“Sofia,” “Iya?” “Apa boleh kalau saya— mengecup kening kamu?” “Hah!?” mata Sofia langsung mendelik. Dia kaget sekaligus terkejut hebat. Tapi, Yesaya malah bereksprei biasa. Dengan wajah tanpa dosa, Yesaya malah kembali bertanya, “Kenapa? Apa tidak boleh?” “Apa— permintaan kamu ini... bagian dari... drama yang kamu... katakan tadi?” “Mmm...” Yesaya berpikir sejenak. Lalu, dia menjawab, “Bisa dikatakan begitu.” Sofia kok merasa sedih mendengarnya. Dia menghembuskan nafas kasar dan kembali melemahkan tubuhnya. “Apa drama yang akan kita lakukan akan merugikan saya lagi?” Gumamnya. “Maksud kamu?” “Saya hanya berpikir kalau uang banyak yang kamu punya bisa dengan mudah membeli perasaan orang sesulit saya.” “Apa kamu orang yang rumit?” Tanya Yesaya sambil bersedekap. “Entahla