1

870 Words
"Ya Allah capek banget ya rasanya !!!" aku dengan segala keribetan yang selalu membuatku geleng -geleng kepala sendiri. Banyak yang bilang aku ini terlalu lugu dalam berteman, jadi sering dimanfaatin demi keuntungan mereka- mereka itu "Lu yang bikin semua ini jadi ribet....apa salahnya coba lu minta tolong atau bagi - bagi tugas lu ke anggota kelompok lu" jawaban ketus dari Sania yang selalu to the point kalau ngomong. "Yah mau gimana lagi gue, udah terlanjur begini, kelompok gue enggak ada yang aktif, kalau semuanya diem yang ada malah gue juga yang enggak dapat nilai...Panjang kan urusannya" ucapku sambil meneguk minuman kaleng dingin. " Terus apa yang Lu dapet dari rasa enggak enakan itu? keenakan noh temen-temen lu yang sekelompok sama elu!! terus tugas mereka ngapain coba??Kan ini tugas kelompok bukan individu!" ketus Sania sambil meminum minuman kaleng yang sama seperti punyaku. Kami memang sedang beristirahat di depan Mini Market selepas kami dari keliling mencari bahan - bahan untuk tugas praktek di Sekolah. Aku mengangguk - anggukkan kepala ku , menelaah apa yang di ucapkan oleh Sania. Aku sebenarnya sadar akan kelemahanku ini, yang selalu merasa tak enakan, merasa sungkan, sebenarnya tidak ada yag salah dari sikap itu ,kalau aku pandai menempatkannya. "Kenapa hanya ngangguk-ngangguk aja lu? udah mulai sadar?? gue heran sama lu dah Ran, Lu itu pinter, selalu juara kelas pula, tapi kenapa hal- hal kayak gini, lu bisa- bisa nya di begoin sama kelompok lu sendiri" aku tidak memotong omongan Sania, karena aku merasa apa yang di katakan Sania emang ada benarnya. Sania ini adalah tipe orang yang kalau ngomong blak-blakan, ketus dan seolah - olah mulutnya itu jahat banget, tapi percayalah ,dia itu baik banget. Bahasa cinta nya dia itu dengan cara bicara blak-blakan begitu. "Iya Sania sayang..tangkyu ya selalu ngingetin gue, Support gue...muach..muach" ucapku sambil mengecup angin ke arah Sania. "Kalo di pikir -pikir bener juga ya apa yang lu bilang ,San.Setelah ini gue share dah pembagian tugas di Wa group. Terserah mereka mau nanggapinnya gimana."jawabku sambil kipas - kipas pake buku yang aku ambil dari tas sekolahku.. "Kenapa lu baru bertindak sekarang sih Ran...harusnya dari awal sejak anggota kelompok diumumin dan eu ditunjuk sebagai ketua kelompok lu harusnya udah bagi - bagi tuh tugas ke kelompok lu!!"sungut Sania sambil melotot matanya. Dia udah kayak emak yang lagi ngomelin anaknya aja, kalau udah gini pasrah deh aku ngedengerinnya. "Namanya juga berproses, San, yah mohon dimklumkan" Balasku ke Sania, dengan gerakan ceppat da memutar bola matany seolah dia bosan dengan sikapku dalam bertindak. Aku dan Sania memang tidak sekelas ,makanya dia ngoceh - ngoceh terus ngeliat aku yang selalu mengalah dan kurang tegas terhadap orang - orang yang sengaja memanfaatkanku.Aku sangat sadar akan sifat ku, Sania lah yang selalu memotivasi aku untuk bersikap tegas, maksudnya Tegas bukan berarti bertindak semena -mena, namun adakalanya apa yang harus dikatakan tidak maka katakanlah tidak, begitupun hal lainnya. Aku mencoba untuk merubahnya , walaupun bisa dibilang merubahnya dengan lambat itu menurut penuturan Sania. 'Pulang yukkk dah sore nih" ku ke Sania dengan melihat jam yang ada di pergelangan tanganku. "Kuy lah . Lu pulang nya gimana? mo bareng sama gue? " "Gue naik ojek aja,San. Kan kita enggak searah, entar yang ada lu malah muter jauh kalau nganter gue dulu" rumah kami memang berlawanan arah, Jadi emang yang terbaiknya aku naik ojek aja. "Oke kalo gitu gue tunggu sampe ojek lu datang ya".Jawab Sania sambil membereskan barang -barang bawaannya "Terimakasih cintaku..hunny bunny ku,,,,,muachhh,,muachhh".balasku dengan gaya genit dan kecentilan membuat Sania bergidik geli. "Geli dah gue liat gaya lu"balas Sania diiringi tawa kami secara bersamaan. Konyol bukan? tapi inilah pertemanan kami. **** Sebelumnya mari Perkenalkan aku Rania Eka Wijanarko, aku anak pertama dan mempunyai satu adik laki- laki yang bernama Reino Dwi Wijanarko. Aku hanya dua bersaudara. Aku sekarang masih sekolah di Sekolah Menengah Atas di SMA Perintis yang merupakan sekolah favorit di kota ku, Sedangkan adik ku Reino masih duduk duduk dibangku SMP yang sekarang sudah kelas sembilan. Kami hanya berselisih dua tahun saja. Dan Sahabatku yang paling blak-blakan dan paling care sama aku namanya Sania Anggun.Kami berteman sejak kelas delapan dibangku Sekolah menengah pertama berlanjut hingga sekarang. Aku berharap kelak pertemananku berjalan dengan baik tanpa ada pertikaian yang berakibat fatal. **** "Assalamualaikummmm.......mam...mam" sesampainya aku di rumah, aku memanggil mama, tanpa lihat sekeliling, Menjadi kebiasaanku yang selalu mendapat omelan dari mama sebagai jawabannya. Rasanya ada yang aneh aja kalau pulang ke rumah belum ketemu dengan mama. "Waalaikumussalam...mama di dapur kak" Aku langsung menghampiri mama dan mencium punggung tangan mama sambil memperhatikan apa yang dilakukan mama, "Mama masak apa? wangi aromanya sungguh menggoda " ucapku sambil menghirup aroma masakan mama. Mama menggelengkan kepalanya pelan sambil senyum ke arahku. "Mama masak rawon Kak. Ini tumben kakak jam segini baru pulang?" "Tadi kakak kan udah ngabarin mama lewat Wa mam!" "Oh..iya ya kak, maaf mama lupa kak!! ya sudah sana mandi dan istirahat dulu sebentar. Kalau sudah berkurang capeknya bantuin mama ya kak, ini mama masih belum selesai masaknya.Nanti ada temen ayah yang adatang kerumah salnya kak." Ucap mama yang masih berkutat dengan bahan -bahan masakan di bantu sama Bibi. "oke mam, aku ke kamar dulu ya mam !! nanti aku turun lagi bantuin mama" balasku dengan mengayunkan kaki ke tangga menuju kamar ku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD