Mas Nino masih betah, sangat betah malahan, memangku Aaliyah. Padahal Aaliyah sendiri sudah tidur pulas, tidur dengan nyaman di pelukan ayahnya. Mas Nino memangku Aaliyah sambil terus menciumi kening dan pipi montok Iyah. Sesekali disibakannya poni yang menjuntai ke kening Iyah, atau merapihkan rambut ikal Iyah. Bibirnya selalu berucap, "Iyah, putri cantik ayah, Iyah sayang putri ayah, Iyah kesayangan ayah. Cantik banget kamu, nak." Dan tiap kali selesai merapalkan kalimat itu, selalu diakhiri dengan kecupan di kening atau di pipi Iyah. Aku kembali mendesah, kesal. Bujuk rayuku tak berhasil. Sepertinya harus ganti strategi. "Mas, kasian kalau Iyah tidur dari tadi dengan posisi seperti itu. Ntar malah bangun tidur dia rewel. Aku bawa ke kamar aja ya. Biar poisisi Iyah tidur lebih nyaman."