“Kamu belum tidur, Ra?” Agaknya Sean terkejut pulang-pulang mendapat sambutan cium tangan dari Rahi yang biasanya sudah tidur jam segini, sekitar pukul sebelas malam Sean tiba di kediamannya. “Gak bisa tidur. Mungkin efek besok mau kelulusan kali, ya?” Yang Sean respons dengan gerakan tangan, menyentuh kepala Rahi dan mengusapnya. Sesederhana itu pipi Rahi berwarna, ada senyum yang dia tahan di sana. Lalu mereka berjalan menuju kamar dengan Rahi yang memimpin jalan, Sean membuntutinya di belakang. Dulu, keadaan seperti ini tidak berefek apa pun bagi Rahi. Tapi sekarang jantung dia jumpalitan. “Ra.” “Iya?” Sean pun menutup pintu kamar mereka. Rahi sudah duduk di ranjang, bersiap untuk rebahan. “Maaf, ya.” “Maaf untuk?” Sean menggaruk belakang kepalanya, lalu mendekati Rahi. Dia