Anya tengah memutar cincin pertunangannya dengan perasaan bimbang dan gelisah. Bagaimana dia tidak merasa gelisah? Akibat ulahnya sendiri yang memalsukan sosok kedua orang tuanya. Sekarang, Anya malah terjebak pada sandiwaranya sendiri. “Ternyata, oma Lea bukanlah orang yang bodoh.” Gumamnya. “Mungkin tante Retha bisa aku bodohi, tapi tidak untuk oma Lea. Dia seperti ingin menyerangku dengan kebenaran yang harus aku katakan sebelum menikahi Yesaya. Dasar nenek tua! Sudah mau mati saja masih ikut campur sama urusan anak muda. Aku harus segera menyingikirkannya, sebelum oma Lea mengetahui tentang keluargaku yang sebenarnya.” “Anya,” Sari menghampiri putrinya yang sedang duduk di balkon rumah mereka. “Ada apa, Bu?” Anya langsung memasang wajah malas begitu ibunya datang. “Bagaimana h