Pemilik Hotel Mewah

1046 Words
Malam itu, suasana di hotel 'The Golden Hotel' begitu meriah, dengan sorak-sorai tawa dan gemerlap cahaya lampu yang memancar di setiap sudut ruangan. Sebuah pesta yang begitu istimewa sedang berlangsung, mencerminkan kemegahan dan kemewahan dari hotel ternama tersebut di kota ini. Di tengah keriuhan itu, tiba-tiba pintu masuk hotel terbuka dan seorang wanita anggun memasuki ruangan. Veronica Damaik, begitu mengejutkan, melangkah dengan elegan dan anggun. Gaun mewah yang dikenakannya seolah menjadi sorotan, mengundang perhatian semua tamu yang hadir. Sejenak, ruangan itu terdiam, membiarkan kehadiran Veronica menciptakan aura keanggunan yang begitu luar biasa. Perhiasan yang dipakainya menyala gemilang, menambah pesona pada penampilannya yang memukau. Tatapan kagum dan bisikan-bisikan tak terelakkan mengiringi langkahnya menuju pusat perhatian. Seorang tamu berbicara dengan pasangannya, "Siapa wanita itu? Begitu memesona. Pasti ada cerita di balik kehadirannya." Pasangannya menjawab dengan nada heran, "Aku tidak yakin. Tapi sepertinya dia adalah seseorang yang memiliki kepribadian dan status yang tinggi." Veronica dengan tenang berjalan melalui kerumunan, sementara setiap langkahnya diiringi dengan tatapan kagum dan bisikan-bisikan di antara para tamu. Beberapa orang mulai bertanya-tanya, ingin tahu siapa sosok wanita elegan ini dan apa tujuannya hadir di malam pesta ini. Di sudut ruangan, sekelompok wanita bersaling-saling bertukar komentar, mencoba mengungkap misteri di balik penampilan Veronica. Salah satu dari mereka dengan penuh kekaguman berkata, "Tidak ada yang bisa mengalahkan keanggunan wanita itu di malam ini. Sungguh memukau!" Seiring langkahnya yang menghilang di dalam keramaian, Veronica Damaik meninggalkan kesan mendalam di hati setiap tamu yang hadir. Malam pesta di 'The Golden Hotel' semakin bersinar berkat kehadiran misterius dan elegan dari wanita tersebut. Malam pesta yang begitu meriah digelar di Hotel 'The Golden Hotel', tempat yang terkenal akan kemegahannya di kota ini. Sosok Veronica Damaik tiba tanpa diduga, mengenakan gaun yang begitu mewah dan cantik, serta perhiasan yang memukau. Semua mata tak terelakkan dari kehadiran dan keindahan Veronica. Suara berbisik-bisik pun mulai terdengar, menanyakan siapa sebenarnya wanita itu. Duduk dengan sikap yang anggun di kursi tamu VVIP, Veronica semakin menarik perhatian. Keluarga Brandon, yang tak lain adalah mantan suaminya, terkejut melihatnya di sana. Agnes, kakak tertua Brandon, mendekati Veronica dengan langkah mantap. "Mengapa kau ada di sini?" tanya Agnes dengan nada yang tegas, "Ini bukanlah tempat yang sesuai bagimu!" Veronica hanya tersenyum dengan misteri yang mengelilingi wajahnya, sambil meneguk sampanye yang dipegang erat di tangan kanannya. Dalam suasana yang semakin tegang, Medina, ibu dari Brandon, juga melangkah mendekati Veronica dengan sikap angkuh yang melekat padanya. "Tempat ini sungguh tidak pantas bagimu, Veronica. Silakan pergi dan jangan mencemari kehormatan tempat ini!" ujar Medina dengan nada yang tajam, menyiratkan ketidaksetujuannya terhadap kehadiran Veronica di sana. Ia khawatir kehadiran Veronica akan merusak citra aula pesta yang begitu terhormat. Agnes kemudian menambahkan dengan tudingan yang pedas, "Kami menduga kau telah mencuri perhiasan Brandon, atau bahkan mungkin perhiasanku." Matanya menyelidiki dengan tajam perhiasan yang dipakai Veronica. Namun, sebelum Agnes melanjutkan ucapan, Veronica tiba-tiba menghempaskan tangan Agnes dengan tegas, menegaskan bahwa Agnes sama sekali tidak memiliki hak untuk menyentuhnya. "Jangan pernah menyentuhku!" desak Veronica dengan tegas, "Kau pun sama sekali tidak lebih baik daripada ibumu yang sombong! Perhiasan ini milikku, aku tidak pernah berpikir untuk mencuri perhiasan di rumah kalian!" Meskipun Veronica dengan tegas menegaskan bahwa perhiasan yang dipakainya adalah miliknya sendiri, Agnes tetap tidak percaya. Pandangan hina dan ketidaksetujuan masih terpancar jelas dari matanya saat ia menatap Veronica. Perasaan tidak puas Agnes semakin terlihat karena Veronica terlihat lebih anggun dan mempesona darinya. “Jelas-jelas kau itu miskin! Tidak punya apa-apa. Saat datang ke rumah kami pun, hanya pakaian yang kau bawa. Mana mungkin bisa memiliki gaun indah dan cantik juga pastinya mahal, dan perhiasan yang kau kenakan!” Agnes merasa seolah telah dikalahkan oleh pesona Veronica yang begitu memukau. Ia tidak terima bahwa Veronica mampu tampil lebih anggun dan cantik darinya, meskipun Agnes adalah kakak tertua dari keluarga Brandon. Ia mengakui jika penampilan Veronica di malam itu memang sangat cantik dan anggun. Rasa cemburu dan keinginan untuk menunjukkan dominasinya dalam lingkungan tersebut semakin memperumit situasi yang sudah tegang. “Aku tidak percaya padamu, Veronica. Kau itu miskin, tidak punya apa-apa. Dan yang kau kenakan ini … semuanya ada nilainya. Bukan imitasi. Astaga! Kau mencuri banyak uang di rumah kami!” Veronica tertawa dengan riang mendengar komentar Agnes, lalu dengan sikap yang tenang, ia menyahut, "Kenapa begitu terkejut? Apakah karena aku mengenakan pakaian mahal dan perhiasan asli? Sungguh menyedihkan." Suaranya penuh dengan sindiran yang halus namun tajam, menunjukkan bahwa Veronica mengetahui betul betapa tercengangnya mereka melihatnya malam itu. “Kau pikir, di kota ini hanya kau dan keluargamu yang kaya? Tentu saja tidak. Bahkan kekayaan kalian hanya sekian persen dari pemilik hotel ini. Tapi, sombongnya melebihi manusia paling kaya di dunia ini!” Dia menambahkan, "Ternyata, aku berhasil membuat kalian terkejut di malam ini." Veronica melangkah dengan anggun, mendekati Medina dan Agnes. Dia berdiri di depan mereka, menatap mereka dengan senyum yang penuh misteri. Di dalam hati Agnes, pertanyaan-pertanyaan berputar, "Siapakah sebenarnya wanita ini? Mengapa sikapnya begitu sombong, seolah-olah tempat ini adalah miliknya?" Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi bagian dari misteri yang semakin mengelilingi Veronica, menambah ketegangan di antara mereka dalam malam yang seharusnya penuh keceriaan itu. Veronica kemudian mengambil napas dalam-dalam sejenak sebelum memutuskan untuk memberitahu identitas aslinya kepada semua orang di sekitarnya. Dengan sikap yang tegas namun juga penuh keanggunan, ia melipat tangan di dadanya seraya berkata, "Aku... adalah pemilik hotel ini. Aku adalah anak tunggal pewaris dari hotel termegah di kota ini." Pengakuan Veronica tentang identitasnya sebagai pemilik hotel memang membuat keluarga Brandon tercengang. Mereka sulit mempercayainya, bahkan Medina menyuarakan ketidakpercayaannya dengan nada yang penuh dengan keheranan. Baginya, Veronica seakan telah kehilangan akal sehat karena telah bercerai dengan Brandon. “Hahaha! Kau sudah gila, Veronica. Karena telah diceraikan oleh Brandon, kau tiba-tiba mengaku-ngaku sebagai puteri tunggal pemilik hotel mewah ini.” Medina mentertawakan Veronica. Ketidakpercayaan mereka terhadap Veronica semakin mendalam karena pengakuan yang begitu mengejutkan itu terasa begitu tak masuk akal bagi mereka. “Bahkan tampangmu saja tidak ada kecocokan menjadi pemilik hotel mewah ini! Sudahi kegilaanmu itu, Veronica. Kasihan sekali, wanita ini. Sudah diceraikan oleh suaminya, jadi gila.” Situasi semakin memanas dengan adanya konflik antara Veronica dan keluarga Brandon, yang semakin merumitkan malam yang semestinya penuh kegembiraan menjadi sebuah pertarungan ego dan kebanggaan yang saling bertentangan. “Terserah mau memanggilku apa. Gila, tidak waras. Mungkin, panggilan itu akan segera beralih pada kalian semua!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD