PART 1

2834 Words
Malam ini akan diadakan sebuah pesta reuni di sebuah hotel bintang lima. Acara ini diselenggarakan oleh para alumni SMA Praba, dua angkatan. Dan sosok gadis yang menjadi pemeran utamanya akan hadir, Sasa Zamora. Mungkin dua malam yang lalu, Sasa tidak sanggup menyaksikan lebih lama pertunangan antara laki-laki yang begitu ia cintai dengan orang lain, bukan dirinya. Penantiannya yang begitu lama ternyata berakhir tak sesuai ekspektasi. Sasa Zamora. Gadis cantik yang kini telah sukses menjadi seorang Designer. Ia benar-benar serius melanjutkan studinya di Berlin, Jerman, beberapa tahun lalu. Untuk menyetarakan langkahnya dengan sang kekasih yang dulu bercita-cita menjadi seorang dokter. Tapi nyatanya, kekasihnya yang bernama lengkap Rafandra Ganendra itu, malah menjadi seorang direktur utama atau CEO di perusahaan GND Group. Perusahaan di bidang properti, pemasaran, dan di bidang lainnya, yang memiliki cabang di mana-mana. Sasa baru mengetahuinya sejak berselancar di media sosial selama setahun terakhir. Sebelumnya ia tidak pernah aktif di sosial media karena begitu ambisius untuk menyelesaikan pendidikannya dengan cepat, dan ya... Ia mendapatkan hasil yang memuaskan. Sasa langsung diundang oleh salah satu owner merk desain ternama untuk ikut berpartisipasi di perusahaan terkenal itu. Namun Sasa menolaknya dan memilih mengabdi di Indonesia, tanah kelahirannya. Tapi apa yang ia dapatkan kini? Berniat happy menghadiri hari bahagia sahabatnya, ia malah mendapati sahabat serta kekasihnya, saling bertukar cincin dengan wajah bahagia. Ya, gadis yang bertunangan dengan kekasihnya itu adalah sahabat Sasa sejak dua tahun lalu di Berlin. Oh tapi tenang saja. Sasa bukannya mengenal Rafa selama beberapa bulan saja. Sasa tahu gerak-gerik yang diciptakan Rafa. Laki-laki yang dingin pada orang lain dan sangat kaku, bahkan pada kekasihnya sekalipun. Mungkin semalam Sasa akan terlihat sangat lemah karena berlari pergi dengan menangis. Tapi tidak untuk hari ini. Sasa menebalkan wajahnya hanya untuk.... Merebut miliknya kembali. Terdengar dengusan pelan dari seseorang yang menemaninya malam ini. Sahabat sekaligus rekannya yang ia tunjuk langsung agar menjadi asisten pribadinya selama berkecimpung ke dunia bisnis. Valensia Nandalia, atau lebih dikenal dengan panggilan Nanda. Meskipun Nanda lebih tua setahun di atas Sasa, tapi mereka selalu bertingkah layaknya sebaya. “Lo yakin, Sa?” Entah ke berapa kalinya Nanda melontarkan pertanyaan itu. Dan jawaban Sasa tetap sama. “Hm. Gak boleh kalah di sini, dong.” Nanda menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia akhirnya mengalah dan beralih merangkul lengan Sasa. “Oke. Ayo masuk!” Ah ya. Undangan untuk acara reuni SMA Praba ini, Sasa tahu dari postingan salah seorang teman sekelasnya dulu. Astrid. Kekasih dari Vino, sahabat SMP Sasa sekaligus cinta pertama Sasa. Namun perasaan Sasa bertepuk sebelah tangan, kemudian ia bertemu Rafa. Laki-laki yang tak menyerah mencoba merebut hatinya. Rafa berhasil. Karena hingga kini, Rafa masihlah pemilik hati Sasa. Sasa melirik Nanda geli. Padahal tadi Nanda yang selalu terlihat ragu. Lihatlah gadis itu sekarang! Malah dia terlihat paling semangat. Sasa memang mengajak Nanda untuk menemaninya malam ini, meskipun Nanda bukan dari SMA Praba dulunya. “Tapi inget, Sa! Si Syela gak tau apa-apa loh, tentang hubungan lo sama Rafa sejak dulu,” pesan Nanda mengiringi langkah kaki mereka. “Syela baru dua tahun temenan sama gue. Jadi dia gak tau apa-apa soal masalah percintaan gue lah,” gumam Sasa tenang. Meskipun sejujurnya, Sasa merasakan sesak di d**a. Mengingat jika ia akan kembali melihat Rafa menyentuh tangan gadis lain. “Sasa?” Atensi kedua gadis itu langsung terfokus pada seorang pria yang tiba-tiba menghampiri mereka dengan menyebut nama Sasa. “Lo?” Mata Sasa membulat. “Vino?” sambungnya pelan. Mereka tidak pernah bertemu sudah enam tahun lamanya. Semenjak Sasa dekat dengan Rafa dulu, Vino maupun Sasa mulai jarang berinteraksi. Jangankan berinteraksi, bertemu pun hampir tidak pernah. “Lo sendiri? Gak sama Astrid?” tanya Sasa dengan wajah datar. Vino terkekeh canggung. “Gue udah putus sama dia. Udah lama malah,” jawab Vino tersenyum. Sasa mengangguk mengerti. “Em.... Kalo gitu--- Nanda?” Sasa terkejut ketika tidak melihat keberadaan Nanda di sekitarnya. Hanya ada Vino. “Lo ngeliat cewek di samping gue tadi gak?” tanya Sasa cepat pada Vino yang sontak mengangguk. “Iya. Dia udah masuk duluan. By the way, gue baru liat temen lo itu.” Sasa mendengus pelan. “Temen gue. Dia bukan dari SMA Praba. Cuma gue ngajak dia supaya ada temen aja.” “Lah, terus Raf---“ “Masuk, yuk! Mau bareng gak?” Sasa langsung menyela pertanyaan Vino yang akan membawa nama Rafa. “Oke. Ayo,” ajak Vino mengurungkan niatnya yang ingin menanyakan perihal Rafa. Begitu mereka berdua masuk di dalam aula tempat pesta terlaksana, mata mereka langsung menemukan ada banyak orang di sana. Pesta ini memang terkesan bebas tapi juga ada kesan formalnya. Mata Vino melihat ke meja bagian pojok. Tepatnya ditempati oleh inti Antranos gen 3 serta pasangan masing-masing, ah kecuali seseorang yang menjomblo. Antranos adalah geng motor yang telah berdiri beberapa tahun lalu. Diketuai oleh Zergio yang merupakan suami dari saudari kembar Sasa. Ah ya, Sasa memiliki saudari kembar yang terpisah sejak bayi. Mereka bertemu saat sama-sama berusia 17 tahun. Kemudian anggota inti pertama sekaligus wakil ketua, Rafa, kekasih Sasa sejak SMA. Angga, Agra, Bryan, Azka, dan si konyol Fano. Tapi yang membuat Vino kaget adalah keberadaan seorang gadis asing di samping Rafa. Seingat Vino, Rafa merupakan kekasih Sasa sejak masih sekolah. Vino masih ingat jelas saat dulu Rafa pernah sampai berbicara berdua dengannya hanya untuk meminta Vino secara baik-baik agar menjaga jarak dari Sasa. Vino memang belum tau perihal pertunangan Rafa. Ia begitu sibuk hingga tak begitu aktif di media sosial yang sempat menayangkan berita hangat tentang pertunangan pengusaha muda, putra keluarga Ganendra. “Sana bukannya.....” Ucapan Vino tak berlanjut saat tiba-tiba saja tubuh Sasa diterjang pelukan oleh lima orang perempuan cantik. “Sasa!” seru kelima gadis itu serempak. Karena suasana yang ramai, jadi mereka tidak khawatir akan volume suara mereka. Lagipula suaranya teredam karena adanya musik yang diputar. Sasa tersenyum. Ia tidak marah karena sahabat-sahabatnya sejak SMA ini tak memberitahunya tentang Rafa. Karena memang Sasa sendiri yang tidak mau mendengar. Ia ingin langsung mendengar dari Rafa, mengenai alasan pria itu memutuskannya dan menghilang. Tentang sahabat Sasa. Yang pertama adalah Riana. Sahabatnya sejak SD, yang begitu cerewet. Riana adalah kekasih Angga. Kemudian Ghea, suadari kembar sekaligus sahabat baginya. Istri dari Zergio dan telah dikaruniai dua orang anak--Ya, mereka menikah muda. Alexa yang merupakan kekasih Bryan, Vela yang adalah kekasih Agra. Serta Claretta yang merupakan istri dari Fano. Mereka telah dikaruniai seorang putri. “Udah udah,” lerai Sasa melepaskan pelukan mereka. “Maaf ya, Sa. Kita bukannya gak mau ngasih tau lo tent---“ “Gapapa. Gue ngerti. Lagian kan itu permintaan gue sendiri.” “Gabung ke meja kita ya?" Ketika Sasa mengedarkan pandangan ke sekeliling, terutama ke arah meja yang ditunjukkan teman-temannya. Mata Sasa langsung bersibobrok dengan mata tajam milik laki-laki yang dulu selalu memusatkan pandangan padanya. Rafandra Ganendra. Di samping laki-laki itu ada tunangannya, Gisyela Annamaria. Teman-teman semasa SMA Sasa susah ada di sana, termasuk saudari kembarnya. Ghea, sahabat kembar Sasa itu melambaikan tangannya memanggil Sasa untuk menyusul ke meja tersebut. Gadis cantik berusia 24 tahun itu mengajak Nanda yang kembali bergabung padanya, dan berjalan ke sana. Sasa berjalan dengan dagu yang terangkat, memperlihatkan aura gadis itu yang elegan. Setiap langkah yang Sasa ambil, matanya tetap berkontak dengan kekasih—ah atau perlu kah ia mengklaim laki-laki itu sebagai mantan kekasih? No, no! Sasa tidak akan membiarkannya. Pria tampan itu, adalah miliknya. “Sasa!” Senyum tipis tersungging di bibir tipis gadis yang namanya baru saja disebut dengan bahagia. “Hay, sorry semalam gue gak nyapa dan malah ngacauin pertunangan lo. Gue ada urusan mendadak,” ucap Sasa saat Syela memeluknya, sebagai bentuk sapaan. Syela menggeleng. Gadis ceria itu tak mempermasalahkan. “Gapapa, Sasa. Lagian kamu emang kemana semalam? Kaya buru-buru banget. Soal kekacauan itu gapapa. Lagian kan kamu nya gak sengaja ngacauinnya, iya kan, Sa?” Syela tidak tahu, jika selama ia berbicara panjang lebar, tunangannya itu bukan menatapnya, tapi malah menatap sosok gadis yang berdiri di depan Syela meskipun tangan laki-laki itu memang melingkari pinggangnya seolah posesif. Sasa tersenyum tipis. “Hm, thanks Lo gak marah.” Gue emang gak sengaja semalam, Syel. Tapi gak tau nanti." Syela hanya tersenyum, tak begitu mengerti. “Oh iya, Sa. Kenalin, ini kak Rafa tunangan aku. Kak Rafa, ini Sasa sahabat aku waktu di Berlin. Oh iya, Sa. Kamu ternyata punya kembaran ya? Namanya Ghea, itu dia yang lagi gendong anaknya. Tadi kak Rafa yang bilang, udah kenalan juga. Berarti kalau Ghea itu istri sahabat kak Rafa, kamu sama kak Rafa saling kenal dong?” Syela berbicara panjang lebar, tak peduli jika beberapa orang mulai menatap ke arahnya. Sasa meringis pelan sebelum tersenyum paksa. “Ehem. Gue emang ada kembaran... dan soal tunangan lo, gue emang kenal sama dia, deket malah,” balas Sasa sembari menekan kata tunangan pada perkataannya. Syela mengangguk mengerti dengan mulut terbuka sedikit. “Berarti tadi harusnya gak usah dikenalin, kalian kan udah saling kenal.” “Gapapa. Lagian lo pulang ke Indonesia, tiba-tiba tunangan. Gue gak tau kalau bakal kaya gini,” ucap Sasa. Tapi jika didengar lebih jelas, gadis itu malah terdengar mendesis. “Iya. Tapi bukannya aku pernah bilang ya kalo aku punya calon. Dari dua tahun lalu loh waktu kita udah ketemu dan temenan. Hubungan aku sama kak Rafa udah bertahun-tahun. Jadi kita tunangan aja deh,” riang Syela semakin merapatkan tubuhnya pada Rafa. Sasa mendengus pelan agar Syela tak mendengar. Tapi tidak dengan Rafa yang sedari tadi memang hanya diam mengamati Sasa. Ia menyadari jelas gelagat gadis itu yang tampak tidak suka akan keberadaan Syela. Pertemanan antara Sasa dan Syela yang telah terjalin selama dua tahun, akhirnya mulai berubah hanya dalam waktu satu malam saja. Setelah berbincang-bincang dengan Syela tanpa memperdulikan tatapan Rafa padanya, Sasa akhirnya menghampiri teman-temannya untuk melepas rindu. Terutama Riana, Alexa, dan Ghea. Rafa memiliki enam sahabat lainnya. Di mana saat sekolah menengah atas dulu, ia bergabung ke sebuah geng motor bernama Antranos. Ia berada di posisi inti pertama atau bisa dibilang wakil ketuanya. *** Seiring berjalannya waktu, suasana pesta mulai semakin ramai. Para alumni dua angkatan, antara angkatan Rafa maupun Sasa mulai berdatangan. Sekedar informasi, Sasa adalah adik kelas Rafa dulu, yang menandakan jika Sasa muda setahun dari Rafa. Lalu kenapa Sasa tidak pernah memanggil Rafa dengan panggilan ‘kak,' itu karena Rafa yang menolak saat resmi berpacaran hampir 6 tahun yang lalu. Oh, wisata masa lalu. “Ayo dansa, Ret!” Fano langsung menarik tangan istrinya ketika sesi dansa sudah mulai. “Mau juga, ah!” sahut Alexa yang langsung disanggupi sang kekasih, Bryan. “Em, kak Rafa. Aku kebelet, mau ke toilet dulu.” Rafa tersentak. Laki-laki itu melirik Syela yang terus menempel padanya. “Hm,” jawabnya singkat. “iih! Kak Rafa gak peka banget. Aku tuh mau dianterin,” rengek Syela dengan suara cukup keras. Membuat semua orang yang ada di satu meja besar--yang ditempati Sasa serta teman-temannya--serentak menoleh ke arah gadis itu. Tapi Syela tak menyadari, sepertinya. Rafa menghela nafas pelan. Dan hal itu hanya disadari oleh orang-orang yang teliti. Sedangkan Sasa langsung memalingkan wajahnya ke tempat lain. Oh, ia sungguh tak tahan. Sasa cemburu, okay? Rafa kemudian berdiri tanpa kata. Menarik lengan Syela dan membawanya ke toilet hotel. Sedangkan Sasa yang sempat menahan nafas, sontak langsung menghembuskannya dengan kasar. “Sa?” Sasa menggeleng. “Gue gapapa, Ri. Gak usah khawatir,” ucap Sasa menenangkan. Dan itu semua tak luput dari pandangan teman-teman Rafa yang memang semeja dengan mereka. “Emm... Mau dansa?” tanya Riana mengalihkan pembicaraan. “Engg---“ “Ayo!” Ucapan Sasa disela Vino yang tiba-tiba saja menarik tangannya untuk berdiri. Sasa tak sempat menolak saat Vino telah menariknya ke tengah. Ah, ia bahkan hampir lupa jika Vino ternyata ikut bergabung di mejanya tadi. Semuanya berjalan normal, teman-teman Rafa maupun Sasa juga mulai berdansa dengan pasangan masing-masing. Kecuali Nanda dan Azka yang memang tidak memiliki pasangan. Bahkan beberapa dari mereka sudah selesai berdansa, lelah juga katanya. Hingga Rafa dan Syela akhirnya kembali dari toilet. Syela melihat teman-teman Rafa yang berdansa dengan pasangan masing-masing. “Aku mau dansa juga!” Dengan menarik paksa lengan Rafa untuk ke tengah-tengah. Rafa pun tak sempat menolak saat Syela sudah menarik kedua tangannya untuk melingkari pinggang gadis itu. Sasa yang melihat pemandangan itu tentu saja sakit hati. Ia langsung menghentikan gerakan kakinya dengan tangan terkepal. “b******k,” gumam Sasa pelan. Ia langsung kembali ke meja mereka. Tak lupa meminum minumannya, merasa gerah. “Si Rafa kenapa, sih? Sebel bat gua! Tiba-tiba aja tunangan. Gue kira waktu itu undangan atas nama Rafa lope-lope Sasa!” gerutu Fano dengan wajah sebal. Mereka sebagiannya sudah kembali ke meja mereka tadi. “Dia udah move on dari Sasa? Gak percaya gue. Rafa aja bucin banget dari dulu,” ujar Azka mendengus. “Si Rafa ketemu Syela di mana, sih? Perasaan dia bukan anak SMA Praba. Apa anak tunas bangsa, ya?” Sasa terkekeh pelan, lebih tepatnya miris. “Syela tinggal di Berlin. Dua tahun lalu gue ketemu sama dia, dan kita temenan.” “What? Jadi lo sama si Syela temenan?!” sembur Fano heboh. “Bisa dibilang gitu. Dan emang Syela pernah bilang waktu dua tahun lalu, kalau dia udah punya pacar. Dan katanya waktu itu udah dua tahun.” “Jadi kalau sekarang hitungannya udah 4 tahun, dong?” celetuk Agra menebak. Sasa menggedikan bahunya. Tak tau ingin menjawab apa. Hingga teman-temannya yang lain pun akhirnya selesai berdansa, dan mulai kembali ke kursi masing-masing. Kecuali Rafa dan Syela. Azka menatap Rafa yang tiba-tiba saja pergi meninggalkan Syela. Mungkin mengangkat telepon, karena Azka melihat Rafa menempelkan ponselnya ke telinga. “Tapi gue rasa Rafa gak sejahat itu deh sampai ngekhianatin Sasa,” gumamnya pelan. ”Gi?” Mereka semua melirik Zergio yang diam dengan tenang. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya karena teman-temannya menatap ke arahnya. “Ck. Apa?” seru nya kesal. “Santai aja dong, pak! Cuma pengen tau aja, siapa tau lo tau sesuatu, kan.” Zergio mendengus. Ia beralih menatap Sasa yang tampak diam. Meskipun gadis itu memang pendiam dan tak banyak bicara seperti kembarannya, Zergio tau jika gadis itu sakit hati pada sahabatnya, Rafa. “Selanjutnya lo mau apa?” Zergio bertanya dengan suara baritonnya. “Nyemplung ke laut,” gumam Fano cekikikan, membuat teman-temannya berdecak malas. Kecuali Zergio dan Sasa yang begitu tenang. Zergio yang berkespresi datar, serta Sasa yang menunduk dalam. “Gue pengen tau. Rafa beneran.... udah gak cinta sama gue?” lirih Sasa bersamaan dengan kepalanya yang mendongak menatap teman-temannya satu per satu. “Maaf gue ikut nimbrung. Tapi sorry, gue gak percaya Rafa bisa ngekhianatin Sasa.” Vino tiba-tiba bersuara. “Maksud lo?” “ Gue masih inget. Waktu itu Rafa bela-belain bicara baik-baik ke gue supaya ngejauhin Sasa karna dia cemburu sama kedekatan gue sama Sasa. Satu sekolah tau, kalo Rafa orangnya kaku dan jarang ngomong. Dengan dia nurunin ego buat ngomong gitu ke gue, udah ngebuktiin kalo Sasa orang se-spesial itu bagi Rafa,” jelas Vino dengan wajah serius. Sasa menatap Vino tak percaya. ‘Rafa? Kenapa dia gak bilang sama gue? Pantes aja tiba-tiba si Vino ngejauh waktu itu.’ “Tapi perubahan itu ada,” gumam Agra malas. Hal itu membuat mereka semua terdiam. Vino tersenyum samar. “Kenapa gak cari tau aja?” gumamnya dengan mata menyorot ke arah sepasang laki-laki dan perempuan yang menuju meja mereka. Rafa dan Syela. Tanpa Sasa pikirkan sebelumnya, Vino tiba-tiba merangkul pundaknya begitu Rafa dan Syela duduk di tempat mereka sebelumnya. “Woah,” gumam Fano cengo. “Gue juga penasaran respon si Rafa,” bisik Azka pelan pada Fano. “Raf, selamat ya buat pertunangan lo.” Vino sepertinya merencanakan sesuatu. Sementara Rafa tampak tenang. Namun sorot matanya tak bisa diartikan. “Sorry gue gak dateng. Tapi gue harap kalian semua mau dateng ke Caffe gue. Buat pembukaan sekaligus.....” Vino menatap Sasa yang menatapnya tak percaya, sebelum melirik Rafa. “Ngerayain peresmian hubungan gue sama Sasa.” “Anjir!” “WOY!” Fano berteriak heboh. Tak lupa bertepuk tangan keras, tak peduli jika ia menjadi pusat perhatian. “Gue serius. Ini hal yang spesial, dan harus gue resmiin,” ucal Vino lagi. Cup! “WOY!” Lagi-lagi Fano berteriak ketika Vino dengan lancang mengecup puncak kepala Sasa. Sedangkan Sasa tampak terkejut. Ia tidak menyangka jika Vino akan mengatakan dan melakukan hal seperti ini. “Apa yang lo rencanain?” bisik Sasa mendesis. “Supaya kita tau. Perasaan Rafa yang sebenarnya,” jawab Vino dengan berbisik pula. Keduanya saling menatap, tapi membuat yang melihat pasti berpikir jika keduanya tengah dimabuk asmara. “GASKAN! JAN KASI KENDOR!” teriak Bryan heboh. “Of course. Servis Sasa selalu bikin puas.” Vino semakin gencar. Sasa seolah tersadar, ia langsung menatap Rafa yang tampak masih tenang. Hal itu membuat Sasa sedikit menunduk. ‘Rafa sama sekali gak cemburu,' batinnya terluka. Tapi tidak ada yang tau, jika tangan Rafa yang berada di saku celananya, tengah mengepal kuat hingga tangannya berdarah. Di tangan Laki-laki itu yang dalam keadaan terkepal, tengah menggenggam sebuah silet kecil hingga melukai telapak tangannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD