dalam jurang penyesalan dan semakin masuk semakin dalam penderitaan yang akan di mulainya. Atas kesalahan yang dia lakukan. Dia harus menebusnya dengan menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya.
Iya, dia hanya bertemu satu kali tak sengaja dengan laki-laki itu. Pernikahan itu bukanlah keinginannya. Tetapi, paksaan dari laki-laki yang telah dia sakiti hatinya. Dia sadar dirinya salah. Dan sanggup menebus semuanya. Meski dirinya jadi taruhannya. Hanya karena kekasihnya yang akan dinikahi laki-laki itu meninggal di tabrak oleh Fina hingga meninggal di saat 3 hari sebelum hari pernikahannya dimulai. Fina harus menebus dan menggantikan sang calon mempelai wanita untuk bersanding dengan laki-laki yang terlihat sangat kejam di depannya.
***
Fina Lyliana wanita yang lahir dari keluarga kaya. Dia terkenal dengan sifatnya yang angkuh, Arogan, sombong, dan pastinya dia sangat cantik. Dia dijuluki seorang Queen di kantornya. Karena tidak hanya kaya, dia adalah pewaris tunggal perusahaan IDC group. Fina wanita yang tidak mudah bergaul dengan orang baru. Tapi keangkuhan dan kesombongannya dipatahkan oleh satu orang laki-laki yang membuat hidupnya menderita. Meski orang tuanya menolak dan akan menebusnya dengan uang. Tetapi, semua terlambat. Pernikahan itu tetap dilaksanakan. Dan dia menggantikannya agar bisa bebas dari penjara. Wanita yang semula di manja. Mulai hidup mandiri dengan keterbatasan kemampuan yang dia miliki.
Fina, menikah dengan seorang laki-laki tampan bernama Bagas Ankara, pemilik perusahaan AKA yang kini jadi pesaing perusahaan ayahnya. Dia laki-laki tampan, dan sangat baik. Tapi, kebaikannya berubah menjadi rasa dendam yang mulai merasuki dirinya. Saat tahu jika tunangannya meninggal di tabrak olehnya. Dirinya semakin membara di saat Bagas menatap wajahnya.
Pernikahan berjalan dengan sempurna. Tetapi berbeda dengan hati Fina. Dia masih merasa sangat takut. Dia tidak berani berkata apa-apa lagi. Orang tua Bagas sama sekali tidak suka padanya. Sementara, orang tua Fina sangat menyambut baik Bagas. Setelah menikah, mereka tinggal di rumah yang memang sudah disiapkan Bagas. Tanpa pembantu, dan Hidup mewah guna berubah drastis. Dia seakan jadi pembantu di rumahnya sendiri.
Perlakuan kasar Bagas terus dia terima. Bentakan kerasnya. Dan, hubungan yang kasar. Meski begitu dia hanya bisa diam. Apapun yang dilakukan Bagas. Dia adalah suaminya dan tidak mau membantah apa yang dikatakan laki-laki itu.
Hanya karena dia ingin menghancurkan hatinya juga. Sama seperti dia yang sudah tega membunuh kekasihnya dalam sebuah kecelakaan. Bahas rela melakukan apa saja membuat Fina menderita tanpa ampun. Menyakiti hatinya, bermain wanita, kasar, Arogan. Dan sifat dingin yang membekukan Fina.
Semua terjadi karena Fina yang ada dalam masalah dengan keluarganya. Dia merasa kesal tidak pernah sama sekali diperhatikan oleh keluarganya. Merasa tidak ada yang mau bicara dengannya. Fina memberi tahu semua temannya agar menemaninya pergi ke sebuah club malam untuk menemaninya menenangkan pikiran.
--...---
7 Minggu sebelum pernikahan.
Fina sudah dua hari tidak pernah melihat orang tuanya. Merasa bosan dengan kehidupannya. Fina menghubungi teman-temannya. Seperti biasa pergi di club malam dengan laki-laki yang sangat dia cintai. Meski belum mengungkapkan perasaannya. Dia merasa sangat yakin jika dia juga suka padanya.
Seperti biasa dia pulang selalu dalam keadaan mabuk. Wanita itu merasa lega melupakan semuanya dengan minuman. Meski dia tahu itu salah. Tapi, dia hanya ingin dapat perhatian dari orang tuanya.
Fina berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumahnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
"Bi… Papa kemana?" tanya Fina sedikit kesal. Dia melemparkan tas hitam bermerek miliknya di atas sofa. Melepaskan sepatu high heels di samping, lalu menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Semuanya masih pergi ke luar kota non." ucap bi Inem yang puluhan tahun ikut dengannya.
"Mereka selalu saja menyerahkan perusahaan itu sendiri. Sedangkan mereka pergi ke luar negeri tanpa memberitahu aku sebelumnya." geram Fina menghela nafasnya kesal.
Fina merentangkan kedua tangannya di atas sofa. Mencoba menenangkan pikirannya.
"Bi.. Kapan mereka berangkat?" tanya Fina lagi.
"Baru saja non. Mereka bawa dua koper besar." jawab bi Inem gugup. Dia berlutut di depan Fina.
"Bi.. Berdirilah. Tidak ada yang meminta kamu duduk." tajam Fina judes.
"Sebenarnya mereka mau ke luar negeri berapa hari. Atau mereka pindah ke sana." Merasa sangat kesal, Fina bangkit dari duduknya. Dia meraih tas, melangkahkan kakinya pergi. Tanpa pedulikan bi Inem yang sudah berdiri menunduk mencengkeram jemari tangannya.
Braakk…
Fina menutup pintu kamarnya sangat keras. "Kenapa mereka tidak pernah sama sekali pulang menatapku. Atau bahkan makan bersama." gumam Fina. Melemparkan tas chanel berwarna hitam ke atas ranjangnya. Dia berjalan sempoyongan, hingga berbaring tengkurap di atas ranjang.
"Kalau aku punya masalah? Apa mereka akan peduli?" tanya Fina.