bc

Dangerous Love (Dendam Masa Lalu)

book_age16+
307
FOLLOW
1.7K
READ
revenge
possessive
pregnant
CEO
twisted
bxg
mystery
city
gorgeous
stubborn
like
intro-logo
Blurb

"Berapa kali aku bilang, aku tidak pernah mencintaimu. Aku tidak melakukan hubungan intim denganmu karena cinta."

"Tidak, aku tahu kau mencintaiku."

"Ibuku pasti menangis jika bisa melihat ini. Aku tidak mau hamil anak pembunuh, p*******a sepertimu."

***

William Pearson, 35 tahun, CEO Pearson Ind., sebuah perusahaan yang bergerak di bidang makanan beku. Dia masuk dalam deretan pengusaha terkaya di Manhattan. Sang kekasih, Veronica Velucca, selalu berada di sampingnya di setiap acara publik. Dia sangat mencintainya meskipun dia tahu bahwa kemungkinan besar wanita itu hanya mencintai uangnya.

Veronica Velucca, 25 tahun, memiliki tujuan untuk menemukan orang yang telah membunuh dan memperkosa ibunya. Empat pria yang dahulu dituduhkan sudah lolos dari jeratan hukum. Hal ini membuatnya dendam pada mereka. Dan salah satu dari terduga adalah pria yang kini menjadi kekasihnya, William Pearson.

Bisakah wanita ini menemukan rahasia di balik kematian sang ibu? Dari empat pria saat itu, manakah yang bersalah? Apakah William Pearson atau tiga teman lainnya?

chap-preview
Free preview
BAB 01
“Selamat untuk George!” Sorakan terjadi di empat pria ini disertai saling tos gelas berisi wine. Mereka tertawa bersama setelah melakukan itu, lalu meminum alkohol tersebut dengan wajah sumringah. pria itu duduk bersama di sofa yang melingkari sebuah meja penuh minuman alkohol dan camilan. Semuanya berusia tiga puluh tahunan, sama-sama memakai setelan Armani hitam. Mereka merupakan teman lama yang sedang mengadakan pesta lajang semalam suntuk. Untuk George Greene, teman tertua mereka, berusia 38 tahun, yang akhirnya menikah terlebih dahulu. Pria ini memiliki mata biru dan rambut pirang. Meskipun hendak memasuki usia kepala empat, namun itu malah membuat dirinya makin “berisi” “jantan” dan sangat tampan. Dia jelas idola di kalangan perempuan semenjak remaja. “Kau benar-benar beruntung mendapatkan Helene,” kata pria lainnya, berambut pirang tua dan bermata hijau gelap. Dia adalah William Pearson, usia 35 tahun, merupakan yang tertua ketiga di keempat teman ini. Dibandingkan yang lain, pria ini memiliki aura wajah yang teduh, tenang, serta manis. George menepuk pundak William sembari berkata, “kau juga harus segera pisah dari wanita itu, Will.” “Sudah kukatakan jangan membahas itu,” pinta Will mendadak malas, dia kembali meminum wine-nya. "Kita disini bukan untuk membahas kekasihku." Pria lainnya, yang berambut hitam legam, Peter Carter lantas menimpali, “benar, kau tahu sendiri dia seperti apa." Dia adalah yang termuda disini, usianya 30 tahun, tapi memilih perawakan tubuh yang cukup besar, berotot dan wajah 'boros'. Ya, bagaimana tidak, dia terlihat jauh lebih tua ketimbang yang lain. Will merasa tidak suka bahasan itu. Dia menghentikan obrolan dengan menghentakkan gelas di atas meja. Ia memperingatkan sekali lagi, “hei, ini pestanya George, jangan membahasku atau kekasihku..” “Will benar,” sahut Adam Thompson, pria tertua kedua dari mereka. Dia yang terlihat paling garang, terlebih dengan rahang tegas yang dia miliki. Warna rambutnya adalah coklat tua, seperti kulit kayu. “Ini pestanya George.” Semua bersorak lagi. Pesta lajang ini rencananya memang akan dijadikan malam gila-gilaan. Namun tak berselang lama, ponsel Will berbunyi— dan teman-temannya saling memandang, sudah tahu siapa yang menelpon. Sudah pasti itu adalah Veronica Velucca. Ketimbang disebut kekasih Will, wanita itu lebih terdengar seperti Nyonya besar. Will selalu mengangkat sambungan telepon dari kekasihmya itu. Tidak peduli dalam kondisi apapun, bahkan ketika rapat di perusahaan. Baginya, telpon dari Veronica sangat penting— lagipula bisa saja sedang dalam darurat, dan dia tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita itu. [Will, mobilku masuk bengkel dan aku tak mau menunggu taksi, jadi kau cepat kemari jemput aku di halaman depan kafe donat Starr] Suara Veronica di balik telepon, terdengar seperti sedang kesal. “Iya, aku datang, kebetulan dekat, kau tunggu sebentar,” sahut Will lantas mematikan ponsel, lalu berdiri cepat sembari merapikan jasnya. Dia memandangi ketiga temannya yang tak percaya dengan sikap Will. “Maaf, aku harus pergi dahulu— Veronica ingin aku menjemputnya.” “Yang benar saja, Will, kau bahkan baru sampai disini. Apa kekasihmu itu tidak tahu kau ada pesta lajang?” tanya Peter yang bernada sindiran keras. “Dan kekasihmu itu selalu memperlakukanmu seperti ini dan kau membiarkannya? Kau bukan sopirnya, kau membelikannya mobil tapi tetap menjemputnya? Memangnya dia apa? Anak sekolah?” tambah George menggeleng heran. Dia sudah berteman lama dengan Will, dan baru kali ini dia melihat sosok temannya ini bersikap sangat bodoh. Dan teman-temannya pun mulai bersahut-sahutan: "Suruh saja telepon taksi!" "Kau ini bodoh sekali, dia tidak mencintaimu, dia mencintai uangmu.” “Benar, Will, kau harusnya putus dengan wanita parasit itu sejak awal. Ketahuan sekali kalau dia hanya mengincar uangmu." Dengan yakin, Will menjelaskan, “aku tidak peduli dengan itu semua, jika dia mencintai uangku, maka tak apa, uangku memang miliknya.” “Kau memang gila.” Peter resah mendengar itu. George menambahkan, “percayalah, wanita itu akan meninggalkanmu kalau ada pria yang jauh lebih kaya, bahkan aku ragu dia setia.” “Kalau begitu akan bekerja lebih keras agar bisa menarik perhatiannya lagi,” kata Will tersenyum tulus. Dia memang sangat mencintai Veronica. Wanita itu adalah segala-galanya, hidupnya, dan apapun keinginannya akan dia penuhi. Adam menghela napas lelah. “Sudahlah, Will kita sudah berubah, dia sekarang benar-benar dikendalikan wanita itu.” “Apa yang membuatmu suka padanya? Aku bisa mencarikan wanita yang jauh lebih baik darinya, Will,” kata George masih prihatin dengan cinta yang dimiliki oleh sahabatnya itu. “Kau kenal Shopia? Teman Helene, dia punya wajah Italia, cantik, seksi, aku bertaruh dia juga jelas hebat di ranjang dan juga model, kau pasti takkan kecewa.” “Kalian tidak mengerti, aku mencintai Veronica, hanya dia,” tegas Will sembari menyambar kunci mobilnya, lalu bergegas pergi, “maafkan aku, aku harus menjemputnya.” Dia sempat menoleh ke arah George. “Untukmu, selamat atas dirimu, aku akan datang di pesta pernikahanmu nanti.” “Ya.” *** Veronica Velucca, wanita bertubuh tinggi semampai dengan lekukan pinggang sempurna ini berdiri di depan kafe donat terkenal di kota. Sudah hampir dua bulan dia menjalin hubungan dengan William Pearson. Percintaan mereka sangat panas dari hari ke hari. Dia berhasil menundukkan pria itu sampai membuatnya tampak tak berdaya jika ditinggalkan. Dia tersenyum ketika melihat mobil hitam milik sang kekasih datang menepi ke halaman itu. Senyumannya itu sangatlah manis, tapi penuh kepalsuan. Dia harus mempertahankan senyum itu saat Will keluar dari mobil lalu memeluknya. Demi tujuannya, dia memang harus berpura-pura seperti ini— walaupun dia sangat muak dalam hati. Besok semua harus berakhir, begitu yang terbesit dalam benaknya saat ini. Will membukakan pintu depan untuk Veronica. Setelah itu masuk kembali ke dalam mobilnya. Seperti biasa, hatinya bak remaja yang baru jatuh cinta ketika berhadapan dengan wanita ini. Pertemuan mereka di sebuah pantai lima bulan silam sangatlah berkesan, hingga kini pun dia masih belum bisa melupakan kerlingan mata cantiknya saat itu Mata coklat yang bersinar, dan rambut pirangnya yang berkilauan di bawah terik mentari. Sungguh menakjubkan, tak kalah dengan sekarang. Rasa cinta di hati Will semakin memuncak hari demi hari. “Maaf, aku membuatmu harus pergi dari pesta lajang temanmu,” kata Veronica membuka obrolan. Pandangannya ke arah Will, penuh godaan san cinta palsu. "Sudah malam juga, aku tak mau naik taksi." Will sudah bahagia sekalipun tahu itu hanyalah tatapan penuh rahasia. Dia tidak peduli asalkan tetap bersama wanita ini. “Kau tak perlu minta maaf, mobilmu di bengkel, jadi sudah kewajibanku menjemputmu. Kau makan sendiri tadi disini?” “Dengan teman.” “Teman?” Will selalu penasaran dengan deretan teman yang dimiliki Veronica. Selama ini dia hanya tahu temannya berasal dari dunia modelling juga. Terkadang dia cemburu ketika kekasihnya ini jalan terang-terangan dengan para model pria. Meskipun begitu, dia yakin seratus persen kalau Veronica adalah wanita baik— yang takkan tidur dengan pria lain seenaknya. Veronica membelai paha Will dengan lembut. “Teman pria, kenapa?” Will mengendalikan kecemburuannya. Dia tahu Veronica benci hal yang semacam ini. “Kukira kau ada pemotretan tadi siang?” “Iya, teman model, kami makan donat untuk melepas penat.” “Begitu, ya.” Veronica masih menyunggingkan senyuman. “Jangan cemburu, kalau aku berniat melakukan sesuatu dengan teman pria itu—pastinya aku takkan memintamu menjemputku.” “Ya, aku tahu.” Will tersenyum puas dan lega. Dia percaya segala ucapan Veronica, entah kebohongan atau tidak. Intinya rasa cintanya sudah tidak bisa dikurangi lagi. Dia mencinta wanita ini dari ujung rambut sampai kaki. “Lupakan saja itu, apa kau masih lapar? Kau mau kita makan malam di tempat lain?” Veronica tampak berpikir, lalu berkata, “aku mau kita pulang, dan kau memasak untuk kita. Mau?” “Tentu saja, Sayang.” Mereka saling menatap sekilas, sebelum akhirnya kembali melihat jalanan. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.8K
bc

My Secret Little Wife

read
97.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook